Home / Ekonomi dan Bisnis : Kampung Lilin Kalidami Surabaya

Limbah Minyak Jelantah, Ubah Ekonomi Warga

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 25 Feb 2021 21:45 WIB

Limbah Minyak Jelantah, Ubah Ekonomi Warga

i

Berbagai aktivitas warga di Kampung Lilin di Jalan Kalidami VI, RT 02 RW 10 yang bisa memproduksi hasil-hasil UMKM dan dijual ke publik. SP/mg-arb

 

 

Baca Juga: DJP Jatim 2 Gandeng Media untuk Tingkatkan Pencapaian Target Pajak

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya – Sektor pariwisata, di tengah pandemi Covid-19 saat ini sedang turun. Untuk itu dibutuhkan inovasi agar bisa menarik peminat. Tak terkecuali wisata-wisata di Surabaya. Hal ini yang membuat warga Kalidami VI Surabaya terus bergotong royong menciptakan wisata edukasi agar bisa meningkat sektor ekonomi dan wisata untuk warganya. Berikut laporan kontributor Surabaya Pagi, Ahmad Reza.

Suasana siang itu, di salah satu kampung di Jalan Kalidami VI terlihat meriah dibanding kampung-kampung lain. Bahkan, di pintu gerbang tertulis “Kampung Lilin”.

Kampung Lilin ini bentukan warga Jalan Kalidami VI, RT 02 RW 10 . Mereka sengaja menyediakan pemandangan serba hijau dengan beragam lukisan mural di setiap sudut jalan.

Andik, Ketua RT 02 Kampung Lilin, mengungkapkan jika kondisi dari lingkungan ini jauh berbeda dibanding tahun sebelumnya.

“Kampung ini dulunya tidak ada apa-apa, polosan, kemudian tidak hijau sama sekali tidak ada pepohonan dikanan kiri jalan. Begitu tahun 2020 lalu kami mulai berbenah untuk menata lebih baik lagi,” ujar Andik, Selasa (23/2/2020).

Andik menuturkan jika alasan utama dari pembenahan kampung ini tidak lepas dari adanya pandemi yang berdampak banyak di warganya. Ia mengatakan jika ada banyak warganya yang dirumahkan oleh tempat kerjanya dan mengalami pemotongan gaji.

Baca Juga: Pasokan Migor Curah Menipis, Kemendag: Masih Mencukupi, Bisa Pakai ‘Second Brand’

“Melihat kondisi itu saya mengajak untuk berbenah untuk mengedukasi warga agar bisa menghasilkan penghasilan secara mandiri. Tidak mudah memang menggerakkan masyarakat, sehingga kami mengubah pengurus ke yang lebih millenials untuk membantu,” tuturnya.

Penamaan Kampung Lilin sendiri menurut Andik, bermula dari inisiasi untuk mengelolah limbah minyak jelantah. Ia menjelaskan jika selama ini limbah rumah tangga minyak sisa ini dibuang ke selokan-selokan yang bisa menyebabkan pencemaran dan membuntu aliran air. Dari situ lah mulai menggerakkan warga untuk berinovasi membuat sesuatu dari limbah.

“Disini juga karena ada yang ahli dalam membuat lilin itu makannya kami dulu mencoba. Awalnya kami mengumpulkan minyak jelantah ini dari rumah kerumah dan akhirnya diolah bersama menjadi lilin warna-warni dan lucu”, jelasnya.

Seiring dengan berjalannya waktu UMKM dengan produksi lilin kian lama menjadi berkembang pesat. Ketua RT 02 ini mengatakan produksi lilin disini telah bisa menembus pasar nasional hingga mendapat pesanan dari luar pulau.Salah satu aroma khas dari lilin di kampung ini adalah sereh.

Baca Juga: Perajin Kaligrafi di Tulungagung Banjir Pesanan, Tembus Qatar dan Amerika

“Untuk lilin sendiri dari UMKM nya dijual dengan harga Rp. 4.500,-. Dilain sisi disini juga ada UMKM roti namanya My Bread’s yang juga sudah mengantongi SIUP, nah uniknya lagi limbah minyak dari roti ini kami ambil dan dijadikan bahan baku lilin,” jelas Ketua RT 02 dengan berbincang santai dirumahnya.

Beragam bentuk mural dijalanan seolah memberi kesan ceria kepada kampung yang notabennya padat penduduk ini. Selain UMKM ada juga Hidroponik, Budidaya ikan dalam ember, kebun toga dan juga tempat pembuatan kompos. Beragam hal tersebut layak membuat Kampung Lilin juara dalam ajang Surabaya Smart City 2020 lalu.

Andik mengatakan kedepannya pihaknya ingin mewujudkan kampung ini sebagai wahana edukasi bagi anak-anak muda. Jadi anak-anak bisa mendapat edukasi seperti bagaimana cara hidroponik, budidaya ikan, pembuatan kompos, dan lilin. Serta anak-anak juga bisa bermain permainan tradisional

“Untuk mewujudkan kampung yang juga ramah anak kami membuat taman bermain dan sarana bermain tradisional seperti enggrang, bakiak batok kelapa, ular tangga di jalan, serta nantinya ada flying fox mini yang masih dalam tahap pembuatan. Edukasi denan permainan ini menurut saya juga untuk mengurangi dampak buruk gadget selama pandemi” ucap Andik. mg-arb/cr2/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU