SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Saya menilai sikap Rektorat Universitas Indonesia terhadap BEM UI, berlebihan. Terutama terkait saat memanggil mahasiswanya yang mengkritik Presiden Jokowi sebagai The King of Lips Service.
Saya berpendapat sudah sewajarnya mahasiswa atau anak muda bersikap kritis terhadap perkembangan sosial politik negara, sikap ini biasa ditumbuhkan di kampus.
Baca Juga: Kesimpulan Paslon 01 dan 03: Sumber Masalahnya, Gibran dan Cawe-cawenya Jokowi
Maka seyogyanya Rektorat UI tidak menyikapi sikap BEM UI secara represif dan otoriter. Begitu pula, pihak yang tidak setuju dengan pandangan BEM UI, sebaiknya ajukan argumen dan fakta tandingan.
Jujur saya juga menyebut kritik yang dilontarkan BEM UI ini sebenarnya adalah pandangan banyak orang terhadap pemerintahan hari ini.
Baca Juga: Jokowi Dituding Lebihi Soeharto
Pandangan BEM UI sebenarnya pandangan banyak orang. Namun, BEM UI memiliki keberanian moral untuk menyuarakannya. Hal itu harus dipuji, apalagi jika pandangan itu disertai bukti atau argumentasi. Itu sikap intelektual sejati.
Sebelumnya, BEM UI memberikan kritikan tajam kepada Presiden Joko Widodo dengan menjuluki Jokowi sebagai "King of Lip Service".
Baca Juga: Ketua Relawan Prabowo Mania 08, Berkeluh-kesah
Kritikan ini dibagikan di akun media sosial BEM UI, baik di Twitter maupun Instagram. BEM UI menyoroti berbagai janji Jokowi yang tidak ditepati, dan menyebut sang presiden kerap mengobral janji.
"JOKOWI: THE KING OF LIP SERVICE. Halo, UI dan Indonesia! Jokowi kerap kali mengobral janji manisnya, tetapi realitanya sering kali juga tak selaras. Katanya begini, faktanya begitu. erk
Editor : Moch Ilham