Komisi IX Minta Menkes Mundur!

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 05 Jul 2021 21:56 WIB

Komisi IX Minta Menkes Mundur!

i

Ilustrasi karikatur

Untuk Mempertanggungjawabkan 63 orang Anggota Masyarakat yang Meninggal di RS Sardjito Jogjakarta

 

Baca Juga: Tren Covid-19 Naik, Tapi tak Timbulkan Kematian

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Masalah keterlambatan pasokan oksigen yang diduga menyebabkan 63 pasien di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Yogyakarta meninggal dunia, terus bergulir. Dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR-RI dengan Menkes Budi Gunadi Sadikin, Senin kemarin (5/7/2021), soal pasokan oksigen ini mencuat. Anggota DPR-RI Fraksi PKS, Ansori Siregar dengan berapi-api mengkritik penangaman pandemi oleh pemerintahan Jokowi. Ansori prihatin dengan cara Kemenkes tangani 63 pasien di RSUP Dr. Sardjito. Ia minta Menkes Budi Gunadi, mundur dari jabatannya.

Ini kali kedua tanggungjawab Menkes Budi Gunadi, disorot Anggota DPR-RI. Dua hari lalu Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Melki Laka Lena meminta Kementerian Kesehatan bertanggung jawab soal keterlambatan pasokan oksigen yang diduga menyebabkan 63 pasien di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Yogyakarta meninggal dunia.

 

Menkes Diminta Mundur

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI dari Fraksi PKS Ansory Siregar meminta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk mundur dari jabatannya. Tuntutan ini merupakan pertanggungjawaban Menkes atas meninggalnya 63 pasien COVID-19 di Rumah Sakit dr Sardjito Yogyakarta akibat habisnya persediaan oksigen.

"Satu orang saja (yang meninggal), di situ harus dipertanggungjawabkan. Saya mohon di sini Menkes harus mundur untuk mempertanggungjawabkan 63 orang masyarakat yang meninggal di RS Sarjito," pinta Ansory dalam Rapat Kerja Komisi IX DPR RI, Senin (5/7/2021).

Ansory menyoroti kelangkaan oksigen yang terjadi di sejumlah rumah sakit, seiring dengan meningkatnya angka positif COVID-19 dan jumlah pasien. Menurutnya, pemerintah seharusnya sudah mengantisipasi pasokan oksigen medis di tengah situasi saat ini.

Sehingga, ketika kondisi semakin kritis tidak perlu sampai ada kejadian pasien COVID-19 yang meninggal akibat. Apalagi ditambah dengan adanya varian baru COVID-19 yang berbahaya karena penularannya lebih cepat.

"Harusnya sedia payung sebelum hujan, bukan sedia payung setelah hujan. Itu baru RS Sardjito, belum lagi yang isoman-isoman (isolasi mandiri). Sudah nggak bisa dihitung orang yang meninggal gara-gara oksigen," katanya.

"Saya nggak tahu siapa yang bermain di (pasokan) oksigen ini," imbuh Ansory.

 

Dengar Keluhan Persi

Sementara Sekretaris Jenderal Persi Lia Gardenia Partakusuma, mengingatkan data per Minggu (4/7) tercatat terjadi rekor kematian covid-19 dengan penambahan sebanyak 555 orang yang meninggal dalam sehari.

"Beban operasional kami meningkat, penambahan operasional khusus covid-19 tidak bisa dipungkiri. Peti jenazah sekarang sudah mulai kita harus mencari, yang biasanya mudah sekali," tambah Lia dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX yang disiarkan secara daring melalui kanal YouTube DPR RI, Senin (5/7).

Pernyataan Lia ini setelah mendengar keluhan dari Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) . Persi mengaku akhir-akhir ini rumah sakit mulai kesusahan mendapatkan peti jenazah untuk memakamkan pasien dengan protokol covid-19.

 

Krisis Oksigen

Lia juga tak menampik bahwa di sejumlah daerah ditemukan kondisi krisis oksigen untuk pasien. Dengan temuan itu, Lia meminta agar distribusinya dapat dilakukan dengan baik dan tepat waktu.

"Bayangkan yang biasanya seminggu dua kali dikirim oksigen liquid pada satu hari. Pagi sudah diisi, sore sudah minta diisi lagi. Nah, yang seperti itu kita juga tidak bisa hindarkan," ujar Lia.

Baca Juga: Covid-19 di Indonesia Naik, Ayo Masker Lagi

 

Sudah Bersurat ke Menkes

Sementara Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Melki Laka Lena meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bertanggung jawab soal keterlambatan pasokan oksigen yang diduga menyebabkan 63 pasien di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Yogyakarta meninggal dunia.

Pasalnya, menurut Melki, RSUP Dr Sardjito sudah mengirimkan surat ke Kemenkes tentang kondisi pasokan oksigen yang dimiliki pada Sabtu (3/7).

"Pertama, ini adalah tanggung jawab Kemenkes yang bertanggung jawab terhadap aturan dan menggerakkan industri agar bisa mensuplai. Apalagi, 3 Juli itu Direktur Utama RSUP Sardjito sudah mengirim surat dari kemarin terkait kondisi pasokan oksigen medis yang mereka miliki," kata Melki kepada wartawan, Minggu (4/7).

 

Kemenkes Harus Bergerak

Melki menilai Kemenkes seharusnya langsung bergerek merespons informasi soal pasokan oksigen. Menurutnya, peristiwa keterlambatan pasokan oksigen yang diduga menyebabkan 63 pasien di RSUP Dr Sardjito meninggal merupakan kelalaian Kemenkes.

"Jadi mesti ada yang bertanggung jawab terhadap kematian 63 pasien di RSUP karena itu kelalaian Kemenkes yang sudah diberikan surat tapi tidak bergerak," ujar politikus Partai Golkar itu.

Dikabarkah 63 pasien di RSUP Dr Sardjito meninggal dalam sehari semalam. Keterlambatan pasokan oksigen diduga turut menyebabkan meninggalnya pasien dengan jumlah yang belum pernah terjadi dalam sejarah rumah sakit ini.

Baca Juga: Dalam Kapasitas Ketua DPR, Puan Ngaku tak Panas

Pasien yang meninggal di RSUP Dr Sardjito pada Sabtu (3/6) hingga Minggu (4/6) dinihari terdiri dari sembilan orang di ruang intensif, 30 di bangsal rawat inap, dan 12 di instalasi gawat darurat. Mereka merupakan pasien covid-19 yang rata-rata mengalami pemburukan dan butuh pasokan oksigen.

 

Membentuk Satgas Oksigen

Setelah kejadian di Jogjakarta, Kementerian Kesehatan membentuk satuan tugas oksigen di 34 provinsi Indonesia guna mengantisipasi kurangnya ketersediaan oksigen di sejumlah rumah sakit akibat lonjakan pasien virus corona dengan gejala berat yang mereka rawat.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan satgas oksigen diberikan mandat untuk dapat menyesuaikan kebutuhan dan ketersediaan masing-masing rumah sakit, serta menyediakan transportasi logistik ke masing-masing rumah sakit dari produsen oksigen yang ada di daerah mereka masing-masing.

 

Gubernur DIY Luruskan

Sementara itu, Gubernur DIY, Sri Sultan HB X menyatakan bahwa peristiwa di Sardjito akhir pekan lalu bukan karena rumah sakit kehabisan oksigen secara serta merta hingga membuat timbulnya kematian pasien sampai 63 orang (Sabtu-Minggu pagi).

Pemda DIY saat ini memastikan rumah sakit rujukan tak lagi kekurangan oksigen dengan kepastian suplai 47,6 ton sehari ditambah persediaan 50 persen.

“Jadi memang memerlukan tapi bukan berarti tidak ada oksigen. Jangan berasumsi meninggalnya pasien Covid di Sardjito karena tidak ada oksigen, itu tidak betul. Oksigen tetap ada, kita suplai. Minggu pagi pukul 01.00 dan 05.00 itu disuplai melalui trailer 2 plus 12 ton ditambah dibantu sama kepolisian Polda dan RSA UGM,” tandas Sultan. n jk/erc/cr4/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU