Ketua Rumpun Penanganan Covid-19 dr Joni Tanggapi Keluhan Risma Perihal RS

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 12 Mei 2020 10:51 WIB

Ketua Rumpun Penanganan Covid-19 dr Joni Tanggapi Keluhan Risma Perihal RS

i

Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Jatim, dr Joni Wahyuhadi. SP. JN

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Merespons keluhan Risma, Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Jatim, dr Joni Wahyuhadi, mengatakan bahwa etika kedokteran melarang rumah sakit atau dokter membeda-bedakan pasien berdasarkan suku, ras, agama dan kedaerahan.

"Merawat pasien itu, tidak boleh dibedakan berdasarkan ras, agama, suku, daerah, politik. Itu etika kedokteran," kata Joni, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya.

Semua pasien berhak perawatan yang sama di setiap rumah sakit tanpa memandang dari daerah mana pasien tersebut.

"Artinya, misalkan kalau pemerintah provinsi, buat rumah sakit khusus untuk masyarakat Jatim. Orang Kalimantan, orang Jawa Tengah, itu ndak etis, dan tidak diperkenankan di dunia kedokteran," ujarnya.

Joni yang juga Direktur Utama RSUD dr Soetomo, Surabaya, ini mengatakan bahwa di rumah sakit yang ia pimpin, 95 persen dari keseluruhan pasiennya merupakan warga Surabaya.

Ia pun mempertanyakan data Risma yang menyebut bahwa 50 persen kapasitas rumah sakit di Surabaya, kini ditempati oleh pasien rujukan dari daerah lain.

"Pengalaman kami di Soetomo, 95 persen [pasien yang dirawat] itu ya orang Surabaya, saya tidak tahu di rumah sakit lain, apakah memang banyak rujuakan dari luar, perlu diupdate datanya itu, karena di Soetomo tidak berbicara seperti itu," kata dia.

Ia juga yakin bahwa daerah telah secara maksimal melakukan persiapan. Ia mencontohkan RSUD Sidoarjo, Jatim, yang telah menambahkan ruang isolasinya berkali-kali lipat.

Baca Juga: Pemprov Jatim Buka Rekrutmen CASN, 5.200 Formasi

"Kesiapan daerah kalau kita lihat di sini, luar biasa. RSUD Sidoarjo itu merawat sampai 125 pasien, saat ini, jadi mereka mengembangkan [lagi] sampai 60 ruang isolasi," ucapnya.

Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menambahkan bahwa dalam data sebaran Covid-19, pasien dibagi berdasarkan daerah domisilinya, bukan dari daerah tempat di mana pasien itu dirawat. Hal ini membantah pernyataan Risma.

"Faktanya bahwa secara statistik tidak demikian, data itu [pasien per kota] berdasarkan domisilinya, bukan kemudian pasien dari kota lain di kota lain, kemudian dia dianggap di kota tempat dirawat. Mudah-mudahan ini memberikan jawaban jelas, faktual," katanya.

Jumlah pasien positif virus corona di Surabaya per Senin (11/5) tercatat berjumlah 741 orang. Dari jumlah itu ada 541 masih dalam perawatan, 110 orang terkonversi negatif atau sembuh, dan 89 orang lainnya meninggal dunia.  (cnn/cr-01/dsy)

Baca Juga: Pj Gubernur Adhy Ajak Kembali Semangat Bekerja dan Maksimalkan Pelayanan untuk Masyarakat

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU