Pasien Depresi dan Gangguan Jiwa Dipisah Diruang Khusus

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 13 Mei 2020 22:07 WIB

Pasien Depresi dan Gangguan Jiwa Dipisah Diruang Khusus

i

Tim Medis dengan pakaian lengkap APD berada di gedung Istalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Jiwa Menur yang menjadi RS rujukan untuk pasien ODP dan PDP, Rabu (13/5/2020). Foto: SP/Patrik Cahyo

Direktur RSJ Menur Surabaya, dr Hafidin Ilham mengungkapkan, ada satu orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) sedang dirawat di RSJ Menur Surabaya. Hingga Rabu (13/5/2020), pasien ODGJ yang dirawat di RSJ Menur, disiapkan secara terpisah dari pasien lainnya. Berikut penelusuran wartawan Surabaya Pagi Aditya Putra Pratama.

 

Baca Juga: DSDABM Kota Surabaya Akan Segera Tuntaskan 245 Titik Banjir di Surabaya

RSJ Menur yang menjadi salah satu rumah sakit tempat rujukan pasien Covid-19, Rabu (13/5/2020) siang, tak tampak ada keramaian pasien atau hilir mudik petugas RSJ Menur. Kondisinya pun steril. Tak semua orang diperbolehkan masuk.

Dari pantauan Surabaya Pagi, sejak di halaman depan, petugas medis di RSJ Menur sudah dibekali dengan pakaian lengkap alat pelindung diri (APD). Bahkan, petugas medis itu pun keluar masuk dari IGD RSJ Menur. Dan sempat menjemput salah satu pasien yang baru dibawa menggunakan mobil ambulance.

Menurut informasi yang didapat, para pasien Covid-19 yang dirawat ditempatkan di IGD RSJ Menur Surabaya. Termasuk pasien yang mengalami gangguan jiwa. Namun, dari salah satu sumber petugas medis yang sempat ditemui Surabaya Pagi, beberapa pasien Covid-19 tidak hanya mengalami gangguan jiwa, tetapi juga mengalami depresi. “Mereka rata-rata seperti depresi, mas. Kepikiran terus. Mungkin karena masuk dalam ODP atau PDP. Karena khan harus diisolasi gak boleh dikunjungi keluarga,” ucap salah satu petugas medis yang meminta namanya tidak dipublikasi, yang ditemui di depan IGD RSJ Menur Surabaya, Rabu (13/5/2020).

Namun, tambahnya, mereka tidak semua mengalami gangguan jiwa. “Wajar yah, kondisi diisolasi dengan harus bertemu dengan obat-obatan. Tapi kalau gangguan jiwa, ada. Tidak dijadikan satu. Dipisahkan,” jelasnya.

 

Diruang Terpisah

Dirinya menjelaskan, untuk ODGJ, disiapkan ruangan khusus di salah satu ruangan di RSJ Menur, agar tidak menambah beban pikiran pasien lainnya yang ODP atau PDP.

"Untuk itu (ODGJ), ya tidak dijadikan satu dengan pasien Covid-19 yang lainnya. Sudah disiapkan ruangan khusus untuk merawat pasien Covid-19 yang mengalami gangguan jiwa tersebut," ujarnya.

Tenaga medis itu juga menjelaskan tentang prosedur bagaimana proses masuknya pasien Covid-19 di RSJ Menur. "Jadi pasien harus dicek kondisinya dulu di puskesmas, apakah perlu untuk dirujuk ke rumah sakit rujukan terdekat atau tidak. Jika memang sudah terkonfirmasi dirujuk kesini, maka kami akan langsung siapkan tempatnya," jelas tenaga medis tersebut.

Lalu, Surabaya Pagi juga mendapatkan informasi dari salah satu satpam RSJ Menur yang sedang berjaga di Pos Pintu Masuk RSJ Menur. Dirinya juga membenarkan bahwa ada pasien Covid-19 berstatus Orang Dengan Gangguan Jiwa yang dirawat di RSJ Menur.

"Betul kemarin ada satu, laki-laki. Tapi sepertinya sudah sembuh. Karena anaknya yang biasa mengantarkan makanan hari ini belum terlihat. Biasanya masuk naik mobil Avanza hitam," ujar satpam tersebut.

Lebih lanjut, saat ditanya mengenai identitas dan asal dari pasien tersebut. Dirinya memastikan bahwa pasien tersebut bukanlah pasien gangguan jiwa dari RSJ Menur sendiri. Pernyataan ini senada dengan apa yang dikatakan dr Hafidin Ilham yang menyebutkan pasien tersebut adalah pasien rujukan dari RSJ Lawang, Malang.

"Yang pasti bukan dari Rumah Sakit Jiwa Menur sendiri, karena yang saya tau jarak antara RSJ dan IGD cukup jauh. Yang untuk orang gangguan jiwa di belakang sana, yang untuk merawat pasien Covid-19 di IGD. Lalu kondisinya sangat steril. Dan saya memang dapat info kalau pasien itu memang bukan dari sini,"

Baca Juga: Wali Kota Surabaya Minta Surveyor Gali Informasi untuk Atasi Kemiskinan

dr Hafidin Ilham, Direktur RSJ Menur Surabaya menjelaskan, bahwa di RSJ Menur, tersedia 100 ruangan isolasi untuk merawat pasien Covid-19. Dari 100 ruangan isolasi itu, sudah terisi 52 pasien yang sedang menjalani perawatan.

“Pasien ODGJ ini diduga terjangkit Covid-19. Pasien ini rujukan dari RSJ Lawang. Hasil test swabnya keluar dan hasilnya negatif. Kini tinggal menunggu hasil test swab ulang,” ujarnya  kemarin.

Tim medis RSJ Menur yang kini juga menangani pasien Covid-19 pun, menurut dr Hafidin, sudah melakukan upaya pengobatan secara holistik terhadap para pasien Covid-19, melibatkan sejumlah dokter spesialis. adt/cr1/rm

 

Hasil survei Rumpun Kuratif Gugus Tugas Penanganan Covid-19 menunjukkan, 52,1 persen pasien positif terjangkit Covid-19 di Jawa Timur yang paling dominan bergejala batuk, bukan sesak napas.

Jumlah pasien terjangkit dengan gejala sesak napas hanya sebanyak 24,7 persen. Tidak lebih tinggi dari pasien Covid-19 dengan gejala pilek dengan 35,1 persen, dan demam sebanyak 26,7 persen.

Joni Wahyuhadi Ketua Tim Kuratif Gugus Tugas Covid-19 Jawa Timur mengatakan, gejala klinis orang terjangkit virus SARS CoV-2, yang memang virus corona jenis baru, di Wuhan berbeda dengan di Jatim.

Di salah satu provinsi di China yang menjadi episentrum penularan virus itu, mayoritas pasien yang terjangkit mengalami sesak napas atau pneumonia. Sedangkan di Jatim gejala klinis yang dominan batuk dan pilek.

Baca Juga: DPMPTSP Kota Surabaya Target Capaian Investasi 2024 Rp40 T

 “Padahal yang di Wuhan itu (mayoritas) demam, bukan batuk. (Tapi di Jatim) Demam nomor tiga,” ujar Joni dalam konferensi pers di Gedung Negara Grahadi, Selasa (12/5/2020) malam.

 Joni yang juga Direktur RSUD dr Soetomo mengungkapkan, perbedaan yang ada itu terjadi karena adanya perbedaan susunan gen tipe virus SARS CoV-2 di Asia Tenggara dengan di Wuhan, Eropa, dan Amerika.

 Dia bilang, kalau di China, Eropa, dan Amerika Serikat susunan gen virusnya tipe A dan C, di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, susunan genetik virus SARS CoV-2 tipe B.

 “Yang saya baca di buku, di Asia Tenggara susunan gennya tipe B. Kalau di negara lain A sama C,” tegasnya. Dia bilang, virusnya di negara Eropa, China, dan Amerika lebih berbahaya dari di Asia Tenggara.

 Dia bilang, memang sampai saat ini belum ada keterangan rinci dari lembaga penelitian resmi yang memaparkan mengenai perbedaan tipe virus di setiap negara di benua yang berbeda.

 Emil Dardak Wakil Gubernur Jawa Timur mengatakan, data yang disampaikan dr Joni itu semestinya membuat masyarakat lebih waspada terhadap kemungkinan penularan virus penyebab penyakit Covid-19.

 “Dari kasus positif yang disurvei, ada 50 persen dengan gejala batuk. Jadi banyak yang dites positif merasa dirinya baik-baik saja. Makanya, kita harus melakukan kewaspadaan setinggi mungkin,” kata Emil.(den/ipg)

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU