Kerugian Peternak Sapi Akibat PMK Capai Rp 750 M

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 17 Jun 2022 19:44 WIB

Kerugian Peternak Sapi Akibat PMK Capai Rp 750 M

i

Gubernur Khofifah saat turun langsung melihat kondisi sapi di salah satu peternakan di Sidoarjo

SURABAYAPAGI.COM, Ponorogo - Hingga pertengahan Juni 2022 ini, total lebih dari 3.000 ekor sapi di Ponorogo terdampak Penyakit Mulut dan Kuku. Dari harga jual yang diestimasikan berkisar Rp 25-28 juta, kerugian pedagang sapi akibat PMK mencapai Rp 750 M.

"Per tanggal 14 Juni 2022 kemarin, ada 3.076 ekor sapi terdampak PMK. Per ekor estimasi harga Rp 25 - 28 juta, aset terdampak Rp 750 miliar," tutur salah satu peternak sapi, Suwanto kepada wartawan, Jumat (17/6/2022).

Baca Juga: Heboh, Maling Berkresek Merah di Ponorogo, Berhasil Gondol Uang dan Rokok Rp 20 Juta

Suwanto menambahkan dari 3.076 ekor yang terdampak wabah PMK, 146 ekor sapi seluruh Kecamatan Pudak mati. Peternak pun merasa kesulitan untuk mengubur. Pasalnya, mereka harus mengubur bangkai sapi ke kawasan perhutani.

Sedangkan sapi yang masih hidup tapi belum bisa disembuhkan harus dipotong paksa. Pemotongan pun dilakukan ke RPH. Total ada 196 ekor sapi yang dipotong paksa.

"Yang artinya tidak terselamatkan ada 342 ekor sapi perah," ujar Suwanto.

Menurutnya, sebagian peternak memilih potong paksa. Sebab, fisik sapi-sapi perah itu lemah dan harapan sembuh tidak ada. Terpaksa dipotong paksa untuk mengurangi beban kerugian peternak.

"Yang potong paksa masih laku dijual dengan harga minimal Rp 2 juta per ekor ke RPH Ponorogo, Madiun hingga ke Jateng," tandas Suwanto.

Saat ini, untuk populasi sapi di Desa Pudak Wetan, Kecamatan Pudak ada 10 ribu ekor sapi. Tiap warga memiliki minimal 5 ekor sapi. Mereka mengandalkan produksi susu sapi untuk membantu perekonomian peternak.

Baca Juga: Diduga Korsleting Listrik, Rumah di Ponorogo Hangus Terbakar, Kerugian Capai Rp 250 Juta

"PMK ini menyebabkan perekonomian peternak sapi perah fatal, karena ternak itu hasil dari uang pinjam bank, untuk memenuhi ekonomi dari hasil susu. Namun meski sudah sembuh PMK, produksi susu menurun, tinggal 25 persen," tukas Suwanto.

Padahal, lanjut Suwanto, produksi susu yang menurun drastis tidak seimbang dengan biaya produksi. Mulai dari biaya konsentrat, tenaga dan lain sebagainya.

Saat ini peternak hanya berharap ada bantuan obat yang lancar dan vaksin untuk sapi mereka. Namun hingga kini, obat juga dirasa sulit untuk peternak karena mahal dan langka.

Akhirnya sebagian peternak menggunakan obat herbal, jamu-jamuan untuk mengatasi PMK. Ramuan itu terdiri dari kunir, jahe merah, temu ireng, laos dicampur dengan telur ayam.

Baca Juga: Perbaiki Kulkas, Rumah dan Toko Ludes Terbakar

"Soalnya mekanisme sekarang, ketika ada sapi yang sakit harus lapor ke Pemdes kemudian ke Satgas, disana kepentok kehabisan obat," imbuh Suwanto.

Peternak pun dibebani dengan angsuran bank, meski mereka ada penundaan pembayaran akibat PMK selama 6 bulan. Tetapi peternak tetap dibebani dengan bunga.

"Penundaan angsuran sampai 6 bulan tapi kita tetap disuruh bayar bunga. Reschedule angsuran," tambah Suwanto.

Atas alasan tersebut, para peternak sapi perah di 3 kecamatan (Pudak, Pulung dan Sooko) mendatangi kantor DPRD Ponorogo. Mereka meminta anggota dewan dan dinas terkait fokus membantu peternak yang terdampak PMK. sg

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU