Ortu Siswa Mulai Gamang

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 20 Jun 2021 21:56 WIB

Ortu Siswa Mulai Gamang

i

Kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di salah satu sekolah di Surabaya.

Rencana PTM Tahun Ajaran Baru. Pasalnya Kasus Covid-19 Makin Menggila, Tetapi Dindik Jatim dan Dispendik Surabaya Nyatakan Semua Sekolah Siap Gelar PTM

 

Baca Juga: Atasi Banjir dari Saluran Air di Seluruh Kampung

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya -  Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim masih ingin pembelajaran tatap muka (PTM) dibuka pada Juli 2021 mendatang.  Kebijakan itu mengikuti surat keputusan bersama (SKB) empat menteri dan panduan PTM  mulai dari jenjang PAUD, Pendidikan dasar, dan menengah akan diberlakukan PTM pada tahun ajarah 2021/2022. Persiapan sekolah tatap muka pun sudah mulai dilakukan. Namun, beberapa orang tua murid di Surabaya masih gamang. Ada orang tua yang menginginkan sekolah tatap muka, namun dengan ada yang meminta sekolah tatap muka ditunda karena kasus Covid-19 di Surabaya dan Indonesia menggila. Pasalnya, hingga Minggu (20/6/2021), kasus positif Covid-19 bertambah 13.737 kasus positif. Sedangkan, yang sembuh hanya bertambah 6.385 kasus. Tak heran, beberapa orang tua siswa masih enggan anaknya untuk mengikuti pembelajaran tatap muka karena rentan terpapar Covid-19. Belum lagi, ada varian virus Covid-19 dari Inggris dan India yang mutasinya cukup cepat.

Salah satu kekhawatiran orang tua siswa datang dari Velly (34). Ia menjelaskan saat ini dua anaknya bersekolah di sekolah swasta berlabel internasional yakni Nation Star Academy (NSA). Sebelumnya, ia sempat menyetujui kedua anaknya untuk ikut dalam sekolah tatap muka. Namun kini, niat tersebut dibatalkan pasca ledakan covid-19 di Bangkalan.

"Waktu itu ditanya apakah bersedia anaknya ikut sekolah tatap muka, saya jawabnya bersedia. Tapi kok sekarang kayaknya ngeri ya, apalagi ada varian baru lagi. Saya jadi khawatir juga," kata Velly kepada Surabaya Pagi, Minggu (20/06/2021).

Selain Velly, orang tua lainnya seperti Diah (36) juga menyampaikan hal serupa. Sedari awal, ia tidak menyetujui sekolah tatap muka. Menurutnya, demi keamanan anak dan keluarga, sekolah dari rumah secara virtual lebih aman dan efektif.

Diah sendiri memiliki satu orang anak yang saat ini duduk di bangku kelas 1 SD.  "Dari awal sudah gak setuju [sekolah tatap muka]. Kan waktu itu ada permintaan dari sekolah untuk kesediaan orang tua agar anak bisa sekolah tatap muka," katanya.

 

Kematian Anak Tertinggi

Ketakutan dan kegamangan orang tua siswa memang bukan isapan jempol belaka. Dari data yang dihimpun Surabaya Pagi, bahwa selama pandemi Covid-19, Indonesia menjadi negara dengan kematian anak paling tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Amerika, India, Italia dan Inggris.

Jumlah kematian anak akibat covid-19 di Indonesia sepanjang tahun 2020 mencapai 2,7 persen. Sementara jumlah kematian anak akibat covid di India hanya sekitar 1 persen, diikuti Amerika yakni 0,21 persen dan Italia serta Inggris dengan masing-masing sebanyak 0,02 persen dan 0,01 persen.

Tak hanya itu saja, laporan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada 18 Juni 2021, menunjukan secara nasional kasus positif Covid-19 pada balita usia 0-5 tahun sebanyak 2,8% dan usia 6-18 tahun sebanyak 9,8%.

Bahkan data yang dikumpulkan oleh seluruh ketua cabang IDAI di Indonesia, setiap minggunya tercatat ada sekitar 113.000 kasus Covid-19 pada anak. Di Surabaya sendiri, hingga Minggu (20/6/2021) telah ada 3 orang balita yang tengah menjalani perawatan di Rumah Sakit Lapangan Indrapura dengan kategori usia 2 tahun 2 orang dan satunya lagi usia 4 tahun.

 

Hitung Kasus Covid-19

Tak heran, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, sebelum diberlakukan PTM, setiap para bupati dan wali kota untuk menghitung kembali perkembangan kasus Covid-19 aktif di daerahnya masing-masing.

Baca Juga: Wakil Ketua DPRD Surabaya AH Thony Ajak Warga Budayakan Tidak Buang Sampah di Saluran Air

Menurut Khofifah, belum ada surat edaran baru untuk PTM terbatas ini. Aturan masih menggunakan surat edaran sebelumnya sesuai SKB empat menteri. Atas dasar itu, untuk menindaklanjuti apakah di daerahnya PTM, bisa diberlakukan atau ditunda.

“Jadi, SKB empat menteri itu ada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Menteri Agama (Menag), Menteri Kesehatan (Menkes), dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Dan kita masih pakai itu. Sedangkan surat edaran gubernur, basisnya adalah per daerah. Jadi, dikomunikasikan dengan satgas per kecamatan,” ujar Khofifah, Minggu (20/6/2021).

 

Dindik Tetap Juli 2021

Meski begitu, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Wahid Wahyudi mengatakan, pihaknya telah siap melaksanakan  PTM  terbatas untuk jenjang SMA/SMK di Jatim, pada Juli mendatang.  Mulai dari sarana prasarana hingga vaksinasi guru.   “Untuk melaksanakan PTM ini guru dan tenaga pendidik harus vaksin dua kali.  Ini sedang diselesaikan Dinas Kesehatan,” tutur Wahid Wahyudi, Sabtu (19/6/2021).

Targetnya, bulan Juni 2021 ini semua guru dan tenaga pendidikan SMA/SMK telah divaksin kedua.  Sehingga, harapannya, proses belajar mengajar tahun ajaran 2021/2022 bisa dilaksanakan dengan sekolah tatap muka terbatas.  “Terkait pelaksanaannya, hal utama yang harus diperhatikan adalah rekomendasi dari Gugus Tugas Covid-19 setempat. Bila tidak ada rekomendasi, yah tidak bisa dilaksanakan. Selanjutnya, siswa yang ikut PTM terbatas harus mendapat izin orang tua,” lanjut Wahid.

Hal senada juga diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan (Kadispendik) Kota Surabaya Soepomo. Ia masih berpegang pada rencana awal yakni menggelar PTM pada awal Juli atau tahun ajaran baru. Semua sekolah, lanjut dia, sudah siap menggelar PTM. Berbagai persiapan menyangkut prokes sudah maksimal. Sekolah juga sudah melakukan banyak simulasi.

Selain panduan dari dispendik, setiap satuan pendidikan telah menyusun standard operating procedures (SOP) PTM.

Baca Juga: Adventure Land Romokalisari Surabaya Ramai Peminat Wisatawan Luar Kota

Mekanismenya diatur secara terperinci dan detail mulai siswa berangkat ke sekolah dari rumah, dalam perjalanan, masuk gerbang sekolah, kegiatan belajar-mengajar di kelas, hingga siswa kembali pulang ke rumahnya. ’’Semua diatur dengan menaati prokes supaya semua aman. Hal teknis juga diatur,’’ ujarnya.

 

Sekolah Siap PTM

Terkait kesiapan sekolah, sebelumnya Kepala Sekolah SMP YPPI 1 Surabaya, Dra.Titris Hariyanti mengaku siap dengan pembelajaran tatap muka. Segala persiapan mulai dari sarana prasarana, metode pembelajaran hingga SOP juga telah disiapkan dengan maksimal. "Kita terapkan metode pembelajaran hybrid leaning, separuh di kelas, separuh di rumah," kata Titris saat dihubungi Surabaya Pagi, Minggu (20/6/2021).

Berdasarkan survey internal SMP YPPI 1, rata-rata orang tua siswa menginginkan anaknya untuk belajar secara tatap muka. "Kurang lebih sekitar 60 persen orang tua siswa bersedia" katanya

Sementara untuk orang tua siswa yang tidak setuju, alasan yang disampaikan adalah adanya syarat terkait penjemputan dan pengantaran siswa ke sekolah harus dilakukan oleh orang tua dan harus tepat waktu.

"Karena syarat ini dari pemerintah, banyak orang tua yang gak setujuh. Karena proses belajar selesai maksimal jam 12, orang tua sendiri ada yang bekerja sehingga mereka kesulitan," katanya.

Secara prokes, pihaknya telah menambah tempat cuci tangan di setiap kelas dan pengaturan jadwal masuk dan keluar siswa melalui gerbang sekolah. "Kita atur sehingga tidak ada penumpukan atau kerumunan di depan gerbang sekolah," terangnya. n sem/alq/byb/ana/cr3/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU