Penyekatan Ketat, Cegah Varian Mu Terobos Jatim

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 19 Sep 2021 20:42 WIB

Penyekatan Ketat, Cegah Varian Mu Terobos Jatim

i

PMI yang datang langsung dikarantina di hotel Asrama Haji

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Sejak virus covid-19 ditemukan pertama kali di China pada 2019, hingga kini telah ada sekitar 10 varian mutasi baru yang dicatat oleh WHO. Dan terbaru, muncul varian baru yang bikin ketar ketir. Varian ini diberi nama Mu.

Jawa Timur yang kini berstatus kuning alias Level 1, tak mau kecolongan dengan masuknya Varian Mu. Untuk itu, Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang hendak pulang ke Jawa Timur, kini dilarang mendarat di Bandara Internasional Juanda Surabaya.

Baca Juga: WHO Selidiki COVID Varian 'Eris', Picu Kematian Secara Tiba-Tiba?

Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Suharyanto yang juga sebagai Dansatgas PMI mengatakan per Sabtu (18/9/2021),  ada SE nomor 74 tahun 2021. SE ini mengatur tentang kedatangan penerbangan internasional hanya melalui dua bandara, yakni Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Sam Ratulangi Manado.

"Di situ yang terjadi perbedaan yang sangat signifikan adalah Bandara Juanda itu ditutup. Jadi Bandara Juanda sudah tidak bisa lagi menerima penerbangan PMI," kata Suharyanto di Gedung Negara Grahadi Surabaya, kemarin.

Suharyanto menambahkan penyekatan juga  dilakukan di perbatasan Jatim dan Jateng, tepatnya di Ngawi.

"Misalnya masuk lewat Kalimantan begitu kemudian nyeberang nanti masuk ke Jawa Timur lewat darat. Nah ini kami akan melaksanakan penyekatan-penyekatan terbatas di perbatasan Jatim dengan Jawa Tengah yaitu di Ngawi," ungkapnya.

Suharyanto menyebut PMI yang pulang ke Jatim diperkirakan akan tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Setelah dikarantina di Jakarta selama 8 hari, Suharyanto menegaskan mereka masih akan dikarantina dan diswab PCR di Asrama Haji Sukolilo Surabaya.

"Jadi nanti setelah dikarantina di Jakarta sesuai dengan surat edaran itu kan delapan hari. Nah nanti kami akan berkoordinasi dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta apakah mereka akan mengantar ke sini atau kita jemput. Nah seandainya dijemput para PMI ini kembali untuk dikarantina di Wisma Haji," papar Suharyanto.

"Di karantina di wisma haji ini bukan menyalahi surat edaran, tapi dalam rangka kami akan melaksanakan swab ulang. Nah kami punya waktu sekitar tiga hari perkiraan kami setelah itu apa bila nanti dinyatakan negatif baru para PMI ini bisa kembali ke wilayahnya masing-masing," tambahnya.

Langkah ini, lanjut Suharyanto dilakukan agar pihaknya tak kecolongan masuknya varian baru MU.

"Ini juga kami waspada supaya jangan sampai kecolongan, karena pasti kalau dua titik itu dari mulai hanya Manado dan Soekarno-Hatta, pasti sangat banyak di situ. Nah kami takut petugas-petugas di Provinsi DKI mungkin kewalahan, mungkin ini ya, meski pasti pemerintah pusat juga sudah memikirkan segala sesuatunya tapi kami waspada hingga kami tetap melaksanakan swab ulang," pungkasnya.

 

Varian Delta Lebih Ganas

Terpisah,  Dokter Spesialis Patologi Klinis, dr. Fauqa Arinil Aulia, Sp.PK, menyampaikan, terhadap varian MU, masyarakat tidak perlu khawatir. Pasalnya, secara kategori varian, MU masuk dalam kategori VOI.

"Sebagai VoI sifatnya tidak berubah dari gejala klinis, perkembangan di penyakitnya, dan juga terapinya masih sama. Yang perlu kita waspadai adalah Varian of Concert (VoC), dan Varian of High Consequence (VoHC) yang sekarang memang belum ada," kata dr. Fauqa kepada Surabaya Pagi, Minggu (19/09/2021).

Bila dibandingkan dengan varian delta, varian MU kata Fauqa, tidak bisa menyalip varian delta terutama dari sisi penularan. Karena varian delta masuk dalam kategori variant of Concern (VOC). Dan berdasarkan data WHO, setifaknya varian delta sekarang telah menyumbang lebih dari 90 persen infeksi secara global dalam pandemi covid-19.

Tak hanya itu, secara penularan varian Mu masih terkonsentrasi di wilayah Kolombia dan secara global kurang dari satu persen.

"Seperti yang saya jelaskan tadi, dari pengelompokan yang dilakukan WHO, kita bisa melihat bahwa varian delta masuk kategori VoC sedangkan MU masuknya VoI. Artinya jelas bahwa varian delta membutuhkan perhatian yang lebih besar dari varian Mu," aku dr. Fauqa.

Baca Juga: Dokter Paru Mereaksi Jokowi Soal Endemi

 

Bisa Mengalahkan Vaksin

Sedikit berbeda, ahli epidemiologi dari Universitas Andalas Defriman Djafri mengatakan,  Varian Mu memiliki potensi untuk menghindari kekebalan tubuh. "Varian ini memiliki mutasi yang memiliki potensi untuk menghindari kekebalan oleh infeksi atau vaksinasi sebelumnya," kata Defriman, Jumat (17/9).

Defriman yang juga Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Cabang Provinsi Sumatra Barat menuturkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sedang memantau varian Mu. Ia menuturkan varian Mu pertama kali diidentifikasi di Kolombia dan sekarang setidaknya terdeteksi di 39 negara.

Varian mutasi pertama yang ditemukan adalah virus corona Inggris B.1.1.7 disebut varian alpha yang ditemukan pada Desember 2020 lalu. Kedua adalah virus corona Afrika Selatan B.1.351 atau varian Beta. Berikutnya ada virus corona Brasil P.1 disebut varian gamma, ada pula Varian India B.1.617.2 disebut Delta.

Khusus varian delta, data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan (Balitbangkes Kemenkes) per 25 Agustus 2021 mencatat, ada sekitar 2.097 varian Delta yang sebarannya telah meluas hingga ke 31 provinsi di Indonesia.

Selain delta, ada pula varian lain seperti varian epsilon yang berasal dari Amerika Serikat dengan kode genomik B.1.427/B.1.429. Berikutnya ada virus corona Brasil P.2 atau disebut varian Zeta dan adapula varian B.1.525 asal Inggris atau dikenal dengan varian Eta.

Tak hanya itu, ada pula varian lain yang disebut dengan varian Lamdha, MU, C.12, theta, lota dan Kappa. Kesemua varian ini dikategorikan oleh WHO dalam 2 kategori yakni Varian of Interest (VoI) atau yang perlu mendapat perhatian dan varian of concern (VoC) atau yang perlu diwaspadai.

Hingga saat ini, varian yang masuk daftar VoI adalah varian eta, iota, kappa, lambda dan mu. Sementara varian yang masuk dalam VoC adalah alpha, beta, gamma, dan delta.

Baca Juga: Update: China Kembali Dilanda Bencana Covid-19, Gelombang Puncak Juni 2023

Di Indonesia sendiri, setidaknya telah ada 4 varian baru yang telah masuk diantaranya adalah varian alpha, beta, gamma serta yang terbaru adalah varian delta yang sempat menjadi faktor lonjakan kasus di Indonesia pada Juli lalu.

Selain varian tersebut, beberapa pakar epidemologi menyebut pemerintah wajib mewaspadai varian baru MU asal Inggris yang diduga memiliki potensi untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.

 

Diteliti lagi

Sementara itu,  Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden menjelaskan, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut terhadap virus corona varian Mu atau B.1.621.

Hingga saat ini kata Wiku, belum dapat dipastikan apakah varian tersebut lebih ganas dibandingkan varian Delta atau tidak resisten terhadap kekebalan tubuh atau tidak.

Namun kabar baiknya, dari hasil whole genome sequencing (WGS) atau pemeriksaan penyebaran mutasi virus yang dilakukan pada 6 September 2021 lalu, dipastilan bahwa hingga saat ini belum ditemukan adanya varian Mu di Indonesia.

"Indikasi karakteristik Mu seperti lebih ganas dibanding Delta atau dapat menghindari kekebalan tubuh masih merupakan perkiraan dan masih terus diteliti lebih dalam," kata Wiku dalam konferensi pers yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden dan dikutip Surabaya Pagi, Minggu (19/09/2021). sem/jk3/rl

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU