Lagi-lagi Risma

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 24 Jun 2020 21:14 WIB

Lagi-lagi Risma

i

Gambar visual by SP

Bingungkan Sekdaprov Jatim, Dr. Heru Tjahjono, Dirut RS Husada Utama Surabaya,  dr. Didi Darmahadi Dewanto, SpOG, dan Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr. Joni Wahyuhadi, Terkait Kabar ada 200 bed kosong di RS Husada Utama, untuk Pasien Covid -19 

 

Baca Juga: Wali Kota Surabaya Eri Resmikan Gedung Baru PMI

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Walikota Tri Rismaharini, bikin ‘ribut’ lagi. Kali ini melempar isu tentang ada bed kosong sebanyak 200 di Rumah Sakit Husada Utama. Informasi ini malah membingungkan Sekretaris Daerah Provinsi Jatim, Dr. Heru Tjahjono, Direktur Utama RS Husada Utama Surabaya,  dr. Didi Darmahadi Dewanto, SpOG, dan Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr. Joni Wahyuhadi. Kabar ini terkait penampungan pasien Covid -19. “Mbak tidak perlu memperpanjang statemen yang pernah diucapkan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Sudahlah mbak, nggak usah diperpanjang statement. Kita ini bersedia kok. Khan kita juga merawat pasien. Kita ini rumah sakit, terima pasien macam-macam. Pasien covid itu macam-macam. Ada yang bergejala ada yang nggak bergejala. Maka harus dibedakan," terang  dr. Didi Darmahadi Dewanto, SpOG, kepada Surabaya Pagi, Rabu (24/6/2020).

 Lantas, bagaimana kapasitas RS Husada Utama Surabaya saat ini, apakah penuh atau masih banyak yang kosong seperti ada 200 bed pemberian Pemkot Surabaya nganggur. Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi ini menjelaskan, kalau RS Husada Utama masih bisa menampung pasien. Khususnya untuk pasien Covid-19, bisa menampung 347 pasien.

"Kami laporan ke Kemenkes, bisa sampai 347 pasien, saat ini yang tengah dirawat sebanyak 145 pasien. Sudah jangan diperkeruh. Kita ini hanya ingin menolong pasien," jelas dr Didi.

Meski begitu, RS Husada Utama, masih membatasi rujukan pasien positif yang masuk kategori Orang Tanpa Gejala (OTG). Belum bisa menerima pasien positif memiliki gejala dikarenakan keterbatasan tenaga kesehatan. “Makanya waktu ditelpon dokter Joni, saya bilang, mbok dibantu nakes untuk RSHU (RS Husada Utama, red),” ujar dr Didi. Dari pasien yang dirawat saat ini, merupakan pasien Covid-19 yang tanpa gejala (OTG).

Untuk nakes, menurutnya saat ini jumlahnya pas, atau tidak kewalahan dalam menangani pasien Covid-19. Didi juga sudah meminta bantuan nakes ke Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya. “Ya mohon maaf menurut saya kita sebagai tenaga kesehatan melayani ya melayani sebaik mungkin. Dalam akreditasi orang mau ngerujuk ada komunikasi, tempat yang mau dirujuk ada kamar atau tidak, sarana prasarana. Kita sudah ada aturan kalau ngerujuk ke RS. Sudah gak usah diperkeruh lagi soal ini," jelasnya.

 

Ruang Isolasi Sudah Penuh?

Sementara, tim Surabaya Pagi, mencoba menelusuri di RS Husada Utama, Rabu (24/6/2020) siang kemarin. Suasana Rabu siang kemarin di rumah sakit yang terletak di Jl dr Moestopo, seberang dari RSUD dr Soetomo dan berdekatan dengan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini terlihat tidak begitu banyak pasien yang hilir mudik keluar masuk. Protokol RS Husada Utama selama Covid-19, juga sangat selektif saat memilih pasien-pasien.  Bahkan, pemeriksaan masuk pun cukup ketat, ditengah pandemi Covid-19 ini.

Di meja informasi, awalnya Surabaya Pagi bertanya, terkait biaya persalinan dan ketersediaan kamar untuk persalinan bila di RS Husada Utama. Petugas informasi pun menjelaskan bahwa kamar untuk persalinan kelas 1 dan VIP. Namun, petugas informasi itu menginformasikan, ada banyak kamar yang dipakai untuk ruang khusus pasien khusus. “Saat ini memang ada banyak yang dialihkan untuk pasien khusus pak,” jawab seorang petugas informasi berjenis kelamin perempuan itu.

Saat ditanya, pasien khusus itu siapa, apa pasien Covid-19 dan berapa banyak jumlah kamar yang tersedia? Apakah penuh?. Petugas khusus itu tidak menjawab lebih lanjut. “Pasien khusus saja pak. Untuk kamar untuk pasien umum, masih ada pak. Tapi untuk pasien khusus itu sepertinya sudah penuh,” jawabnya singkat yang tak menjelaskan detail terkait apakah itu pasien Covid-19 atau tidak. Sementara, ketika ditanya soal rapid test dan tes swab, ternyata RS Husada Utama, hanya bisa menerima pemeriksaan rapid test.

 

RSHU Kesulitan Nakes

Terpisah, Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr. Joni Wahyuhadi mengkonfirmasi mengenai ketersediaan ruangan di Rumah Sakit Husada Utama Surabaya yang sebelumnya diklaim Walikota Surabaya Tri Rismaharini masih mempunyai kapasitas 200 bed untuk menampung pasien Covid-19.

"Saya kemarin sudah hubungi (Dirut RS Husada Utama), katanya masih akan menambah kapasitas ruangan sekitar 20 sampai 30an. Tapi mereka sedang kesulitan masalah tenaganya," ujar dr Joni kepada Surabaya Pagi, Rabu (24/6/2020).

Saat ditanya mengenai pernyataan Risma mengenai ketersediaan ratusan bed di Rumah Sakit Husada Utama, dr Joni tidak memberikan banyak komentar. "Ya bisa dinilai sendiri lah mas, kalau masalah itu. Tau sendiri khan…. Yah yang penting kita sudah mencoba gotong royong dalam merawat pasien Covid-19," kata dr Joni.

Sebelumnya, direktur RSUD dr Soetomo Surabaya itu juga mengatakan jika memang ada 200 bed belum terpakai, menurutnya eman-eman (disayangkan) tidak dimanfaatkan. Di mana kondisi RSU dr Soetomo sedang overload, RS Haji overload dan RSJ Menur juga overload. Yang kita rawat ini, juga rakyat Surabaya.

Baca Juga: DSDABM Kota Surabaya Akan Segera Tuntaskan 245 Titik Banjir di Surabaya

“Kita tidak minta bantuan ke Pemkot. RSU dr Soetomo itu 82 persen juga diisi pasien dari Surabaya. Kalau boleh kita pindahkan pasien untuk dirujuk ke RS Husada Utama. Tapi setelah kita telpon ke Direktur RS Husada Utama, ternyata bilangnya penuh dan tidak ada ruangan,” jelasnya.

 

Sekdaprov Bantah Pernyataan Risma

Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Heru Tjahjono juga membantah penyataan Risma jika pihak Pemprov Jatim mengeluh mengenai kapasitas ruangan isolasi di RSUD dr Soetomo yang penuh. "Tidak betul itu. Pemprov Jatim masih memiliki RS Lapangan di Jalan Indrapura Surabaya. Dan kondisinya masih ada bed isolasi yang tersedia," tegas Heru, Senin (21/6/2020) malam.

Selain itu, Heru juga menjelaskan jika RSUD dr Soetomo masih melayani perawatan untuk pasien Covid-19 meskipun memang kondisinya overload.

"RSUD dr Soetomo Surabaya meskipun overload, masih melayani perawatan pasien Covid-19 dan belum penuh," ujarnya.

 

Pemkot Klaim Bantu Bed dan Ventilator

Sebelumnya, Walikota Surabaya dalam rapat evaluasi yang dihadiri oleh Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Jawa Timur, Gugus Tugas Covid-19 Jatim, Kepala Daerah dan sekaligus Gugus Tugas Covid-19 Kota Surabaya, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Sidoarjo. Masing-masing Kepala Daerah itu menyampaikan paparannya terkait upaya penanganan Covid-19 di wilayahnya.

Baca Juga: Adhy Karyono Ajukan Kepala Bapenda Jadi PJ Sekdaprov Jatim

Wali Kota Surabaya juga menyatakan, bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sebelumnya telah menambah kapasitas bed ruang isolasi khusus pasien Covid-19 di dua rumah sakit rujukan Surabaya. Kedua rumah sakit itu adalah RS Husada Utama dan RS Siloam Hospital.

"Di RS Husada Utama itu kita berikan 8 ventilator dan 6 ruang ICU itu (saat ini) kosong," terangnya.

Walikota Surabaya kemudian  mempersilahkan kepada Gugus Tugas Jatim menggunakan ruang isolasi di RS Husada Utama itu jika kapasitas di RS dr Soetomo saat ini sudah penuh.

"Silahkan ditempati, karena belum pernah kita tempati itu, kami justru senang. Ada 200 (bed) itu belum pernah kami tempati," ujarnya.

Terpisah, Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita menyampaikan, Pemkot Surabaya telah menjalin kerjasama dengan dua rumah sakit di Surabaya terkait penambahan kapasitas bed di ruang isolasi khusus pasien Covid-19. Dua rumah sakit itu, yakni RS Husada Utama dan RS Siloam Hospital.

Febria menyatakan bahwa pasien Covid-19 dan non Covid-19 yang dirawat di rumah sakit rujukan itu dilakukan pemisahan kamar. Hal ini juga berlaku bagi pasien Covid-19 dan non Covid-19 yang dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD). "Intinya kita lakukan sudah lama pemisahan itu, termasuk IGD Covid-19 dan non Covid-19," kata Febria.

Terpisah, Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M Fikser membenarkan terkait statment yang disampaikan oleh Walikota Surabaya mengenai 280 bed yang siap dipakai untuk Pemerintah Provinsi.

Ia menuturkan bila statement yang disampaikan pada Minggu (21/06/20) memang betul dan bed tersebut juga ada. "Statmen itu kan sudah lama dan itu ada memang, bed itu ada. Sudah di sampaikan, memang ada" pungkasnya. byt/adt/rm/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU