OJK : Proyeksi Asuransi 2021 Tumbuh Positif

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 03 Mar 2021 10:50 WIB

OJK : Proyeksi Asuransi 2021 Tumbuh Positif

i

Direktur Pengawasan LJK OJK KR 4 Mulyanto. SP/ Julian

SURABAYAPAGI.com, Surabaya – Makin pulihnya ekonomi dan adanya vaksinasi covid-19 membawa angin segar bagi industry asuransi tahun 2021 ini. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional 4 Jawa Timur memperkirakan kinerja asuransi di Jawa Timur maupun secara nasional tahun ini akan tumbuh lebih positif seiring dengan mulai bergeliatnya aktivitas ekonomi.

Direktur Pengawasan LJK OJK KR 4 Mulyanto mengatakan kinerja premi asuransi baik umum dan asuransi jiwa memang mengalami kontraksi termasuk di wilayah Jatim yang mengalami penurunan sebesar -17,8 persen.

Baca Juga: DJP Jatim 2 Gandeng Media untuk Tingkatkan Pencapaian Target Pajak

“Kita harus mengakui bahwa geliat aktivitas ekonomi akan mempengaruhi naik turunnya premi asuransi dan memang kegiatan ekonomi setahun terakhir ini turun akibat pandemi dan ini mempengaruhi premi-premi yang dibayarkan masyarakat,” katanya dalam virtual Axa Mandiri FGD Potensi dan Tantangan Bisnis Asuransi di masa pandemi, Selasa (2/3/2021).

Meski begitu, kata Mulyanto, tahun ini bisnis asuransi masih memiliki prospek yang lebih baik dari tahun lalu. Berkaca pada kinerja awal tahun, yakni Januari 2021, secara nasional premi asuransi jiwa dan umum mencatatkan pertumbuhan positif yakni mencapai Rp30,35 triliun, atau naik dibandingkan dengan Januari 2020 yang hanya Rp26,17 triliun.

“Jika melihat kondisi capaian nasional di awal tahun ini sudah tampak positif, meskipun saat ini masih dalam pandemi. Maka kami optimistis kinerja asuransi sampai akhir tahun ini akan tumbuh lebih tinggi dari capaian 2020,” ujarnya.

Menurutnya, prospek bisnis asuransi ke depan masih dianggap menjanjikan karena setiap aktivitas manusia membutuhkan perlindungan dan proteksi. Bahkan, adanya pandemi mulai menyadarkan masyarakat untuk mulai memproteksi diri dengan ikut asuransi.

Berdasarkan data OJK Jatim hingga Februari 2021, tercatat jumlah perusahaan asuransi di Jatim mencapai 510 perusahaan termasuk perusahaan cabang. Dari jumlah itu sebanyak 336 merupakan asuransi jiwa, dan sebanyak 168 merupakan asuransi umum, serta 6 perusahaan asuransi wajib

Sementara itu, kinerja premi asuransi di Jatim sepanjang 2020 mencapai Rp17,36 triliun atau turun -18,6 persen dibandingkan dengan 2019 yang mampu mencapai Rp17,36 triliun. Premi asuransi umum pada 2020 mencapai Rp3,18 triliun atau turun -13 persen dibandingkan dengan 2019 yakni Rp3,66 triliun. Secara total baik jiwa maupun umum, premi asuransi di Jatim 2020 mencapai Rp20,55 triliun atau turun -17,8 persen dibandingkan 2019 yakni Rp25 triliun.

Untuk kinerja klaim asuransi di Jatim pada 2020 tercatat mencapai Rp15,06 triliun atau turun -19,1 persen dibandingkan dengan 2019 yakni Rp18,62 triliun.

Dari total klaim 2020 tersebut, sebanyak Rp13,7 triliun merupakan asuransi jiwa dan sebanyak Rp1,36 triliun merupakan asuransi umum. Adapun, klaim 2019 tercatat senilai Rp16,4 triliun dari asuransi jiwa dan sebanyak Rp2,22 triliun merupakan asuransi umum

Axa Mandiri Siapkan Asuransi Mikro

Pandemi Covid-19 memberikan tantangan tersendiri bagi industri asuransi. Sejumlah strategi dijalankan agar kinerja tetap positif.

"Axa Mandiri terus menyediakan produk asuransi yang seusai dengan kebutuhan dan kemampuan nasabah," kata Chief Bussines and Distribution Axa Mandiri, Theodores Tangke dalam FGD Mengupas Potensi dan Tantangan Bisnis Asuransi di Masa Pandemi yang dilaksanakan secara virtual, Selasa (2/3/2021).

Baca Juga: Pemkot Surabaya Rencana Tambah 2 Rumah Anak Prestasi

Sesuai dengan kondisi saat ini, PT Axa Mandiri Financial Services (Axa Mandiri) akan meluncurkan produk asuransi yang menyasar segmen menengah ke bawah atau mikro.

“Sekarang memang ada kecenderungan nasabah memilih perlindungan premi yang murah, jadi tahun ini kita berupaya memperluas penjualan asuransi mikro dengan premi murah mulai Rp50.000, ada pertanggungan jiwa dan rumah sakit. Ini diharapkan bisa membantu segmen mikro,” jelasnya.

Selain itu, dengan pembatasan sosial yang masih dijalankan, Axa Mandiri juga mengembangkan layanan digital. "Belajar dari pengalaman 2020, layanan digital memegang peranan penting karena kita harus terus terkoneksi dengan nasabah di masa pandemi," ujar Theo.

Dikatakan Theo, Axa Mandiri juga meluncurkan dua aplikasi yang dapat dipergunakan oleh para tenaga pemasar maupun nasabah sehingga kedua belah pihak bisa melakukan tanya jawab secara langsung dan mendapatkan poin-poin tertentu saat membayar premi.

Axa Mandiri pada 2020 sendiri mencatatkan kinerja klaim asuransi sebesar Rp4,8 triliun. Jumlah klaim yang dibayarkan tersebut turun dibandingkan 2019 yakni mencapai Rp5,3 triliun.

Dalam kesempatan yang sama, Pengamat Ekonomi dari Universitas Islam Malang (Unisma), Harun Al Rasyid menilai bisnis asuransi ke depan masih banyak peluang yang bisa dioptimalkan, bahkan di masa pandemi.

Baca Juga: Jelang Lebaran, Disnakertrans Jatim Buka 54 Posko Pengaduan THR

“Disadari atau tidak, pandemi ini justru membuat orang sadar untuk ikut asuransi, dan mereka mulai menyimpan dan mengatur keuangan dengan lebih bijak. Kalau dulu dianggap tidak penting, tapi saat ini minat asuransi semakin bertambah,” katanya.

Harun menyebutkan sebuah survei minat orang yang berencana membuka polis. Survei itu menyebutkan sebanyak 30 persen ingin membeli polis asuransi jiwa dan kesehatan, untuk penyakit kritis dan asuransi rawat inap sampai 34 persen.

“Ini artinya, dengan Covid-19, masyarakat semakin sadar bahwa asuransi menjadi kebutuhan dasar dan darurat. Jadi bagaimanapun semua aktivitas manusia membutuhkan proteksi dan pendampingan supaya kita tetap nyaman beraktivitas,” imbuhnya.

Dibalik terjadinya covid-19, ternyata menyadarkan masyarakat akan pentingnya memiliki proteksi baik itu kesehatan, jiwa ataupun kerugian lainnya. Adanya covid-19 menjadi literasi bonus bagi industry asuransi bahwasanya makin banyak masyarakat yang sadar dan ingin mengetahui produk asuransi untuk jaga-jaga.

“Ini peluang besar bagi perusahaan asuransi menangkap peluang itu. Tentu saja seiring perkembangan tekhnologi, layanan digital menjadi keharusan khususnya untuk nasabah milenal. Dimana mereka lebih percaya dengan review dan digitalisasi daripada agen perusahaan asuransi itu sendiri,” jelas Harun.

Tentang asuransi syariah, Harun menambahkan sepertihalnya perbankan syariah kontribusinya masih kecil dengan market share kisaran 5-6 persen. Tentu saja perlu edukasi berkelanjutan agar makin banyak yang melirik produk asuransi syariah. Jul

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU