Klenteng Sepi Sunyi, Kampung Pecinan Didatangi 'Dewa Rejeki'

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 12 Feb 2021 21:31 WIB

Klenteng Sepi Sunyi, Kampung Pecinan Didatangi 'Dewa Rejeki'

i

Seorang pria berkostum Dewa Rejeki berkeliling di perkampungan pecinan kawasan Kampung Cina, Kapasan Dalam, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (12/2/2021). SP/Julian

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Perayaan Imlek (Sin Cia) Wan Tan Tahun 2021 di Kota Surabaya ditiadakan dan peribadatan tidak terbuka untuk umum lantaran saat ini masih dalam kondisi pandemi Covid-19. Alhasil, beberapa tempat ibadah alias Klenteng di Surabaya pun terlihat sepi.

Baca Juga: Dispendik Gandeng Dispendukcapil Filter Penduduk Dadakan

Salah satunya di Klenteng Hok An Kiong, Jalan Coklat Surabaya. Klenteng itu hanya menerima sembahyan perorangan. Tidak dilakukan kegiatan sosial seperti tahun baru Imlek tahun-tahun sebelumnya.

Sejak Kamis (11/2/2021) malam, hingga Jumat (12/2/2021), suasana Klenteng dibuka dari pagi pukul 6:00 hingga sore, yakni pukul 18:00 sore. “Sembahyang malam tahun baru Imlek semalam kami tiadakan. Tapi pada tanggal 1 Imlek  ini hingga Cap Go Meh nanti, klenteng tetap kami buka sampai jam 6 sore saja. Jadi umat tetap bisa sembahyang, asalkan mematuhi protokol kesehatan.” ujar Ida Trilaksanawati, Ketua Pengurus Klenteng.

Suasana sunyi pun sangat terlihat. Sangat berbeda dengan malam pergantian tahun-tahun sebelumnya.

Hal senada juga di Klenteng Perhimpunan Tempat Ibadat Tridharma (PTITD) di Jalan Kapasari 32 Surabaya.  "Karena pandemi Covid-19 masih di sekitar kita. Saat ini untuk perayaan Imlek di Klenteng Perhimpunan Tempat Ibadat Tridharma (PTITD) ditiadakan dan peribadatan tidak terbuka untuk umum," kata Ong Khing Kiong, Ketua Bidang Agama PTITD, Jumat (12/2/2021).

Namun hal itu tidak mengurangi kekhusyukan umat untuk tetap menyambut kehadiran Imlek. Ritual penyambutan Imlek masih tetap dilakukan.  "Pereadaran satu tahun ini adalah lingkaran yang dikata WAN yang artinya permulaan dan titik pertama," kata Ong Khing Kiong.

"Itu berarti permulaan kehidupan atau dunia yang baru saja meninggalkan malapetaka atau dikatakan penyucian alam, pada saat itu menurunkan banyak air yang seakan-akan mencuci semua yang lama, yang membawa pergi kotoran dan menjadi suci bersih" ucap Ong Khing Kiong.

 

Baca Juga: Manfaatkan Aset, Pemkot Surabaya Bangun 8 Lokasi Wisata Rakyat 

Dewa Rejeki

Sementara, hal berbeda di kampung pecinan di Kapasan Dalam Surabaya. Meski tidak menimbulkan kegiatan sosial, para tetua di Pecinan menurunkan “Dewa Rejeki” yang berjalan didampingi tiga sosok boneka wanita muda Tionghoa dengan mengenakan baju cheongsam.

Meski dibatasi dengan tidak dilakukan kerumunan. Namun kampung Tionghoa tertua ini mengajak warganya berlomba-lomba menghiasi bertemakan Tiongkok dan Imlek. Bahkan, sepanjang gang 1 di Kapasan Dalam, dihiasi mural bertemakan Tiongkok.

Djaya Soetjianto Ketua RW 8 Kapasan Dalam, Kelurahan Kapasan, Kecamatan Simokerto mengatakan, seluruh warga menghormati Perwali 67 tahun 2020 tentang pencegahan Covid-19. Sehingga, tidak ada perayaan seperti tahun sebelumnya.

Baca Juga: Dampingi Siswa Inklusi, Guru di Surabaya Diberi Pembekalan

“Tapi, kami berinisiatif menggelar lomba menghias rumah masing-masing. Kami juga membatasi pengunjung dengan protokol kesehatan,” ujar Djaya, Jumat (12/2/2021).

Djaya mengatakan, peringatan Imlek di hari pertama ini biasanya barongsai berkeliling mengusir setan atau aura negatif. Tapi, karena pandemi Covid-19, maka atraksi barongsai tidak digelar di pagi hari.

“Hanya saja dewa rejeki tetap keliling ke rumah-rumah warga dengan protokol ketat. Warga juga tidak membuka open house. Kami mengurangi kerumunan,” katanya.

Djaya berharap kampung pecinan Kapasan Dalam tetap bisa merawat budaya dan bisa dikenal nasional maupun dunia. Sehingga, kesejahteraan warga juga terangkat. “Kami terus menjaga tradisi kami. Kami berharap kampung kami dapat perhatian pemerintah maupun swasta,” katanya. fm/pat/jul/cr2/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU