Mau Pamit ke Firli pun Dilarang

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 30 Sep 2021 20:27 WIB

Mau Pamit ke Firli pun Dilarang

i

57 pegawai KPK yang dipecat mengucapkan selamat tinggal di lantai dasar Gedung Merah Putih, dimana Firli Bahuri berkantor, Kamis (30/9/2021).

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta – Hari yang menyedihkan itu akhirnya tiba. 57 pegawai KPK yang dipecat harus angkat kaki dari Gedung Merah Putih, Kamis (30/9/2021).

Sambil merangkul pundak Lakso Anindito, M. Praswad Nugraha berujar: "Lihat-lihat itu, kali terakhir kita masuk gedung ini."

Baca Juga: Lagi, KPK Periksa Kabag Perencanaan dan Keuangan Setda Lamongan

Kedua penyidik KPK itu lantas tercenung memandang lobi Gedung Merah Putih KPK. Momen itu jadi kali terakhir mereka menginjakkan kaki karena  dipecat pimpinan KPK usai dinyatakan tidak lolos asesmen Tes Wawasan Kebangsaan (TWK).

Perpisahan mereka tidak manis. Untuk bisa masuk Gedung Merah Putih KPK saja, mereka terpaksa harus melalui pintu Rumah Tahanan Negara (Rutan) K4 atau bagian belakang gedung karena sudah tidak mempunyai akses lagi. Selain itu, sepanjang jalan Kuningan Persada IV pun sudah diblokade polisi.

Suasana haru mengiringi langkah kepergian 57 pegawai KPK. Tangis pecah dalam pertemuan di ruang perpustakaan yang terletak di lantai dasar. Para pegawai yang telah diangkat sebagai ASN menemani 57 orang itu hingga keluar gedung. Lambaian tangan simbol perpisahan tak luput dari momen sendu tersebut.

Penyidik KPK, Herbert Nababan, yang paling rapi di antara puluhan pegawai tersebut karena mengenakan jas, berkelakar: "Saya pakai jas ini niatnya mau ketemu Firli terakhir kali, tapi enggak terjadi."

Berdasarkan informasi dari Plt. Juru Bicara KPK, Ipi Maryati Kuding, Firli bersama empat pimpinan KPK lainnya sedang berada di Gedung Merah Putih.

"Semua pimpinan di kantor hari ini, terjadwal kegiatan dengan internal,"tutur Ipi.

Baca Juga: Dalami Korupsi Pembangunan Gedung Pemkab, KPK Periksa Eks Ketua DPRD Lamongan

57 pegawai KPK tersebut dijemput oleh elemen masyarakat sipil di lobi Gedung Merah Putih. Secara beriringan mereka berjalan kaki ke Gedung Pusat Edukasi Anti-Korupsi yang berjarak kurang lebih 500 meter.

"Jangan diam," teriak Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia (AII), Usman Hamid, membelakangi kantor Firli Bahuri Cs.

"Lawan," sahut puluhan pegawai tersebut.

Kehadiran mereka di sepanjang Jalan Kuningan Persada IV-- yang telah diblokade polisi-- menarik perhatian sejumlah pihak. Bahkan, sejumlah aparat kepolisian ikut mengambil dokumentasi hari terakhir Novel Baswedan Cs.

Baca Juga: KPK Nilai Masalah Perizinan Masih Jadi Titik Rawan Korupsi, KAD Jatim dan KOK Gelar FGD

Di tengah perjalanan, sekuntum bunga mawar diserahkan satu per satu oleh masyarakat sipil kepada para pegawai. Pada momen itu, air mata tak bisa terbendung lagi dari wajah istri Kepala Satuan Tugas (Kasatgas) Penyidik KPK Andre Dedy Nainggolan.

Sujanarko, pegawai yang juga tak lolos TWK dan menyatakan pensiun per bulan Juni 2020, turut hadir dalam agenda tersebut. Ia juga menyerahkan sekuntum bunga kepada para pegawai.

Usman Hamid, Direktur YLBHI Asfinawati, mantan pimpinan KPK (Saut Situmorang, Busyro Muqoddas, Bambang Widjojanto, dan Abraham Samad), perwakilan mahasiswa, hingga perwakilan 57 pegawai KPK tak henti-hentinya melontarkan semangat perjuangan.

"Kami 58 pegawai yang telah disingkirkan dengan ini mendirikan IM57+ Institute, yang kemudian ke depan kita menjadi satu wadah untuk bersatu berkolaborasi melanjutkan kerja-kerja pemberantasan korupsi," ujar Praswad di gedung ACLC KPK, Kamis (30/9). jk1,rc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU