Home / Ekonomi dan Bisnis : Melongok Rumah Duka Grand Heaven Surabaya (2)

Krematorium Berkonsep Eco Green, Peti Jenazah Premium dan Rumah Abu

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 27 Jun 2022 19:52 WIB

Krematorium Berkonsep Eco Green, Peti Jenazah Premium dan Rumah Abu

i

Peti jenazah yang ditawarkan oleh Grand Heaven Surabaya memiliki kualitas premium yakni bahan berkualitas tinggi dan pilihan yang beragam, mulai dari peti impor hingga peti jenis Siupan.

Bila berbicara rumah duka, pasti berhubungan dengan peti jenazah hingga krematorium alias tempat pembakaran bagi jenazah. Nah, di Grand Heaven sendiri memiliki itu semuanya. Komplit.

 

Baca Juga: Imigrasi I Surabaya Berhasil Terbitkan Hampir 10 Ribu Paspor

 

 

Saat room tour, tim Surabaya Pagi diajak mengunjungi di lantai 10, yakni tempat Columbarium alias ruang penyimpanan abu jenazah yang sudah melewati proses kremasi dan disimpan di dalam guci pilihan.

Terlihat tiga sampai empat ruangan columbarium untuk beragam agama. Ada ruang abu untuk Budha dan Konghucu, serta ruang abu untuk kaum Nasrani, yakni beragama Protestan dan Katolik. Di tiap ruang abu itu tersedia sekitar 1.000 kotak untuk penyimpanan guci yang berisi abu.

Hanya saja, saat kunjungan, ruang abu sedang dalam renovasi untuk penambahan ornamen-ornamen khusus di ruang abu Budha dan ruang abu Nasrani.

“Untuk di columbarium Nasrani, baik Protestan dan Katolik dibedakan. Kalau di Protestan hanya salib, sedangkan untuk Katolik ada gambar Bunda Maria serta Yesus. Hal ini untuk membedakan. Kita juga menyiapkan ruang ibadah. Saat ini memang sedang dirapikan, tetapi kedepan keluarga bisa nyaman untuk ibadah disini,” kata Andreas.

Selama proses renovasi, bagi keluarga yang sudah membeli tempat ruang abu dengan guci, lanjut Andreas, penyimpanan guci abu ditempatkan di ruang VVIP yang berada di lantai 6. Hal ini terlihat pemandangan sekitar 2 ruangan VVIP telah ditempat beberapa guci abu milik beberapa keluarga dengan atribut-atribut dan foto-foto mendiang di tempatnya.

 

Peti Premium

Sebelum proses kremasi, keluarga pun bisa memilih peti jenazah yang terletak di lantai 7. Disitu terlihat satu ruangan besar tempat pembuatan peti jenazah beragam model mulai peti jenazah standar alias peti jenazah ekonomis hingga peti jenazah yang berbahan premium seperti dari kayu jati dan kayu mahoni.

Terlihat tumpukan peti jenazah disusun di rak baja yang tersusun tiga rak peti. Harganya pun bervariasi, ada yang dibawah Rp 10 juta, yakni peti jenazah ekonomi hingga ratusan juta rupiah.  

Ada juga peti jenazah yang diimpor dari Amerika Serikat berbahan Stainless Steel. “Kalau ini (sembari menunjuk peti berbahan stainlees steel) impor dari Amerika. Bahannya Stainlees Steel. Kuat. Biasanya untuk dimakamkan. Bahan dalamnya juga empuk dan nyaman bagi jenazah,” jelas Jonathan, yang mendampingi Andreas mengajak tim Surabaya Pagi room tour di Grand Heaven Surabaya.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Usulkan SERR ke Pusat

Bahkan, ada peti jenazah yang berukuran besar dari bahan kayu jati berukuran besar. Peti jenazah tradisional Tionghoa itu biasanya disebut Siupan. Bentuknya memanjang tanpa ada sambungan.

Siupan terdiri atas tiga bagian, yakni tutup, lambung, dan dasar. Bagian penutup dibentuk menyerupai sebuah kapal yang ujungnya meruncing dan lebih tinggi. Sedangkan lambung dan dasar merupakan tempat meletakkan jenazah. Bentuknya menyerupai tabung.

“Ini kebanyakan dari kayu jati. Terlihat sangat kokoh dan besar. Nah kalau besar ini, kita mengangkutnya menggunakan ambulance yang besar di parkiran bawah,” Andreas menjelaskan.

Andreas sendiri menjelaskan, setidaknya ada dua jenis Siupan, yakni Koden dan Teng Siang (berkualitas baik). Siupan koden terbuat dari rakitan atau penggabungan kayu-kayu jati, sedang TS berbahan baku kayu jati utuh atau gelondongan. Bahan baku berkualitas ini mempengaruhi harga jual Siupan.

Dari informasi yang dihimpun tim Surabaya Pagi, kebanyakan masyarakat Tionghoa membeli Siupan tidak berdasar ukuran tubuh mendiang, tetapi berdasar jiuk atau ukuran khusus Siupan. Semakin besar jiuk-nya, semakin tinggi status dan kedudukan mendiang dan keluarganya.

Mereka yang mempunyai status dan kedudukan tinggi, biasanya akan meminta siupan berhias ukiran. Ada yang berwujud naga, kaligrafi, burung hong, hingga delapan dewa.

Saat ditanya, untuk pembuatan peti jenazah yang semuanya disimpan di lantai 7 itu, Andreas menjelaskan ada beberapa jenis peti jenazah yang dibuat sendiri di workshop milik Grand Heaven. Tetapi tidak dipungkiri, bila ada pihak keluarga sudah mempercayakan peti jenazah dari tempat pembuatan peti mati di perusahaan peti mati lain, pihaknya bisa menerima.

Baca Juga: Tingkatkan Kepuasan Masyarakat, Satpas SIM Colombo Gaungkan Pelayanan Prima dan Transparansi

“Maka itu, kami membuka peluang dengan beberapa perusahaan pembuatan peti mati lain yang ingin berkolaborasi dengan kami. Kami pun bisa menerima,” cerita Andreas.

 

Krematorium Eco Go Green 

Sementara, untuk proses kremasi yang terletak di lantai 5 di dalam gedung dilengkapi fasilitas canggih menggunakan teknologi Go Green Concept. Saat tim Surabaya Pagi meninjau, proses kremasinya memakan waktu kurang lebih dua jam. Dengan begitu dapat menghemat biaya.

“Saat peti dimasukkan ke dalam ruang kremasi ini, akan dibakar dengan suhu lebih dari 1.000 derajat celcius. Setelah hangus, pihak keluarga pun akan memilih abu dan tulang yang sudah hangus untuk dihancurkan di grinder khusus kami,” Andreas menjelaskan.

Gunanya apa? Biasanya, tambah Andreas, ada beberapa tulang meski sudah dibakar dengan suhu tinggi, tidak bisa hancur. Seperti tengkorak, tulang kering. “Nah disini, dalam grinder akan dihancurkan menjadi abu. Baru kita masukkan ke dalam guci yang sudah dipilih oleh keluarga,” beber Andreas.

Untuk itu, Andreas sendiri berpesan, setiap orang atau setiap keluarga yang sedang berduka, baik itu beragama Konghucu, Budha, Hindu, Protestan, Katolik, hingga Islam. Grand Heaven selalu dengan tangan terbuka bisa menerima pelayanan selama 24 jam. Grand Heaven juga melayani bagi keluarga yang kurang mampu. Apa saja syaratnya? Ikuti tulisan seri ketiga pada edisi esok. (radityakhadaffi/lordnaputri/bersambung)

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU