Meski Nomor 2 Tingkat Nasional, Khofifah Was-was Serangan DBD

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 25 Sep 2022 21:04 WIB

Meski Nomor 2 Tingkat Nasional, Khofifah Was-was Serangan DBD

Awasi Anak Usia 14 Tahun ke Bawah. RSUD dr. Soetomo, dan RSIA Kendangsari MERR sampai Minggu kemarin, Masih Dibanjiri Pasien Anak Bergejala Batuk dan Flu. Orangtuanya Khawatir DB

 

Baca Juga: Tekan Kasus DBD, Dinkes Kediri Turunkan Pokjanal

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Meski Kemenkes memasukan provinsi Jawa Timur sebagai peringkat kedua sebaran demam berdarah (DBD), Gubernur Jawa Timur Khofifah tetap tingkatkan kewaspadaan serangan Demam Berdarah bagi warga Jawa Timur. Apalagi, saat ini kota Surabaya dan Jawa Timur mulai masuk masa pancaroba. Yakni masa peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan. Musim pancaroba ini menjadi perhatian pada kesehatan, mulai batuk, flu hingga demam berdarah. Untuk kasus demam berdarah, baik di Indonesia dan Jatim terpantau meningkat. Dan yang paling diwaspadai menyerang kalangan anak-anak dibawah usia 14 tahun.

Menurut catatan yang dihimpun Surabaya Pagi, dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan. Hingga Minggu ke-36, sejak kasus komulatif kasus DBD dari bulan Januari 2022, dilaporkan sebanyak 87.501 kasus DBD. Sedangkan 816 kasus kematian karena DBD.

"Secara umum, kasus DBD ini terjadi peningkatan yang signifikan. Kasus yang banyak terjadi di golongan umur 5-14 tahun sebanyak 35,61% dan golongan 15-44 tahun sebanyak 38,96%," kata Dirjen P2PM Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu, Minggu (25/9/2022).

Kemenkes menjelaskan, penambahan kasus berasal dari 64 kabupaten/kota di 4 provinsi. Keempat provinsi tersebut, antara lain Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Kalimantan Timur.

Ia menjelaskan, bahwa Kemenkes terus melakukan upaya pengendalian dan pencegahan yang masif, dan simultan dengan melibatkan seluruh pihak baik tingkat pusat maupun daerah.

Pada 6 September lalu, Kemenkes melalui Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular telah mengirimkan surat kepada seluruh Kepala Daerah di Indonesia mulai dari tingkat Provinsi hingga Kabupaten/Kota.  Surat yang dikirimkan tersebut, pada intinya meminta agar Dinas Kesehatan (Dinkes) meningkatkan kewaspadaan dengan aktif melakukan pengendalian DBD lebih dini.

 

Belum Ada DBD

Sementara, dari pantauan Surabaya Pagi di IGD RSUD dr Soetomo dan RSIA Kendangsari MERR, Minggu (25/9/2022), beberapa pasien dengan keluhan kasus DBD, tidak terlihat banyak. Bahkan, keluhan musim pancaroba justru batuk dan flu.

Beberapa pasien yang datang di IG RSUD dr Soetomo juga tak tampak terjangkit kasus DBD. Hanya saja, mereka sempat mendapat pemeriksaan darah untuk diambil sampel DBD.

"Awalnya anak saya sempat dikira DB, mas. Demam, batuk dan pilek. Tadi sempat diambil darah. Alhamdulillah bukan (DB). Tapi tetap harus ngamar," kata ibu yang mengantarkan anaknya berusia 11 tahun, saat berpapasan Surabaya Pagi di depan ruang IGD, Minggu (25/9/2022).

Sama halnya juga di RSIA Kendangsari MERR, kasus DBD masih belum terpantau signifikan. Baik yang dalam perawatan rawat inap.

Sementara, Direktur RSUD dr Soetomo, dr Joni Wahyuhadi, saat hendak dikonfirmasi, hingga Minggu (25/9/2022) malam pukul 20:00 WIB, masih belum merespon, terkait peningkatan kasus DBD yang sedang di tangani oleh RSUD dr Soetomo, sebagai rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jatim. Baik pesan WhatsApp dan sambungan telepon, belum direspon. Meski pesan WhatsApp sudah terbaca.

 

Baca Juga: Stop Demam Berdarah, Pj Wali Kota Mojokerto Gencarkan Kerja Bakti Massal 3M Plus

Tetap Harus Waspada

Terpisah, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak seluruh masyarakat Jatim untuk terus meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

“Untuk itu saya  meminta masyarakat jangan panik tapi terus tingkatkan kewaspadaan terhadap ancaman DBD ini. Bahwa selain Covid-19, kita juga harus berbagi perhatian dan kewaspadaan dengan DBD. Jadi ketika mengalami demam misalnya, selain Covid-19, kita harus mulai mempertimbangkan kemungkinan gejala DBD,” kata Khofifah, Sabtu kemarin.

Khofifah mengatakan, pencegahan kasus DBD ini bisa dilakukan melalui gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3 M Plus. Kegiatan Kegiatan 3M ini meliputi pertama, menguras (membersihkan) bak mandi, vas bunga, tempat minum binatang peliharaan, atau tatakan dispenser. Kedua, menutup rapat Tempat Penampungan Air (TPA). Bagi TPA yg tidak mungkin dikuras atau ditutup, bisa berikan larvasida. Ketiga, menyingkirkan atau mendaur ulang barang bekas seperti botol plastik, kaleng bekas, dll.

Menurut Khofifah, 3M Plus ini ditambah dengan upaya memberantas larva melalui pemberian Larvasida, memelihara ikan pemakan jentik, memasang ovitrap /larvitrap/ mosquitotrap. Serta, menghindari gigitan nyamuk dengan menanam pohon pengusir nyamuk, memakai kelambu, repelent/anti nyamuk dan lain- lain.

“Kegiatan 3 M Plus ini minimal dilakukan satu minggu sekali melalui kegiatan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik. Jadi kami minta peran serta dan pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan setiap keluarga untuk pemeriksaan, pemantauan, pemberantasan jentik nyamuk untuk pengendalian penyakit tular vektor khususnya DBD,” kata orang nomor satu di Jatim.

Khofifah menegaskan, pencegahan dan penanganan masalah DBD ini harus dilakukan mulai hulu sampai hilir. Serta diperlukan kerjasama dan sinergi seluruh pihak baik masyarakat, pemerintah, sampai dengan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan.

 

Baca Juga: Januari-Maret, 6 Orang di Lumajang Meninggal Karena DBD

Sudah Antisipasi Jauh Hari

Sedangkan, Dinas Kesehatan Kota Surabaya, sendiri sudah mengantisipasi kejadian luar biasa seperti DBD. Meski pada bulan Agustus 2022 menurun, namun, Dinkes Kota Surabaya terus menggencarkan aktivitas pemberantasan sarang nyamuk dengan melibatkan Kader Surabaya Hebat.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina menyatakan, angka suspect DBD pada Agustus menurun dari bulan-bulan sebelumnya. Pada bulan tersebut, tercatat angka kasus DBD mencapai 179 kasus. "Mayoritas anak usia 4–5 tahun yang sakit," katanya.

Dia mengungkapkan, untuk menekan kasus tersebut, setiap pekan pihaknya terus menggiatkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Di dalam aktivitas itu, pemkot juga membudayakan gerakan 3M Plus dan gerakan 1 rumah 1 jumantik.

Hal itu dilakukan secara serentak dengan melibatkan banyak pihak. Hingga tingkat RT dan RW bersama Kader Surabaya Hebat (KSH).

Sementara, data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jatim, bulan Januari 2022 lalu, penderita DBD di Jatim sebanyak 1.220 orang, dengan jumlah kematian  21 orang (CFR = 1,7%) didominasi usia 5-14 tahun. Jumlah penderita DBD tertinggi di Jatim per 1-27 Januari 2022 diantaranya Kab. Bojonegoro (112 orang), Kab. Nganjuk (82 orang), Kab. Malang (73 orang), Kab. Ponorogo (64 orang), Kab. Tuban (61 orang). Dengan jumlah kematian DBD tertinggi yakni Kab. Pamekasan (3 orang), Kab. Bojonegoro (2 orang), dan Kab. Nganjuk (2 orang).

Angka ini meningkat bila dibandingkan tahun 2021 pada bulan Januari 2021 dimana penderita DBD di Jatim tercatat sebanyak 668 orang dengan jumlah kematian 5 orang. Total penderita DBD tahun 2021 di Jawa Timur sebanyak 6.417 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 71 orang (CFR = 1,1%). asa/alq/jk/erk/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU