Obat Virus Corona Belum Ditemukan, Kecuali Vaksinnya

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 25 Okt 2020 21:43 WIB

Obat Virus Corona Belum Ditemukan, Kecuali Vaksinnya

i

Jurnalis Muda SP, Raditya Mohammer Khadaffi

 

Tulisan kesehatan terkait virus corona alias Covid-19 ini menggunakan teknik jurnalisme yang didukung dengan studi literatur. Penulisan ini ditulis populer untuk memberi wacana atau solusi atas pandemi Covid-19 dan vaksinnya yang kini ramai diperbincangkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), tenaga medis, pelaku ekonomi, Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan sampai Majelis Ulama Indonesia (MUI). Mengingat obat yang menjadi standar dunia untuk  melawan virus corona belum ada. Kini berkembang gagasan memberi vaksin. Maklum, pandemi Covid-19 yang menelan korban jiwa hampir global 1,1 juta jiwa sejak Maret 2020 telah menjadi problem masyarakat global. Sebagai jurnalis muda, saya ingin menyoroti masalah Covid-19, obat dan vaksinnya dengan pendekatan kontomperer.

Baca Juga: Sengketa Pilpres 2024 Berakhir dengan Dissenting Opinion

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Tujuh bulan berjalan, kasus virus Covid-19 di Indonesia telah mencapai angka 389.712 kasus, per Minggu (25/10/2020).

Dalam laporannya, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menyatakan  selain kasus konfirmasi positif, terdapat pula penambahan pasien sembuh sebanyak 4.545 orang. Sehingga sampai Minggu (25/10/2020), jumlah pasien yang telah dinyatakan sembuh tercatat 313.764 orang.

Jumlah ini mencapai 80,1 persen dari seluruhan kasus positif.

Sementara angka kematian Covid-19 di Tanah Air menjadi 13.299 jiwa atau sekitar 3,4 persen.

Berdasarkan data itu, didapati masih ada 62.649 pasien virus Covid-19 yang menjalani perawatan atau karantina. Ini menunjukkan, angka kasus aktif virus corona di Indonesia berada pada kisaran 16,5 persen.

Ternyata kasus virus corona di Indonesia  telah menyebar ke seluruh provinsi. Dan dari 34 provinsi di Indonesia, 11 di antaranya tercatat melaporkan lebih dari 11 ribu kasus konfirmasi positif, bahkan ada yang menyentuh angka 100 ribu.

Dalam catatan ini saya mencermati kasus Covid-19 di pulau Jawa, karena 46% penduduk Indonesia berada di pulau Jawa. Ternyata korban meninggal terbanyak sampai Sabtu lalu adalah di provinsi Jatim yaitu 3.647 orang. Jumlah itu dari 50.653 warga yang terkonfirmasi. 44.665 dianyatanya sembuh. Sementara DKI Jakarta tercatat pasien terkonfirmasi: 100.220, yang sembuh: 85.492 dan meninggal: 2.146. Sedangkan Jawa Barat, pasien terkonfirmasi: 33.568 dan yang sembuh: 22.676, sementara yang tercatat meninggal: 668

Kemudian provinsi Jawa Tengah, pasien terkonfirmasi: 31.586, kemudian yang sembuh: 25.968 dan meninggal: 1.665.

Sampai saat ini, penggalian dari WHO pun, masih belum ada obat khusus yang disarankan untuk mencegah atau mengobati penyakit yang disebabkan virus corona baru (COVID-19).

Sistem pengobatan bagi pasien yang terinfeksi virus baru perawatan untuk meredakan dan mengobati gejala. Ini bisa dilakukan perawatan mandiri di rumah (isolasi). Kecuali  yang sakit serius, mesti dibawa ke rumah sakit.

***

Menurut beberapa dokter penyakit dalam di Surabaya, infeksi 2019-nCoV dapat menyebabkan gejala ringan termasuk pilek, sakit tenggorokan, batuk, dan demam. Gejala ini sama seperti penyakit pernafasan umumnya.

Realitanya, ada sejumlah orang mungkin akan menderita sakit yang parah, seperti disertai pneumonia atau kesulitan bernafas.

Literatur kesehatan yang saya pelajari, infeksi 2019-nCoV ini tidak mengenal batasan usia orang-orang yang dapat terinfeksi.

Justru orang yang lebih tua, dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya (seperti asma, diabetes, penyakit jantung) tampaknya lebih rentan untuk menderita sakit lebih parah

Ini karena dengan pertambahan usia, tubuh manusia akan mengalami berbagai penurunan akibat proses penuaan.

Temuan medisnya, hampir semua fungsi organ dan gerak menurun, diikuti dengan menurunnya imunitas sebagai pelindung tubuh. Praktis fungsi-fungsi ini tidak bekerja sekuat ketika masih muda.

Sejumlah dokter yang saya hubungi mengatakan tidak percaya ada antibiotic bisa menyembuhkan covid-19.

Baca Juga: Peran Shin Tae Yong Bangun Team Work

Menurut dokter-dokter itu, antibiotik dianggap hanya bekerja untuk melawan bakteri, bukan virus. Oleh karena Covid-19 yang disebabkan oleh virus, otomatis antibiotik tidak bisa digunakan sebagai sarana pencegahan atau pengobatan.

Kalangan dokter mengakui virus Covid-!9 sebenarnya sederhana  dan kecil. Tetapi nyatanya bisa membuat banyak insan tak bernyawa.

Pertanyaannya,  ada apa dengan virus Corona selama ini? Apa yang membuatnya menimbulkan ancaman unik bagi tubuh dan kehidupan manusia?

Ada teman dokter di rumah sakit swasta mengatakan pada tahap awal infeksi, virus Corona dapat menipu tubuh. Maklum, virus ini dapat merajalela di paru-paru dan saluran pernapasan manusia. Padahal, dalam banyak kasus yang ditangani sejumlah dokter, sistem kekebalan rata-rata pasien baik-baik saja.

"Virus ini brilian, memungkinkan terbentuknya sebuah pabrik virus di hidung Anda, tapi Anda merasa benar-benar sehat," kata Prof Paul Lehner dari University of Cambridge. Masya Allah.

Menurut Profesor Lehner, sel-sel tubuh manusia mulai melepaskan bahan kimia yang disebut interferon . Ini begitu tubuh manusia ‘’dibajak’’ oleh virus. Dan ini merupakan sinyal peringatan ke seluruh tubuh dan sistem kekebalan.

Secara medis, dalam beberapa penelitian, virus Covid-19 memiliki "kemampuan luar biasa" untuk mematikan peringatan kimiawi ini. 

"Virus ini melakukannya dengan sangat baik sehingga Anda bahkan tidak tahu bahwa Anda sakit," tambah Prof Lehner.

Menurut Prof Lehner, saat tenaga medis melihat sel yang terinfeksi di laboratorium, sejumlah peneliti terkejut setelah membaca bahwa hasil tes menunjukkan bahwa sel itu "sangat terinfeksi virus". Temuan ini hanya salah satu "kartu joker" yang dapat dimainkan oleh Sars-CoV-2.

***

Baca Juga: Hakim MK Berpikir Sempit atau Serap Rasa Keadilan

Maklum, kata Prof Tracy Hussell dari Universitas Manchester,  "Virus [COVID-19] adalah virus yang baru, jadi kami pikir belum ada kekebalan yang pernah terbentuk sebelumnya untuk melawannya."

Kebaruan Sars-CoV-2, kata Prof Hussell, bisa "sangat mengejutkan sistem kekebalan Anda".

Kurangnya kekebalan ini sebanding dengan peristiwa ketika orang Eropa membawa cacar bersama ke Dunia Baru, dengan konsekuensi yang mematikan.

Mengingat dalam membangun pertahanan kekebalan dari awal adalah masalah yang nyata bagi orang lanjut usia. Maklum, sistem kekebalan orang lanjut usia melambat.

Sementara Prof Mauro Giacca, dari King's College London, mengatakan banyak aspek COVID yang "unik" dan memang "berbeda dari penyakit virus umum lainnya".

Prof Giacca menambahkan virus tidak hanya membunuh sel paru-paru, tapi juga merusaknya. Sel terlihat menyatu menjadi sel masif dan tidak berfungsi . Ini disebut syncytia.

Prof Giacca mengingatkan, manusia dapat  melakukan "regenerasi secara utuh" pada paru-paru setelah menderita flu parah. Tetapi "ini tidak terjadi" dengan COVID. Subhanallah. "Covid adalah infeksi yang sangat aneh," katanya. Bila obat masih belum ditemukan, bagaimana dengan vaksin untuk corona?

Saya diajari oleh ahli farmasi dari Unair bahwa tujuan utama dari semua jenis vaksin adalah merangsang sistem kekebalan dalam tubuh orang tersebut. Vaksin “ditugaskan” untuk melawan antigen, sehingga apabila antigen tersebut menginfeksi kembali reaksi imunitas yang lebih kuat akan timbul. Maklum, Vaksin mengandung bakteri, virus, atau komponennya yang dengan kemajuan teknologi sudah dikendalikan.

Semua dokter tahu bahwa vaksin mengandung antigen yang sama dengan antigen yang menyebabkan penyakit. Namun antigen yang ada didalam vaksin tersebut sudah dikendalikan (dilemahkan) maka pemberian vaksin tidak menyebabkan orang menderita penyakit seperti jika orang tersebut terpapar dengan antigen yang sama secara alamiah. Subanallah.

Saat ini, pemerintah Indonesia telah menandatangani perjanjian untuk mengimpor 50 juta dosis calon vaksin Covid-19 dari Sinovac, China. Apakah vaksin dari China ini bisa dinyatakan aman, efektif dan harga terjangkau? Perlu dilakukan uji klinis dari sejumlah ahli. Yuk kita tunggu saja… [email protected]

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU