Pasar Tunjungan, Blauran, Genteng, Melas....!

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 29 Sep 2021 20:31 WIB

Pasar Tunjungan, Blauran, Genteng, Melas....!

i

Kondisi Pasar Tunjungan yang sudah sangat parah, hingga tak layak ditempat untuk jual beli. Foto diambil Rabu (29/9/2021). SP/Sammy Mantolas

Edisi hari ini harian kita menurunkan tulisan ikonik pasar tunjungan, pasar genteng dan pasar blauran, yang sama-sama punya nilai sejarah. Tiga pasar ini sadar atau tidak, memiliki pertalian atau hubungan satu pasar dengan pasar lain di pusat kota Surabaya. Berikut laporan khusus tim wartawan Surabaya Pagi, Sammy, Mariana, Alqomar dan Gawang.

 

Baca Juga: Wakil Ketua DPRD Surabaya AH Thony Ajak Warga Budayakan Tidak Buang Sampah di Saluran Air

SURABAYAPAGI, Surabaya -- "Rek ayo rek, mlaku-mlaku nang Tunjungan. Rek ayo rek rame-rame bebarengan".

Kalimat di atas merupakan intro lagu rek ayo rek gubahan Is Haryanto yang kemudian dipopulerkan oleh Didi Kempot. Lagu ini seolah menjadi saksi bisu pusat keramaian Surabaya tempo dulu. Bahkan dengan hadir Pasar Tunjungan meramaikan suasana perekonomian kala itu. Secara eksplisit dapat ditemukan dalam lirik lagu tersebut.

"Sopo ngerti nasib Awak lagi mujur, kenal anake sing dodol rujak cingur," bunyi reffrein lagu tersebut.

Bahkan Sejarawan Universitas Airlangga Surabaya, Purnawan Basundoro dalam tulisannya menyebutkan, tahun 1940 Belanda mulai membangun pusat perdagangan dan toko di wilayah Tunjungan dan sekitarnya.

Beberapa pasar terbangun saat itu diantaranya adalah Pasar Tunjungan, Pasar Blauran, Pasar Genteng, Pasar Tunjungan, pasar Pabean dan pasar Pegirian.

"Keistimewannya bukan terletak pada kota itu sendiri, namun lebih pada citra tentang Surabaya sebagai salah satu kota dagang yang paling dijempol di Indonesia (…) Pusat distribusi dagang yang ada di Surabaya adalah Jembatan Merah, Kembang Jepun, dan Tunjungan," tulis Purnawan Basundoro dalam essaynya berjudul Situs Industri Kota Surabaya: Warisan dari Masa Kolonial sampai Awal Kemerdekaan (hlm.144-164).

Meski begitu, fasilitas pasar yang telah dibangun oleh Belanda di tahun 40-an, kini menjadi gedung tua dan reot tak terawat. Pantauan Surabaya Pagi di lapangan, Pasar Tunjungan kini bak kota mati. Aktivitas perdagangan di sana, sangat memprihatinkan.

Desain gedung berlantai 3 itu, kini dimanfaatkan sebagai gedung perkantoran. Di lantai 1 pasar, terlihat sekitar 5 hingga 6 toko yang masih beroperasi. Sisanya tutup dan bahkan sebagian telah dibongkar. Toko yang beroperasi pun, tidak menjual barang laiknya pasar rakyat pada umumnya.

Di sisi utara pintu masuk, terdapat toko yang bergerak dalam bidang ekspedisi yang dibuka. Sedikit ke tengah, ada CV yang bergerak dalam penjualan bahan bangunan khususnya seng.

Di lantai, aktivitas justru hampir tidak ada sama sekali. Hanya ada 1 toko yang buka yakni toko pelelangan barang. Selain itu tidak ada sama sekali. Beberapa stan yang tutup bertuliskan kantor advokat dengan berlabelkan nama pendiri masing-masing.

Parahnya lagi, lift untuk menuju ke lantai 3 tidak berfungsi sama sekali. Bahkan terdapat karat pada lift yang menandakan, lift tersebut telah lama tak berfungsi. Aktivitas di lantai 3 tidak ada sekali. Pintu masuk menuju lantai 3 ditutup total.

Plafon pasar Tunjungan baik di lantai 1 hingga lantai 3, mengalami kerusakan yang cukup parah. Ditambahlagi, beberapa sisa-sia bongkaran stan masih nangkring di lantai 2.

 

Sudah lama Rusak

Salah satu staf kantor Pasar Tunjungan Baru Surabaya, Adel saat ditemui menjelaskan, kondisi pasar Tunjungan telah lama seperti itu. Bahkan sejak dirinya menjadi staf di tahun 2014, kondisi pasar sudah seperti ini.

"Ya kondisinya memang seperti ini. Dulu memang ada pedagang, tapi sekarang sudah gak ada. Saya gak tahu persis mereka pindah kemana," kata Adel kepada Surabaya Pagi, Rabu (29/09/2021).

Saat dikonfirmasi lebih lanjut terkait perbaikan pasar atau revitalisasi, ia enggan menjelaskan lebih lanjut.

"Saya tidak berani berbicara banyak, itu kewenangan kepala pasar," katanya

Sementara itu, salah satu pedagang warung kopi Emak di lantai 1 pasar Tunjungan mengaku, keberatan dengan biaya sewa tempat yang tidak sebanding dengan fasilitas yang ada. Dalam sebulan, dirinya harus membayar sewa sebesar Rp1 juta.

"Sewanya mahal, RP 1 juta. Itu belum listriknya dan  kondisi bangunannya seperti ini," kata pedagang warung kopi Emak yang tak ingin menyebutkan namanya.

 

Pasar Blauran Sama Saja

Selain di Pasar Tunjungan, Pasar Blauran pun mengalami hal serupa. Pantauan Surabaya Pagi di lapangan, lantai 2 pasar Blauran terlihat sangat kacau penataannya. Jalan yang seharunya dipakai oleh pembeli, justru diisi dengan jejeran pakaian pedagang.

Santy salah satu pembeli mengaku tidak nyaman saat berbelanja di lantai 2 pasar Blauran. Ia bahkan merasa sesak nafas ketika berada  di lantai 2.

"Ini kan tertutup seperti ini, sirkulasi udaranya gak lancar. Apalagi saya pake masker, tambah susah bernafas. Kalau ada yang punya penyakit asma, bisa kumat kalau ke sini," kata Santy kepada Surabaya Pagi.

Oleh karenanya Santy meminta agar penataan lapak pedagang segera dilakukan oleh pengelola pasar. Mengingat, pembeli saat mencari barang yang akan dibeli, membutuhkan kenyamanan.

"Kalau gak ada anggaran untuk perbaikan ya gak papa. Asal ini ditata rapi dan dijaga kebersihannya, sehingga enak kita lihatnya. Kan bagus itu belum tentu harus gedungnya baru, yang penting rapi dan bersih sudah cukup," katanya.

Tak hanya Santi, sesama pedagang pun menyesalkan adanya tindakan yang dilakukan pedagang lain yang menaruh jualannya di area jalan pembeli. Hal ini diungkapkan oleh salah satu penjual pakaian, Hartoho.

"Ya akhirnya kita yang stannya di belakang ketutupan. Pembeli gak bisa beli di kita. Mereka di depan yang untung," kata Hartoho.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Gelar Halal Bihalal

"Dulu ada petugas yang datang tegur pedagang, tapi sekarang sudah jarang mas," tambahnya lagi.

Sementara itu, Kepala Pasar Blauran Iwan Suwandi, menyampaikan, pihaknya selalu berupaya memberikan kenyamanan bagi para pembeli dan penjual di Pasar Blauran. Sejumlah upaya telah dilakukan, mulai dari patroli keamanan, kebersihan hingga pengajuan revitalisasi pasar pun telah dilakukan.

"Ya kita memang terus berupaya, untuk revitalisasi setiap tahun kita ajukan tapi ya tidak disetujui juga. Mungkin jajaran direksi punya pertimbangan lain," kata Iswan Suwandi saat ditemui di ruangannya.

 

Pasar Genteng, Lift-nya Mati

Pasar lainnya seperti pasar Genteng juga mengalami hal serupa. Parahnya, lift naik menuju lantai 3 pasar, mati total. Bahkan lift tersebut dipakai oleh pengunjung maupun pedagang pasar sebagai tepat duduk melepas penat.

Secara kondisi fisik gedung, pasar Genteng terbilang cukup baik dari dua pasar lainnya. Meski begitu, untuk tingkat kebersihan pasar masih jauh dari diharapkan. Pantau Surabaya Pagi di lapangan, sampah plastik dan botol minuman menumpuk di aliran pembuangan air lantai 2.

Bahkan salah satu pedagang toko elektronik yang tidak ingin menyebutkan namanya menyesalkan akan hal tersebut. Menurutnya, setiap bulan ada retribusi untuk kebersihan dan listrik yang ditagihkan oleh pengelola pasar.

"Saya setiap bulan bayar 750 ribu. Katanya untuk kebersihan. Tapi kok kayak begini kondisinya," katanya sembari menunjuk ke arah tumpukan sampah.

Sementara itu, Kaur Umum Pasar Genteng Ulia Fatmawati saat dikonfirmasi menjelaskan, kondisi pasar Genteng sejak ia masuk di tahun 2016 tidak mengalami perubahan sama sekali.

"Liftnya itu sudah lama rusak. Saya masuk di sini sudah 5 tahun, itu sudah gak berfungsi," kata Ulia kepada Surabaya Pagi.

Terkait kebersihan pasar, Ulia menjelaskan, setiap harinya ada petugas kebersihan yang selalu membersihkan area pasar mulai dari lantai 1 hingga lantai 3.

"Untuk kebersihan selalu kita perhatikan. Penyediaan tempat sampah disetiap lantai kita sediakan. Nanti bisa dicek sendiri," katanya.

 

Belum Ada Rencana Revitalisasi

Sementara itu, pihak Perusahaan Daerah (PD) Pasar Surya selaku pengelola pasar rakyat di Surabaya, melalui Humas PD Pasar Surya Zaini menyampaikan, untuk revitalisasi pasar hingga saat ini belum ada pembahasan lebih lanjut.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Siapkan Langkah Antisipasi Fenomena Urbanisasi

Kendati begitu, Zaeni menjelaskan, terdapat anggaran untuk pemeliharaan pasar rakyat di Surabaya. Pemeliharaan yang dimaksud adalah untuk keperluan-keperluan urgen yang diajukan oleh tiap penanggungjawab pasar.

"Memang ada anggaran untuk pemeliharaan. Namun nominalnya berapa saya tidak punya data untuk itu. Tapi yang jelas itu ada. Anggaran itu dipakai untuk pemeliharaan fisik gedung," kata Zaeni melalui saluran telpon.

Secara data, kurang lebih 67 pasar tradisional Surabaya yang dikelola oleh PD Pasar Surya. Setiap tahunnya, pemeliharaan rutin dilakukan secara bergilir di 67 pasar tersebut.

"Kita lakukan pemeliharaan. Tapi tidak semua dapat, karena anggarannya terbatas. Misalkan di Pasar Genteng liftnya rusak, terus di pasar yang lain juga alami kerusakan, tapi yang lebih urgen pasar yang lain tadi maka pemeliharaan akan kita lakukan di pasar membutuhkan," katanya menjelaskan.

Terkait revitalisasi, Zaeni menjelaskan, pihak direksi PD Pasar Surya memiliki pertimbangannya sendiri. Mengingat, untuk revitalisasi pasar membutuhkan anggaran yang cukup besar.

"Ya itu kembali ke pertimbangan direksi ya. Tapi yang jelas pemeliharaan selalu kita lakukan," katanya.

 

Lempar Tanggung Jawab

Sebagai informasi, Pemerintah kota Surabaya pada tahun 2015 telah mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) nomor 1 tahun 2015 tentang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar Rakyat. Dalam Bab IV Perda tersebut, secara implisit menyebutkan terkait revitalisasi pasar.

Bahkan pada pasal 15 secara verbatim menyebutkan; setiap Pengelola Pasar Rakyat wajib melakukan revitalisasi pasar sebagai salah satu upaya dalam peningkatan daya saing. Untuk kasus pasar rakyat di Surabaya yang menjadi pengelolanya adalah BUMD yakni PD Pasar Surya.

Terkait kebersihan dan tata kelola pasar, juga telah diatur dalam pasal 17 perda tersebut. Pada bagian (a) disebutkan bahwa pengelola pasar berkewajiban untuk mengatur penerangan, dan sirkulasi udara yang lancar baik dalam bentuk buatan maupun alami.

Selain pengelola pasar, pemerintah daerah juga wajib turut andil dalam membantu meningkatkan kualitas layanan pasar tradisional. Hal ini terdapat dalam pasal 20 perda 1 tahun 2015.

Ayat 1 dan 2 pasal 20 menyebutkan bahwa pemerintah daerah juga melakukan pemberdayaan pasar rakyat yang meliputi peningkatan kualitas dan sarana fisik pasar, peningkatan kompetensi pedagang pasar serta meningkatkan profesionalisme pengelola.

Walau telah ada Perda yang mengikat, baik pengelola pasar maupun pemda Surabaya masih saja enggan untuk memajukan pasar tradisional. Bahkan dari informasi yang diterima Surabaya Pagi, Pasar Tunjungan Surabaya tidak masuk dalam program revitalisasi Pemerintah Kota Surabaya Tahun Anggaran 2022.

Lucunya, pihak Pemkot Surabaya pun seolah melempar tanggung jawab pada PD Pasar Surya. Hal ini terlihat dari pernyataan humas Surabaya saat dihubungi reporter Surabaya Pagi.

"Itu ke PD pasar atau bagian Perekonomian mas," kata Indri salah satu humas pemkot Surabaya melalui pesan singkat.

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU