Krisis Ekonomi Lebanon, Petani Beralih Tanam Ganja

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 21 Apr 2021 10:06 WIB

Krisis Ekonomi Lebanon, Petani Beralih Tanam Ganja

i

Banyak petani di Lebanon kini menanam ganja untuk lepas dari krisis ekonomi yang tengah dihadapi.  SP/LEBAN

SURABAYAPAGI, Lebanon -  Krisis ekonomi yang melanda Lebanon membuat beberapa petani disana beralih menanam ganja dari sebelumnya yang menanam kebutuhan pokok. Seperti Abu Ali yang selama tiga dekade telah menanam kentang terpaksa menukarnya dengan ganja  karena naikkan biaya produksi tamanan biasa.

"Ini bukan karena cinta ganja," kata pria 57 tahun itu kepada AFP di wilayah Baalbek timur, jantung industri ganja di Lebanon. "Ini karena lebih murah daripada tanaman lain ... dan memungkinkan untuk hidup dengan bermartabat." Imbuhnya.

Baca Juga: Penguatan Bisnis, Bank Jatim Cetak Kinerja Positif di tahun 2023

Ketika nilai mata uang lokal jatuh di pasar gelap, harga bahan bakar impor, benih, pupuk dan pestisida yang dihargai dalam dolar meroket. Semakin banyak petani kecil, yang juga sebelum krisis sudah dalam kesulitan, memutuskan untuk beralih untuk menananm ganja. “Dengan pertanian, kami selalu merugi,” kata Abu Ali, yang meminta untuk menggunakan nama samaran karena masalah keamanan. 

Akibat beberapa dekade diabaikan oleh pemerintah, banyak rekan Abu Ali yang meminjam uang dari bank atau lintah darat dan harus menjual tanah atau properti untuk membayar utang mereka.

Pada tahun 2019 Abu Ali mulai menanam ganja, untuk menghindari nasib yang sama.  Karena benihnya empat kali lebih murah daripada kentang atau kacang hijau.

Tanaman ini juga membutuhkan lebih sedikit air dan pupuk. Dan dengan permintaan pasar yang kuat berarti, Abu Ali memiliki pendapatan yang stabil untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun. 

"Ketika kami menanam sayuran, kami bahkan tidak bisa membeli bahan bakar untuk pemanas," kata Abu Ali.

Baca Juga: Kinerja PNM Berdayakan Ekonomi Perempuan Lampaui Grameen Bank

Ladang  ganja seluas dua hektar yang dimiliki Abu Ali setiap musim panennya menghasilkan sekitar 100 kilogram. Satu kilogram dijual dengan harga rata-rata dua juta pound Lebanon atau sekitar 1.325 dollar AS. Dan harganya bisa mencapai lima juta pound tergantung pada kualitas.

 "Saya tidak menjalani kehidupan mewah, tapi, saya bisa memberi makan dan menghidupi keluarga saya," kata Abu Ali.

Seorang petani lain yang meminta dipanggil Mohammad bercerita bahwa ia mulai menanam ganja pada tahun 2018 setelah lebih dari 20 tahun menanam kentang.

Baca Juga: Jokowi Kagum Pasar Among Tani, Khofifah: Optimis Dongkrak Ekonomi Batu dan Jatim

Dia mengalokasikan lebih dari satu hektar lahan untuk menanam ganja. Ganja, bahkan ia peroleh sebagai pembayaran yang diberikan tetangganya yang mengambil air dari sumurnya.

Mohammad mengaku, tidak berniat untuk kembali sebagai petani kentang. "Dengan kentang, Anda mendapat untung satu tahun dan rugi selama tiga tahun setelah itu," kata pria berusia 60 tahun itu. "Dengan ganja tidak ada kerugian.Jika bukan karena menanam ganja, kami tidak akan bisa makan." 

Menurut laporan PBB tahun 2020, Lebanon merupakan produsen ganja terbesar keempat di dunia setelah Maroko, Afghanistan, dan Pakistan. Setidaknya 40.000 hektar lahan ditanami ganja, kata PBB. April tahun lalu, untuk mendongkrak perekonomian dan meningkatkan pendapatan negara, Parlemen Lebanon telah melegalkan penanaman ganja untuk penggunaan medis. Meskipun demikian, penjualan dan konsumsinya secara resmi dilarang di Lebanon.dw/na

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU