Penjual Pernak-Pernik Imlek Sambat

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 10 Feb 2021 21:56 WIB

Penjual Pernak-Pernik Imlek Sambat

i

Warga mengecat patung Naga di kampung pecinan kawasan Jalan Kapasan Dalam, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (10/2/2021). SP/Julian

 

Barongsai Akan Ditiadakan Untuk Menghindari Penularan Covid-19

Baca Juga: Sambut Imlek 2024, Pengrajin Barongsai Banjir Orderan

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Menjelang Tahun Baru Imlek 2021, Kerbau Logam yang jatuh Jumat (12/2/2021) besok, warga keturunan Tionghoa yang beragama Budha dan Kong Hu Chu, pasrah dengan situasi pandemi. Kegiatan jelang imlek yang biasanya dilakukan dengan mempersiapkan makan, dan kunjungan antar saudara, sepo (hambar). Bahkan untuk ibadah di sejumlah klenteng dan memburu pernak-pernik khas Imlek, Tahun Kerbau Logam berubah drastis.  Ini bukan karena perayaan ini mulai ditinggalkan generasi muda, tapi murni dampak pandemi corona. Hal yang menyedihkan pusat penjualan pernak-pernik imlek di Pasar Atom Surabaya, nyaris sepi pembeli. Sementara tempat ibadah di klenteng-klenteng Surabaya, juga dibatasi. Bahkan, kini perayaan imlek di rumah rumah beralih pada pemanfaatan teknologi, daring. Banyak penjual pernak pernik imlek Surabaya, sambat. “Sepi soro rek,” kata seorang Tacik di Pasar Atom, sambil garuk garuk rambut. Omzetnya turun sampai 50%. Bahkan ada yang sehari-hari berjualan pagi sampai malam hanya bisa untuk bertahan hidup. Tak ada lagi keuntungan seperti imlek imlek sebelum pandemi corona.

Salah satunya stand toko di Pasar Atom milik Kho Salim juga terimbas. Nuansa berwarna merah dengan gemerlap emas, mewarnai seisi toko miliknya. Mulai dari aksesoris seperti angpau, lampion, gantungan, hingga tempelan/stiker khas Imlek memenuhi isi toko. Sayangnya, sejak corona ini, pendapatan seret.

"Jangankan omzet untung, buat tetap survive aja, syukur-syukurlah. Yang penting, sekarang bertahan dulu lah di tengah pandemi ini," ujar Kho Salim di Pasar Atom, Selasa (9/2/2021).

Kho Salim membandingkan suasana standnya saat Imlek tahun lalu dengan tahun ini. "Beda jauh banget. Tahun lalu H-4, H-3 perayaan Imlek, udah ramai pol. Sekarang ya bisa dilihat sendiri," jelasnya.

Dari situasi di stand Kho Salim, hanya ada beberapa hilir mudik pengunjung Pasar Atom yang hanya sekadar melihat-lihat dan bertanya kepada pramuniaga yang menjaga toko milik Kho Salim. Meski begitu, pernak-pernik yang dia jual, diyakini Kho Salim membawa keberuntungan terkhusus di Tahun Kerbau Logam ini.

"Mayoritas sih, cari yang berbau kerbau motif pernak-perniknya. Ini nanti kan, Tahun Kerbau Logam. Tapi, hampir semua pernak-pernik Imlek di sini, artinya sama. Sama-sama membawa keberuntungan," terangnya.

Hal serupa juga dialami Ivan Can. Kho Ivan, sapaan akrabnya, merasa toko jualannya sepi pembeli. Bila dibanding tahun lalu, omzetnya turun drastis, lebih dari 50 persen.

"Tahun lalu gitu, dekat-dekat Imlek, sehari bisa omzet Rp 15-20 juta. Sekarang, Rp 5 juta aja udah lumayan. Pokoknya tetap jualan, biar tak dikira tutup, nanti kalau tutup kita malah kehilangan pelanggan," terangnya.

Kho Ivan yang sudah berjualan pernak-pernik Imlek sejak tahun 2009 di Pasar Atom merasa baru kali ini suasananya sepi. "Udah 12 tahun, ya baru kali ini sepi ya. Tapi memang masih ada yang beli, cuma jelas beda jauh sama tahun lalu," ungkapnya. Kho Ivan sendiri berharap, pandemi Covid-19 segera berlalu, agar ekonomi bisa bangkit dan masyarakat bisa menjalankan kehidupan secara normal.

"Karena saya juga merayakan Imlek, saya percaya di tahun Kerbau Logam ini, pandemi segera berlalu. Vaksinasi uda jalan, semoga segera teratasi," ujarnya.

 

Klenteng Boen Bio

Sementara, dalam menyambut Imlek, Klenteng Boen Bio, di Jalan Kapasan 131, Surabaya telah bersiap untuk menerima kunjungan para umat Konghucu. Meski ibadah dilakukan secara terbatas.

Dari pantauan Surabaya Pagi, Rabu (10/2/2021), sebelum masuk ke Klenteng Boen Bio, terlihat beberapa pernak pernik seperti lampion sudah dipasang di perkampungan Kapasan Dalam. Melangkah ke dalam klenteng terlihat semuanya sudah ditata dan dibersihkan secara rapi.

Liem Tiong Yang, Humas Klenteng Boen Bio, mengatakan pembersihan klenteng menjelang Imlek ini termasuk dalam peribadatan yang harus dilakukan oleh para pengurus. “Setelah sembayang peribatan mengantarkan Parasuci naik, setelah itu klenteng baru bisa dibersihkan hingga pada peribadatan malam sebelum tahun baru Imlek atau sembayang tutup tahun ,” ujar Liem, Rabu (10/2/2021).

Disambut dibagian belakang klenteng yang sudah ada sejak 1883 ini, terlihat lalu lalang para pengurus yang sibuk mempersiapkan untuk agenda peribadatan. Liem kemudian melanjutkan ceritanya, selain bersih-bersih untuk sembayang tutup tahun, pernak-pernik warna merah yang identik dengan perayaan Imlek juga dipasang untuk menghias klenteng.

 

Baca Juga: Jelang Tahun Baru Imlek, Perajin Lilin Ukir Banjir Pesanan Tembus Ekspor

Merah Berarti Semangat

“Warna merah sendiri karena jelas menggambarkan semangat, pencerahan dan kebahagiaan, memiliki filosofi kedepannya di tahun yang bau manusia bisa jadi lebih baik,” ungkapnya.

Liem yang juga Rohaniwan di Klenteng Boen Bio, mengatakan peribatan untuk tahun baru Imlek di masa pandemi akan menyesuaikan dengan anjuran dari pemerintah. Penerapan protokol kesehatan menurut Liem akan diperketat, sebelum masuk wajib mencuci tangan atau dengan menggunakan handsanitizer yang sudah disediakan serta menggunakan masker selama di dalam area klenteng. Ia mengatakan jumlah kapasitas jemaat di klenteng nantinya akan dibatasi.

“Sesuai anjuran pemerintah yaitu 50 persen dari kapasitas tempat duduk yang boleh masuk. Tapi sebetulnya lebih kami kurangi lagi nantinya jadi sekitar 20 persen yang bisa masuk sisanya dipulangkan,” jelas Rohaniwan Klenteng Boen Bio.

Jika kapasitas sudah penuh, Liem mengatakan jemaat bisa juga melaksanakan peribadatan di rumah masing-masing. Ia menuturkan klenteng tetap membuka diri apalagi untuk perorangan, akan tetapi untuk menghindari terjadinya kluster baru pihak pengurus menganjurkan untuk melakukan ibadah di rumah saja.

Imlek tak Meriah

“Bagaimanapun sama seperti agama lainnya ibadah juga bisa dilakukan di rumah masing-masing, akan tetapi momen Imlek-nya ya akan berbeda ketika datang secara langsung ke klenteng. Tapi melihat kondisi pandemi seperti ini lebih baik tidak bergerumbul dahulu, kalaupun melakukan di rumah tidak mengurangi makna dari sebuah perayaan,” kata Liem.

Sembari beristirahat setelah membersihkan patung-patung, Liem mengungkapkan jika memang banyak keluhan dari warga sekitaran klenteng tentang peringatan Imlek tidak akan meriah di tahun ini. Menurutnya beberapa acara yang menimbulkan kerumunan seperti Barongsai akan ditiadakan untuk menghindari penularan Covid-19.

“Klenteng ini nantinya hanya akan melaksanakan ibadah sembayang tutup tahun, juga upacara peribatan saat tahun baru. Peribadatan tersebut sebenarnya bisa diwakilkan oleh para pengurus klenteng dan rohaniwan,” ungkapnya.

Menurut Liem, penerapan protokol kesehatan dalam kerumunan terutama di tempat ibadah merupakan langkah preventif yang tepat untuk mencegah tersebarnya virus. Ia mengatakan mencuci tangan, menjaga jarak dan memakai masker merupakan cara yang masuk akal dan dengan adanya vaksin mampuh menambah imun untuk kuat sehingga bisa meredam lonjakan kasus positif Covid-19.

Baca Juga: Tren Covid-19 Naik, Tapi tak Timbulkan Kematian

“Jangan sampai peribadantan saat imlek ini menimbulkan kluster baru dan membuat tempat ibadah ditutup. Kalau kita tetep ngotot mengadakan kegiatan yang menimbulkan kerumunan demi alasan agama tanpa memperdulikan keselamatan umat itu saya rasa kurang bijak,” pungkas Liem.

 

Rayakan Secara Daring

Sementara, diluar klenteng Boen Bio, yakni warga Kapasan Dalam, pilih memanfaatkan WhatsApp untuk silaturahmi Imlek mencegah kerumunan, dan tetap menjalankan protokol kesehatan.

Michael Wijaja Tanto, Wakil Ketua Wisata Kampung Pecinan Kapasan Dalam membenarkan bahwa bersama sejumlah warga lainnya akhirnya memilih menggunakan whatsapp untuk tetap bisa bersilaturahmi saat Imlek di masa pandemi Covid-19 ini.

“Bukan saling mengucapkan kiong Hi yang pakai whatsapp tapi mengatur tamu yang datang dengan sarana itu. Jadi misalnya keluarga A datang jam sembilan pagi, maka kita atur keluarga B diminta datang jam sepuluh. Diatur seperti itu supaya tidak sampai terjadi kerumunan di dalam satu rumah, ” terang Michael.

Cara itu terpaksa dilakukan selain dalam rangka menjaga dan tetap menjalankan protokol kesehatan sekaligus masih tetap bisa menjaga tradisi saling silaturahmi dengan mereka-mereka yang lebih tua.

“Kalau yang muda-muda mungkin tidak ada masalah. Pakai jadwal ketemuan menghindari kerumunan, sepertinya mereka paham. Repotnya sama yang tua-tua, pasti mereka protes. Ujung-ujungnya, silaturahmi kok dibatasi. Pasti tidak setuju, ” ujar Michael.

Selain persembahyangan, tradisi Imlek memang saling berkunjung ke rumah keluarga, saudara, kerabat dan tetangga. Di masa pandemi dan pemberlakuan PPKM tentu saja hal itu agak repot dilakukan. Biasanya, tambah Michael, yang muda mengunjungi yang tua.

Tahun ini, perayaan Imlek memang tidak bakal seramai tahun-tahun lalu sebelum terjadinya pandemi. Warga Kapasan Dalam yang pada tradisinya setelah malam pergantian tahun Imlek, dilanjutkan berbagai keramaian. Mulai dari kumpul bersama keluarga hingga menyaksikan atraksi barongsai, tahun ini tidak ada keramaian itu. pat/mbi/ar-mg1/cr2/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU