Melawan Wabah Radikalisme, "Aktor Oportunis" di Tengah Pandemik Covid-19

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 13 Mei 2020 16:08 WIB

Melawan Wabah Radikalisme, "Aktor Oportunis" di Tengah Pandemik Covid-19

i

Entrepreneur Muda PT. Triwarsono , Surabaya, Gilang Kurnia, S.Sos.SP/ist

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Sejak pandemik virus Covid-19 atau Corona yang berasal dari China, Indonesia sebagai negara terdampak menunjukkan statistik yang cukup mengkhawatirkan dengan jumlah positif corona 12.776 orang dan meninggal 930 orang. Pemerintah dalam hal ini telah melakukan berbagai kebijakan untuk meredam penyebaran virus Covid-19 salah satunya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sejumlah wilayah telah menerapkan PSBB khususnya Jakarta dan sekitarnya bahkan Jawa Timur.

 Selama PSBB, masyarakat dianjurkan untuk tidak mengadakan kegiatan massa serta wajib mematuhi penggunaan masker dan jarak 1 m antar orang. Hal ini mengingat sifat virus Covid-19 dapat menjangkiti melalui cairan yang keluar dari tubuh penderita. Prosedur keamanan yang ketat terus digalakkan pemerintah khususnya wajib menggunakan masker baik di situasi apapun.

 Selain itu dengan berhentinya kegiatan masyarakat di segala bidang, dan menurunnya kekuatan ekonomi negara, kelompok radikal sempat menghembuskan isu bahwa virus Covid-19 merupakan azab yang diturunkan kepada Indonesia karena telah banyak melanggar ajaran Tuhan. Munculnya isu tersebut, seperti ancang-ancang kelomok radikal menyebarkan pemahamannya kepada masyarakat secara luas meskipun ditengah pandemik Covid-19.

 Wabah radikalisme di Indonesia seakan lebih ganas dari segala macam virus termasuk virus Covid-19 atau Corona. Kebanyakan radikalisme merujuk pada sikap fanatis terhadap agama yang bisa menyerang siapa saja. Penyebaran radikalisme saat ini sudah masuk hingga lapisan terbawah masyarakat menyerang siapa saja tanpa memandang latar belakangnya. Bagaikan virus ganas, paham radikal mampu melumpuhkan orang yang lemah dalam memahami agama.

 Agama menjadi salah satu media bagi kelompok radikal untuk menyebar pemahaman yang melenceng dari ajaran agama yang sesungguhnya. Banyaknya serangan teror yang terjadi di Indonesia diantaranya bom bunuh diri, bom mobil dan serangan kepada aparat keamanan serta pemerintah. Namun pemerintah berhasil menghentikan dan menanggulangi aksi-aksi tersebut hingga memburu kelompok-kelompok radikal di Tanah Air.

 Pasca kekalahan kelompok radikal tersebut, penyebaran paham-paham melenceng tidak surut justru semakin gencar dilakukan. Kelompok radikal yang memanfaatkan demografi masyarakat Indonesia didominasi oleh angkatan kerja atau usia diatas 18 tahun, merupakan ladang bagi mereka untuk menyebarkan paham melenceng.

 Doktrin-doktrin dan pencucian otak sering disasarkan kepada para pemuda yang masih berada pada tahap emosi yang labil. Selain itu, jiwa muda memiliki rasa semangat untuk diakui dan angan-angan heroisme yang tinggi. Ancaman tersebut sangat nyata meskipun tidak mampu dideteksi secara kasat mata layaknya virus.

 

Oleh: Gilang Kurnia, S.Sos

Entrepreneur Muda PT. Triwarsono - Surabaya

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU