Obat Covid Rp 3 Juta, Produk Lain Nyusul... Perang Harga!

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 02 Okt 2020 21:37 WIB

Obat Covid Rp 3 Juta, Produk Lain Nyusul... Perang Harga!

i

Obat Covid produksi Kalbe Farma yang Dijual Rp 3 Juta.

 

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta- Saat ini sudah mulai dipasarkan obat Covid-19 seharga Rp 3 juta. Obat buatan India ini diimpor oleh  PT Amarox Pharma Global. Tapi diedarkan PT Kalbe Farma Tbk. Perseroan ini mengedarkan antivirus Covifor (remdesivir) untuk pasien COVID-19 di Indonesia.

Baca Juga: Dokter Paru Mereaksi Jokowi Soal Endemi

Hati-hati dan waspada, kompetitor PT Kalbe Farma yaitu PT Kimia Farma (Persero) Tbk juga akan menjualantivirus Remdesivir, obat COVID-19. “Kalau Remdesivir masih on progres," kata Sekretaris Kimia Farma, Ganti Winarno Putro kepada wartawan, Kamis (1/10/2020).

Ganti menegaskan obat yang nantinya diedarkan oleh Kimia Farma akan berbeda dengan Kalbe Farma, termasuk dari segi harga. Namun dia belum mau membocorkan berapa kisaran harga Remdesivir yang akan dijual.

Selain Remdesivir, Kimia Farma juga menjual obat untuk pasien COVID-19 seperti Favipiravir, hingga Fituno. Selain itu ada juga vitamin dan alat kesehatan lainnya untuk mencegah penularan COVID-19.

"Saat ini Kimia Farma Group memproduksi dan mendistribusikan obat-obat dan vitamin untuk pengobatan COVID-19 antara lain Favipiravir, Fituno untuk meningkatkan daya tahan tubuh, Becefort untuk multivitamin. Alat kesehatan lainnya seperti masker, hand sanitizer dan lain-lain untuk membantu pemerintah dalam penanganan COVID-19 di Indonesia," imbuhnya.

 

Harga Tergantung Volume

Sebelumnya, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk. Vidjongtius secara resmi menyebutkan harga obat antivirus Covifor atau Remdesivir yang dikerjasamakan dengan perusahaan asal India Hetero yakni PT Amarox Pharma Global. "Harga sekitar Rp 3 juta per pile (dosis), dan harga sangat tergantung dengan volume," ujarnya, di Jakarta, kemarin.

Menurut Vidjongtius, harga obat Covid-19 itu bisa berubah di kemudian hari bila volume permintaannya meningkat. "Harga sangat tergantung dengan volume. Jika volumenya meningkat, harga bisa ditinjau kembali,” ucapnya.

Lanjut dia, infrastruktur pemasaran dan distribusi Kalbe Farma sudah tersebar di seluruh Indonesia. Jadi diharapkan ketersediaan Covifor ini bisa dilakukan dalam waktu yang cepat.

"Jadi kita memang semua ini sekarang berpacu dengan waktu supaya layanan kesehatan kepada seluruh pasien COVID-19 bisa dilakukan semaksimal mungkin sehingga juga penyembuhan juga makin banyak terjadi di semua lokasi," paparnya.

Baca Juga: Apotek Kimia Farma Surabaya Terbakar, PMK Kerahkan 10 Unit Hingga Macet

Pada kesempatan yang sama, dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Erlina Burhan menjelaskan cara kerja remdesivir. Dia menjelaskan obat tersebut berfungsi untuk menghambat replikasi virus Corona di dalam tubuh manusia.

"Cara kerjanya adalah bahwa remdesivir ini menghambat replikasi virus. Jadi mudah-mudahan kalau masuk remdesivir, replikasi virus ini akan dihambat sehingga tidak terjadi keparahan yang lebih lanjut, dan kemudian sistem imun kita akan bisa mengendalikan," tambahnya.

 Selama ini, imbuh Erlina,  obat yang diberikan ke pasien merupakan obat secara empiris atau berdasarkan pengalaman sebelumnya.

"Remdesivir ini dulu ditujukan untuk virus Ebola, kemudian di banyak negara dipakai untuk Covid-19 dan ternyata efektivitasnya lumayan. Oleh sebab itu lima profesi bersama Kementerian Kesehatan memasukkannya sebagai obat standar yang bisa dipakai (ke pasien Covid-19). Remdesivir termasuk," ujarnya, Jumat (2/10/2020).

 

Terlalu Mahal

Baca Juga: Awas Covid-19 Varian Kraken, Tingkat Penularannya Cepat

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Slamet Budiarto meminta pemerintah menjamin harga yang terjangkau untuk obat Antivirus Corona Covifor. IDI mengaggap harga jual yang dipatok oleh PT Kalbe Farma dinilai terlalu mahal.

"Di masa pandemi, pemerintah harus menjamin harga yang terjangkau," kata Slamet, kemarin.

Menurutnya, dana yang dialirkan pemerintah untuk membayar klaim rumah sakit rujukan Covid-19 tidak akan cukup, bila harus membeli obat Covifor untuk diberikan kepada pasien Covid-19. Sehingga, menurut Slamet, jalan terbaik yang harus ditempuh pemerintah yaitu dengan mensubsidi obat tersebut.

"Klaim pasien Covid-19 yang dibayarkan oleh pemerintah tidak cukup untuk membeli obat ini (Covifor), jadi pemerintah harus mensubsidi obat ini," ujarnya.

Slamet membenarkan apa yang dikatakan oleh Vidjongtius. Covifor memang sudah terbukti memberikan efek yang baik bagi pasien Covid-19 di Amerika Serikat, namun sayangnya, harga per dosis memang mahal. Slamet menyarankan harga yang dipatok tidak lebih tinggi dari harga Oseltamivir, yang dijual Rp 750.000 hingga 850.000 di pasaran. Harga tersebut berlaku untuk 10 tablet.

"Obat ini (Covifor) bagus, sudah digunakan di Amerika. Namun sayangnya, harganya sangat mahal. Untuk harga yang dipasarkan, sebaiknya paling tidak seharga oseltamivir," kata Slamet.jk/bs

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU