Perang Dunia ke-3, Bisa Meledak Minggu ini

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 20 Feb 2022 20:35 WIB

Perang Dunia ke-3, Bisa Meledak Minggu ini

i

Warga Ukraina mengambil bagian dalam Unity March, yang merupakan prosesi untuk menunjukkan semangat patriotik mereka di tengah meningkatnya ketegangan dengan Rusia, di Kyiv.

Rusia Sudah uji Coba Rudal Hipersonik Sekaligus Kerahkan 190 ribu Prajurit ke Perbatasan Ukraina. Aliansi NATO Sudah Kirim bantuan senjata hingga perlengkapan militer ke Ukraina

 

Baca Juga: Perjuangan Kate Middleton Lawan Kanker, Berusaha Tegar, Tapi Alami Kecemasan

SURABAYAPAGI.COM, Kiev - Ketegangan di perbatasan Rusia- Ukraina, terus meningkat sejak dilaporkan tentara Ukraina, tewas Jumat lalu.

Atas kejadian ini kedua belah pihak dalam siaga tinggi.

Militer Ukraina mengatakan dua tentaranya tewas dan empat terluka dalam penembakan oleh separatis pro-Rusia di Ukraina timur pada Sabtu (19/2).

Laporan intelijen yang dipantau sampai Inggris, gejolak kekerasan minggu itu telah memicu kekhawatiran serangan Rusia.

Militer Ukraina mengatakan di halaman Facebook mereka telah mencatat 70 pelanggaran gencatan senjata oleh separatis sejak awal hari dibandingkan dengan 66 kasus selama 24 jam sebelumnya.

Melansir Reuters, Minggu (20/2/2022), separatis melepaskan tembakan ke lebih dari 30 pemukiman di sepanjang garis depan menggunakan artileri berat. Padahal ini telah dilarang oleh perjanjian yang bertujuan untuk mendinginkan konflik yang telah berlangsung lama, kata pejabat militer Ukraina, Minggu kemarin.

 

Tujuh Rute Serangan Rusia

Kementerian Pertahanan Inggris mengidentifikasi tujuh kemungkinan rute serangan Rusia terhadap Ukraina, karena AS dan NATO percaya bahwa risiko serangan Rusia tetap tinggi.

Melansir 24h.com.vn Jumat (18/2/2022), sebuah peta yang menggambarkan kemungkinan 7 arah Rusia dalam menyerang Ukraina diposting oleh Kementerian Pertahanan Inggris.

Gambar kemungkinan arah serangan Rusia tersebut diambil berdasarkan data satelit dan sumber intelijen, demikian ditulis surat kabar Inggris Sky News, edisi Minggu.

Disebut, Rusia dapat sepenuhnya menyerang ibukota Ukraina, Kiev, serta kota industri Dnipro.

Dalam rendering grafis, tiga arah serangan Rusia ke timur dan satu ke selatan dapat menargetkan kota Dnipro.

Setelah target tercapai, pasukan Rusia dapat bergerak lebih jauh ke barat, bertujuan untuk menguasai lebih banyak wilayah Ukraina, kata Kementerian Pertahanan Inggris.

Di utara, tiga pasukan tentara Rusia secara bersamaan dapat menyerang ibukota Kiev, dengan dua sayap menjadi pasukan Rusia yang hadir di Belarus.

“Beberapa hari mendatang, ibukota Ukraina Kiev akan dibombardir," kata Joe Biden seperti disiarkan Straits Times pada Minggu (20/2/2022).

 

Prakiraan Menlu Inggris

Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris, Liz Truss, memperingatkan dunia bahwa Vladimir Putin tidak akan berhenti di Ukraina. Liz Truss mengatakan, setelah rencananya terhadap Ukraina berhasil, Vladimir Putin pasti akan melanjutkan perang melawan negara-negara tetangga lainnya.

Liz Truss mengkhawatirkan motif Vladimir Putin yang sebenarnya adalah menggenggam lagi kendali atas Eropa Timur.

Dengan kata lain, negara-negara bekas Uni Soviet lainnya dapat dianeksasi jika penyerangan Rusia ke Ukraina telah dijalankan.

 Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengklaim invasi Kremlin ini akan menyebabkan konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.

Untuk itu, di tengah kecemasan akan kebenaran prediksi Inggris atas motif Vladimir Putin, Liz Truss meminta masyarakat internasional untuk bersatu.

Kepada Dailymail, Minggu, 20 Februari 2022, Lizz Truss mendesak Inggris dan sekutu untuk berkoalisi melawan Rusia. Ia menegaskan dunia harus menghentikan Vladimir Putin sebab Ukraina bukan tujuan terakhirnya.

“Maksudnya sudah jelas. Ambisi Presiden Putin bukan cuma Ukraina, negara-negara Balkan, seperti Estonia dan Latvia, Balkan Barat, termasuk Serbia dan Albania berada dalam bahaya,” ujarnya.

Secara terbuka, Vladimir Putin telah menyatakan keinginannya untuk menciptakan Rusia Raya.

Kepada wartawan asing dirinya mengaku ingin mengembalikan situasi seperti sebelumnya, di mana Rusia memiliki kendali atas sebagian besar Eropa Timur.

Dalam pidatonya di Konferensi Keamanan Munich, Perdana Menteri Boris Johnson mewanti-wanti, kerugian hidup yang harus ditanggung setelah perang ini meletus bukan hanya bagi Ukraina tetapi juga Rusia.

Dia lantas mengeluarkan permohonan kepada Kremlin untuk mengurangi eskalasi. “Saya yakin Rusia takkan dapat apa-apa dari bencana ini kecuali kerugian,” ucapnya menegaskan.

Johnson mengadakan pembicaraan dengan beberapa pemimpin Eropa yang hadir di KTT di Bavaria, termasuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelinsky.

 

190 Ribu Tentara Rusia

Zelensky mempertanyakan alasan pihak barat harus menunggu Moskow untuk menyerang sebelum menerapkan sanksi, padahal 150.000 tentara Rusia sudah berkumpul di perbatasan negara itu.

Fakta itu diperparah dengan adanya pengepungan di Ibukota Ukraina, Kyiv oleh pasukan Rusia, serta invasi melalui Donbas di timur, di mana ada ketidakstabilan situasi.

Menanggapi pertanyaan itu, Boris menjamin Ukraina tidak akan sendiri menghadapi Rusia.

Baca Juga: Berkah Singapura, Hapus Visa Bagi Turis China

Intelijen AS memperkirakan sekarang sekitar 169.000 sampai 190.000 tentara Rusia dan milisi yang bersekutu sudah berada di perbatasan Ukraina.

Joe Biden menyebutkan, mobilisasi militer Rusia ini merupakan mobilisasi militer paling signifikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

The New York Times mengutip para pejabat AS yang menyampaikan informasi intelijen terbaru.

Dilaporkan saat ini hampir setengah dari 150.000 pasukan Rusia berada dalam formasi tempur dan dapat meluncurkan invasi skala penuh dalam beberapa hari.

Rusia sendiri menyangkal bahwa pihaknya merencanakan serangan,

Vladimir Putin hanya menjaga kedaulatan mereka, dan menuntut agar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menghentikan Ukraina bergabung dengan aliansi pro-Barat, yang ia lihat sebagai ancaman keamanan bagi masyarakat Rusia.

 

 Putin Cek Pasukannya

AS dan sekutu Eropanya telah memperingatkan selama berminggu-minggu bahwa Rusia akan berusaha untuk membuat pembenaran palsu untuk bertindak melawan Ukraina.

"Sampai saat ini, saya yakin Putin sudah membuat keputusan (atas serangan). Kami punya alasan untuk percaya itu."

Sementara itu, Vladimir Putin berada di Belarusia - negara tetangga Ukraina- dalam beberapa hari terakhir.

Di Belarusia, tentara Rusia terus melakukan perang. Dan Vladimir Putin sengaja datang ke sana untuk melihat kesiapan pasukannya.

Bahkan kemarin, Rusia melakukan uji coba rudal hipersonik dalam latihan perang itu. Sementara

Kepala Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mengungkapkan tanda-tanda Rusia siapkan serangan penuh ke Ukraina.

Salah satu indikasinya menurut NATO adalah uji coba rudal balistik hipersonik, rudal jelajah, dan rudal berkemampuan nuklir Rusia.

Stoltenberg pun mengingatkan tak lama lagi bakal ada invasi besar-besaran yang dilancarkan Rusia ke wilayah Ukraina.

Vladimir Putin juga menyaksikan uji coba rudal itu bersama Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko.

Kremlin sendiri mengatakan, Rusia telah berhasil meluncurkan uji coba rudal hipersonik dan jelajah di target laut dan darat.

Ketegangan di dalam negeri Ukraina sendiri terus meningkat selama akhir pekan,

Baca Juga: Tentara Bayaran WNI di Ukraina, Bisa Propaganda Rusia

Terutama setelah pasukan pemberontak yang didukung Rusia juga melakukan serangan demi serangan skala kecil ke kawasan perkantoran dan markas militer.

 

Perlengkapan Militer dari NATO

Ukraina, saat ini telah menerima perlengkapan militer seperti senapan mesin, perlengkapan surveilans dari Kanada. Demikian diungkap Menteri Pertahanan Ukraina, Oleksil Reznikov belum lama ini. Selain itu kata Reznikov, juga datang bantuan senjata hingga perlengkapan militer dari negara aliansi NATO.

"Kami menerima bantuan milter dari berbagai jenis senapan, senapan mesin dengan alat bantu optik, penglihatan malam, dan perlengkapan surveilans serta militer. Terima kasih atas keputusan Anda yang tepat waktu ini," demikian kicauan Reznikov seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (19/2).

 

 

Mobilisasi Militer Rusia

Joe Biden menyebutkan, mobilisasi militer Rusia sejak akhir minggu ini merupakan mobilisasi militer paling signifikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

The New York Times mengutip para pejabat AS yang menyampaikan informasi intelijen terbaru.

Saat ini hampir setengah dari 150.000 pasukan Rusia berada dalam formasi tempur dan dapat meluncurkan invasi skala penuh dalam beberapa hari ini.

Wakil Presiden AS Kamala Harris berjanji AS akan memberlakukan sanksi keuangan yang luas dan kontrol ekspor jika Rusia tetap melancarkan serangan ke.AS dan sekutu Eropanya.

"Saya dapat mengatakan dengan kepastian mutlak bahwa jika Rusia menginvasi Ukraina lebih lanjut, Amerika Serikat, bersama dengan sekutu dan mitra kami, akan membebankan biaya ekonomi yang signifikan dan belum pernah terjadi sebelumnya," katanya.

Sementara itu, para pemimpin senior AS dan Eropa, serta Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, bertemu di Konferensi Keamanan Munich pada hari Sabtu.

Selain itu, Grup Bank Dunia menyatakan telah siap untuk menggelontorkan bantuan hingga US$350 juta ke Ukraina.

Saat pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, Presiden Bank Dunia David Malpass menyatakan mereka akan terus 'mendukung' rakyat Ukraina serta pendanaan untuk membantu kebutuhan finansian jangka panjan dan pendek.

Pertemuan antara Zelenskiy dan Malpass itu terjadi di sela kegiatan KTT keamanan yang berlangsung di Munich, Jerman. Di satu sisi, Bank Dunia dan juga IMF telah merelokasi stafnya dari wilayah Ukraina terkait ketegangan dengan Rusia.

Sementara itu Uni Eropa telah mengkoordinasikan bantuan kebutuhan bagi Ukraina, dari mulai suplai perlengkapan medis hingga perlindungan warga seperti yang diminta negara tersebut. Bantuan itu termsauk masker medis, sarung tangan steril, generator, antibiotik, serta disinfektan dari Slovenia, Irlandia, Rumania, dan Austria. n rtr, st, Sn

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU