Perayaan Hari Raya Nyepi 1943 Surabaya Dilaksanakan secara Sederhana

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 14 Mar 2021 18:36 WIB

Perayaan Hari Raya Nyepi 1943 Surabaya Dilaksanakan secara Sederhana

i

Umat Hindu berdoa pada saat Upacara Melasti sebelum melaksakan Nyepi di Pura Segara, Kota Surabaya, Sabtu (13/3). Upacara Melasti dilambangkan oleh umat Hindu sebagai penyucian diri sebelum melaksanakan Catur Brata Penyepian yang jatuh pada hari Minggu, 1

SURABAYAPAGI, Surabaya – Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1943 yang jatuh pada, Minggu 14 Maret 2021 di Pura Segara Kenjeran Surabaya terlihat Hening. Catur Brata Nyepi dilakukan dirumah masing – masing berbeda dengan tahun lalu masih bisa dilaksanakan di pura. Hal ini untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.

Upacara Melasti yang diselenggarakan secara terbatas di Pura Segara dengan membatasi umat yang mengikuti prosesi tersebut. Ketua Pura Segara I Made Yoga menjelaskan bahwa Hari raya nyepi dilakukan dirumah tidak ada yang di area pura.

Baca Juga: Perayaan Nyepi: Bandara Juanda Normal, Penerbangan ke Bali Dihentikan Sementara

“Melasti diikuti oleh umat Hindu dengan jumlah terbatas, kapasitas yang melakukan upacara melasti jumlahnya 50 persen sesuai dengan aturan yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Selain itu juga menerapkan protokol kesehatan,”ujar I Made Yoga saat ditemui di Pura Segara.

Sementara itu, Penasihat Parisadha Hindu Darma Indonesia Profesor Nyoman Sutantra menyampaikan Hari Nyepi di masa pandemi Covid-19 dengan melakukan protokol kesehatan ketat.

“Tahun Baru Saka 1943 mengusung tema “Kolaborasi Dalam Keharmonisan untuk Menuju Indonesia Maju”, inti dari Nyepi dimaknai sebagai mengendalikan pikiran dan perbuatan dalam kebenaran, Harmonis dengan Sang Pencipta, sesama dan hidup harmonis dengan alam,”ucapnya.

Kita menjalankan dharma agama dan dharma Negara, kewajiban bernegara wajib melaksanakan protokol kesehatan, semua harus berkolaborasi untuk Indonesia maju. Dimulai dengan menghadapi pandemic covid-19 yang sedang terjadi,”imbuhnya.  

Upacara_Melasti_di_Pura_Segara_-Patrik__(4)Upacara_Melasti_di_Pura_Segara_-Patrik__(4)

Catur Brata Penyepian dilakukan empat kewajiban oleh Umat Hindu yaitu dengan mengendalikan diri secara total baik itu nafsu dan ego dimaknai amati geni, amati lelungan dimaknai tidak boleh kemana – mana dengan mengendalikan pengaruh alam semesta, amati lelangua mengendalikan rasa pikiran dan amati karya dengan mengendalikan keinginan kita dilakukan dengan bermeditasi.

Baca Juga: Libur Nyepi dan Awal Puasa: 49 Ribu Penumpang KAI Bakal Padati Stasiun Surabaya

Meskipun masih dalam masa pandemi Covid-19, hal ini tidak menyurutkan niat umat Hindu Kota Surabaya dalam menjalankan upacara Melasti. Meskipun digelar secara sederhana, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ketat, umat Hindu Kota Surabaya tampak khusyuk mengikuti rangkaian upacara.

Ketua Panitia Nyepi, Ida Bagus Adi mengatakan, upacara Melasti tahun ini dilakukan secara sederhana berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. “Hari ini, kita melakukan upacara Melasti di Pura secara sederhana. Berbeda dari tahun sebelumnya,” tuturnya.

Salah satu umat Hindu, Nyoman Supradi saat melaksanakan upacara melasti yang masuk dalam rangkaian Nyepi mengatakan bahwa perayaan nyepi tahun ini harus saling bersatu untuk bisa bangkit dan mendoakan seluruh warga Surabaya.

“Suasana pandemi bertepatan dengan Hari Raya Nyepi tahun ini memang berbeda, karena setiap umat yang akan melaksanakan doa harus menerapkan protokol kesehatan ketat. Selain itu juga dalam upacara melasti ada pembatasan jumlah hanya sedikit,”ucap Nyoman Supradi.

Baca Juga: Nyepi

Upacara_Melasti_di_Pura_Segara_-Patrik__(6)Upacara_Melasti_di_Pura_Segara_-Patrik__(6)

Kita tetap bersyukur masih bisa melakukan upacara melasti, walaupun dilakukan secara singkat namun tidak mengurangi kekhidmatan dalam berdoa. Meskipun Nyepi di Pura Segara tidak diselenggarakan untuk melakukan Catur Tapa Brata, umat dianjurkan di rumah masing – masing,”imbuhnya .

Melasti lebih meriah tahun kemarin, biasanya diikuti oleh mahasiswa yang menganut agama Hindu yang kuliah di Surabaya. Selain itu sebelumnya masih ada perayaan ogoh – ogoh, sekaligus diikuti oleh masyarakat sekitar. Pat

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU