SURABAYA - Gara-gara Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menggunakan sarung motif songket warna biru, Rais Am PBNU KH Miftahul Ahyar langsung terpikat. Pujian pun meluncur dari seorang tokoh ulama besar Indonesia ini dengan menyebut AHY tidak diragukan lagi sebagai bagian dari Keluarga besar Nahdlatul Ulama.
Salah satu dasar melihat bahwa AHY adalah NU tulen adalah sarungan. “Iya betul, (AHY) adalah bagian dari keluarga besar NU, mukadimah-nya adalah selalu pakai sarung,” cetus KH Mifatahul Ahyar sembari menuding Sarung yang dikenakan AHY ketika sowan di kediaman KH Miftahul Ahyar, di Surabaya, Sabtu (20/2/2022).
Baca Juga: Demokrat Optimistis Khofifah Kembali Gandeng Emil Dardak
Menurut pengasuh Pondok pesantren Miftachus Sunnah ini, AHY memakai Sarung bukanlah pertama kalinya. Hampir disetiap momentum keagamaan, putra sulung Presiden ke-6 RI Suslio Bambang Yudhoyono (SBY) ini kerap memakai sarung. “Waktu hadir di (pelantikan Pengurus Besar NU) Balikpapan, (AHY) satu-satunya Ketua Partai yang sarungan,” ungkap KH Miftah.
Baca Juga: Demokrat tak Ngereken Jatah Menteri
Ulama kharismatik ini lantas menceritakan, perbedaan AHY dengan dirinya yang selalu menggunakan sarung di setiap kesempatan. Bahwa budaya sarungan itu sudah tidak bisa ditawar lagi, kemanapun dimanapun selalu sarungan. “Karena sarung ini selain menunjukkan makna demokratis juga isis (sejuk terkena angin),” kelakar KH Mifathul Ahyar.
Kedatangan AHY ini, kata KH Miftahul Ahyar tidak berkaitan dengan agenda politik termasuk pilpres. Selain 2024 masih jauh, NU itu punya keinginan seperti yang disampaikan Ketum PBNU bahwa pengurus tidak boleh mencalonkan capres atau cawapres. Dalam hal ini adalah Ketum dan Rais Aam PBNU. “Itu tentu saya dukung karena urusan PBNU itu bukan cuma politik dan Nusantara ini saja, tapi juga persoalan dunia. Bagaimana bisa memberi solusi terhadap dunia kalau tersekat (politik) seperti ini, padahal PBNU ini sedang dinanti dunia,” urainya.
Baca Juga: Demokrat Juluki PDIP Partai Sombong
Intinya, NU akan melihat siapa yang punya komitmen dan masuk kriteria harapan para ulama. Semua langkah-langkah dan keputusannya sesuai dengan agama mayoritas. “Karena detak denyut jantung umat masyaraakat terutama nahdliyin ini bisa dideteksi oleh calon pemimpin-pemimpin ini. Itulah yang dimaksud dengan Rahmatan Lil alamiin. Imam syafii juga menyampaikan carilah pemimpin yang mengerti dengan keberadaan umat dan kaumnya,” pungkas KH Miftahul Ahyar.
Editor : Mariana Setiawati