Natal di Gereja Kristen dan Katolik, Sunyi Senyap

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 27 Des 2020 21:31 WIB

Natal  di Gereja Kristen dan Katolik,  Sunyi Senyap

i

Suasana Misa natal di salah satu gereja

 

Kini ibadah online dari rumah, Esensi Natal Seolah Hilang. Jemaat Katolik yang Ikut Ibadah Natal ke Gereja Harus Melalui Barcode

Baca Juga: Dampingi Siswa Inklusi, Guru di Surabaya Diberi Pembekalan

 

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Perayaan natal tahun 2020 kali ini sedikit berbeda dari biasanya. Nyanyian malam kudus yang biasanya bergema di gereja-gereja, kini sunyi senyap.

Toba salah satu warga jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Ngagel, mengaku kekhidmatan perayaan natal tahun ini tidak sepenuhnya dirasakannya.

"Biasanya ibadah di gereja, kali ini ibadah online dari rumah. Jadi kita berhadap-hadapan dengan laptop, komputer dan gawai masing-masing. Esensi natal seolah hilang kali ini," kata Toba, Minggu (27/12/2020).

Gereja secara online sendiri katanya, telah dimulai sejak 10 bulan yang lalu. Tepatnya awal bulan Maret 2020.

Pasalnya, Surabaya sebagai salah satu kota di Jawa Timur yang tingkat penyebaran covid-19 sangat tinggi.

Data dari website Surabaya Lawan Covid-19, per 26 Desember kurang lebih 17.929 kasus yang terdeteksi. Hal inilah yang membuat gereja-gereja mengalihkan ibadah yang biasanya setiap hari Minggu dilakukan di gereja berganti ke rumah masing-masing.

"Ya itukan dalam rangka mendukung pemerintah untuk pemutusan mata rantai covid-19, jadi untuk sementara waktu ibadah minggu dialihkan di kebaktian keluarga masing-masing," kata pria yang saban hari berprofesi sebagai pengacara.

Selain ibadah online, Toba juga mengaku suara ledakan petasan seperti tahun-tahun sebelumnya juga tidak terdengar lagi. Suasana natal di Surabaya kali ini lanjutnya, sunyi senyap laiknya lagu malam kudus.

Baca Juga: Oknum Polisi di Surabaya Cabuli Anak Tirinya Sejak SD Selama 4 Tahun, Korban Trauma Berat

Berbeda dengan GKI, Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela memilih untuk tetap mengadakan perayaan natal di gereja.

Salah satu tokoh agama katolik, Romo Udit juga menyampaikan hal yang serupa. Menurutnya, tahun ini Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela berupaya mengakomodir kepentingan masyarakat dan protokol kesehatan (prokes) dari pemerintah menjadi suatu konsep ibadah natal.

"Perayaan natal ditengah pandemi ini kami mengemas menjadi peristiwa yang sederhanana dan aman," kata Romo Udit kepada Surabaya Pagi

Dari segi prokes, jumlah jemaat yang ditahun sebelumnya ikut merayakan natal di gereja dari angka 600 hingga 800 orang dikurangi menjadi 100 orang.

Tak hanya itu, jemaat yang ini mengikuti ibadah natal harus medaftarkan dirinya ke gereja melalui barcode yang telah disediakan.

"Jadi kita sebar barcode, mereka tinggal scan barcodenya dan mendaftar," katanya

Baca Juga: Wariskan Kekuatan Untuk Perempuan Indonesia, Kiranti Rayakan Tiga Dekade

Saat mendaftar dan mengisi data diri, jemaat akan mendapatkan nomor kursi. Nomor kursi inilah yang nantinya menjadi tempat duduk dari setiap jemaat yang datang mengikuti perayaan natal di gereja.

"Jadi gak seperti dulu, kita bebas untuk duduk dimana saja. Tahun ini ada nomor kursinya, dan jarak setiap kursi kita beri jarak 1 meter," terangnya

"Jadi ketika misal nomor kursi 12 suatu saat positif, kita bisa tahu disekitarnya itu siapa saja. Karena mereka telah mengisi data diri tadi," tambahnya

Kendati perayaan natal dilakukan di gereja, Romo Udit tak menepis adanya esensi natal yang berkurang. Hal mendasar yang menurutnya sangat berpengaruh adalah berkurangnya waktu ibadah.

Sebelumnya, lama waktu ibadah natal di gereja katolik berdurasi 1,5 jam hingga 2 jam. Namun kali ini kata Romo Udit, kurang dari 1 jam ibadah sudah selesai dilakukan. "Bagaimanapun pasti terasa untuk kekhidmatan bisa jadi berkurang untuk beberapa orang," pungkasnya. sem/cr2/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU