Menkes Terawan Diganti, Diduga Tolak Beli Vaksin Sinovac

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 05 Jan 2021 22:13 WIB

Menkes Terawan Diganti, Diduga Tolak Beli Vaksin Sinovac

i

Terawan Agus Putranto bersama dengan Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam sertijab di Gedung Kemenkes RI Jakarta, akhir Desember 2020 lalu. Sp/Raditya

 

Diduga Tolak Beli Vaksin Sinopharm, dan AstraZeneca

Baca Juga: Ditanya Soal Hasil Pilpres, Menkes Ketawain Jokowi

 

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Presiden Joko Widodo akhirnya menunjuk Budi Gunadi Sadikin menjadi Menteri Kesehatan menggantikan Terawan Agus Putranto. Pergantian ini menuai sejumlah kritikan.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Faisol Riza mendapat informasi mantan Menteri Kesehatan (Menkes), Letnan Jenderal TNI Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad., pernah menolak untuk membeli tiga vaksin Corona Virus Desease 2019 atau COVID-19. Ketiga vaksin tersebut adalah Sinopharm, Sinovac, dan AstraZeneca.

Pernyataan ini sampai semalam masih menjadi pembicaraan di kalangan elite politik. Apalagi dugaan itu juga pernah disampaikan Faisol pada acara Webinar bertajuk 'Crazy Rich Masuk Kabinet: Membaca Politik Plutokrasi Era Jokowi,' yang diunggah akun YouTube Forum Jurnalis Politik, akhir Desember 2020.

 

Sudah Sejak Jabat Wakil Menteri BUMN

"Upaya melakukan pembelian vaksin, baik Sinopharm, Sinovac, maupun AstraZeneca yang kabarnya gagal karena menteri kesehatan sebelumnya tidak mau tanda tangan," kata Faisol Riza.

Akan tetapi, Faisol Riza tidak menyebutkan lebih lanjut alasan penolakan Terawan terhadap tiga vaksin tersebut saat masih menjabat sebagai Menkes. Ketika coba mengkonfirmasi, Terawan Agus Putranto tak merespons.

Pemerintah diketahui hingga saat ini telah memesan 371 juta dosis vaksin COVID-19 dari beberapa perusahaan farmasi asing. Rinciannya, sebanyak 116 juta dosis dari Sinovac, dan 52 juta dosis dari Novavax. Kemudian, 45 juta dosis dari Pfizer Inc and BioNtech, 12 juta dosis dari Covax, dan 50 juta dosis dari AstraZeneca.

Menurut Faisol Riza, perombakan atau reshuffle kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap jajarannya memang dilakukan agar bisa bekerja optimal di 2021, termasuk program pemerintah soal vaksinasi.

Baca Juga: Menkes Tertawa, Jokowi Pilih Ketua Indonesia, Bukan Ketum Golkar

Oleh sebab itu, Faisol Riza mengaku tak heran dengan penunjukkan Budi Gunadi Sadikin yang menggantikan Terawan.

Menurut dia, Budi Gunadi Sadikin dalam beberapa waktu terakhir memang berperan besar dalam melaksanakan program pemerintah terutama dalam penanganan COVID-19 saat menjabat sebagai Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir.

"Kalau vaksinasi perubahan Menkes dengan Budi Sadikin, mungkin ini lebih praktis menurut saya karena sebagai Wamen, BUMN Budi Gunadi Sadikin beberapa bulan terakhir memang berkecimpung sangat dalam urusan penanganan COVID-19," jelas Faisol Riza.

 

Jejak dr Terawan

Terawan, yang pernah menjadi Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, kini Ketua tim dokter kepresidenan. Ia diandalkan untuk menangani perawatan Presiden Jokowi dan keluarganya di saat sakit.

Baca Juga: Prabowo, Cek Istana Presiden di IKN yang Akan Dihuni Jokowi, Juli 2024

Terakhir, Terawan menangani masalah kesehatan istri Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono, Ani Yudhoyono.

Selain itu, Terawan dikenal sebagai dokter berprestasi. Dia pernah menuai kontroversi di dunia medis gara-gara metode Digital Substraction Angiography (DSA) atau terapi cuci otak, yang berhasil dikembangkan olehnya. Metode ini ia dalami usai mengambil spesialis Radiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

Usai mengambil spesialis, ia pun mengambil doktor untuk memperdalam metode terapi cuci otak. Metode terapi cuci otak (brain flushing) dituangkan dalam disertasinya berjudul “Efek Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, Motor Evoked Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis".

Disertasi tersebut ia sertakan dalam studi doktoralnya di Universitas Hasanuddin. Metode tersebut menuai pro dan kontra di kalangan praktisi dan akademisi kedokteran.

Dalam pembuktiannya, Terawan berhasil menyembuhkan pasien stroke selang 4-5 jam usai operasi. Metode pengobatan tersebut bahkan diterapkan di Jerman dengan nama paten 'Terawan Theory'. n jk/cr2/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU