Pertamax, 1 April Besok akan Naik

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 30 Mar 2022 20:03 WIB

Pertamax, 1 April Besok akan Naik

i

Petugas SPBU Tidar, Surabaya sedang melayani customer yang mengisi kendaraanya dengan Pertamax, Rabu (30/3/2022). SP/Amin

Kenaikan Pertamax Dikhawatirkan Pengaruhi Pertalite

 

Baca Juga: Selama Periode Maret 2024, Pertamina Tambah 394 Ribu Tabung LPG 3 Kg di Jateng dan DIY

YLKI Sebut Kenaikan Rp 16.000,- Liter, Bisa Diterima Konsumen Pemilik Mobil Mewah

 

 

 

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta- Sampai Rabu kemarin (30/3/2022) di kalangan elite ekonomi Jakarta ramai dibahas rencana PT Pertamina (Persero) yang akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi jenis bensin dengan nilai oktan (RON) 92 alias Pertamax. Kenaikan kabarnya akan diberlakukan per Jumat, 1 April 2022 besok.

Rencana kenaikan Pertamax dipicu oleh semakin beratnya beban keuangan perusahaan akibat harus menanggung selisih antara harga pasar dan harga jual Pertamax. Padahal Pertamax bukan  produk BBM subsidi . Harga pasar Pertamax pada Maret ini disebut telah mencapai Rp 14.526 per liter. Sementara harga jual Pertamax hingga kini masih ditahan pada Rp 9.000 per liter.

Sementara harga jual BBM RON 92 di SPBU saat ini bervariasi tergantung para badan usaha, rata-rata di kisaran Rp 12.000 - Rp 13.000 per liter untuk non-Pertamina.

Bahkan, bila dibandingkan dengan badan usaha swasta lainnya, harga bensin RON 92 kini rata-rata sudah berada di kisaran Rp 12.000 - Rp 13.000 per liter untuk non-Pertamina.

 

 

 

Perhitungan Kementerian ESDM

Kementerian ESDM telah menghitung harga BBM Pertamax bisa mencapai Rp16.000 per liter pada April 2022.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, meminta dukungan DPR untuk menyetujui penyesuaian harga BBM. Ia juga mengatakan bahwa kenaikan tersebut termasuk wajar karena Pertamax bukan untuk masyarakat miskin.

"Hari ini Pertamax belum mengikuti mekanisme pasar, jadi mungkin dukungan diperlukan.Even Pertamax itu digunakan untuk mobil bagus, jadi sudah sewajarnya dinaikkan karena ini bukan untuk masyarakat miskin," kata Nicke.

 

 

 

DPR Mendukung

Komisi VI DPR RI mendukung Pertamina untuk melakukan penyesuaian Pertamax yang harus mengikuti harga pasar.

Ini dilakukan agar keuangan Pertamina tidak terus-terusan mengalami kerugian. Di sisi lain, Komisi VI juga mendesak pemerintah agar dapat membayar piutang Pertamina, sehingga kondisi finansial perusahaan tak mengganggu proses penyaluran BBM ke pelosok negeri.

"Komisi VI DPR RI mendukung penyesuaian harga bahan bakar minyak non subsidi yang mengikuti harga keekonomian minyak dunia untuk menjamin kesehatan keuangan Pertamina dalam menjalankan penugasan pemerintah," jelas Wakil Ketua Komisi VI DPR Aria Bima yang disetujui anggota dalam RDP, Kamis.

Harga minyak mentah dunia hingga akhir Maret 2022,  di atas US$ 100 per barel, demikian juga dengan harga minyak mentah Indonesia atau ICP. Saat ini ICP pada Maret per tanggal 24 tercatat di level US$ 114,55 per barel.

 

 

 

Konflik Rusia-Ukrainia

Konflik antara Ukraina dan Rusia menjadi salah satu faktor yang mendorong harga minyak naik signifikan. Pasalnya, pasokan dari Rusia dan Kazakhstan terganggu akibat kerusakan pipa Caspian Pipeline Consortium yang berdampak pada berkurangnya pasokan ke Uni Eropa.

Atas rencana kenaikan Pertamax, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta masyarakat memaklumi.  Hal ini karena harga jualnya saat ini, yakni Rp 9.000 per liter, jauh di bawah keekonomiannya sebesar Rp 14.526 per liter.

Ketua YLKI Tulus Abadi berharap, masyarakat perlu paham, bahwa Pertamax bukan produk bersubsidi sehingga harga jual BBM yang diperuntukkan bagi kalangan mampu tersebut sepenuhnya mengikuti pergerakan harga pasar.

“Jadi, kalau memang harganya naik, itu sepenuhnya corporate approach. Tidak bisa diintervensi dan harus dimaklumi semua pihak, termasuk juga pemerintah," ujar Tulus seperti dikutip Antara, Kamis (24/3).

Baca Juga: Menteri BUMN Tegaskan Mundurnya Ahok dari Komisaris Tak Hambat Kinerja Pertamina

Sementara Sekretaris Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Agus Suyatno menambahkan, Pertamina perlu segera menghitung ulang harga jual BBM jenis Pertamax. Apalagi, harga keekonomian Pertamax berdasarkan Kementerian ESDM telah mencapai Rp 14.526 per liter.

Di samping itu, penggunaan BBM jenis Pertamax saat ini juga didominasi oleh mobil mewah. Artinya jika, Pertamina tetap menahan harga BBM jenis ini, maka perusahaan pelat merah tersebut sama saja mensubsidi orang kaya.

"Kalau gak segera ditetapkan, keuangan Pertamina akan berdarah-darah kalau harus menjual harga yang di bawah dengan harga keekonomian di pasaran," kata Agus kepada CNBC Indonesia, Jumat (25/3/2022).

Pasalnya kenaikan harga BBM jenis ini diprediksi tak akan berdampak pada inflasi, karena saat ini mayoritas masyarakat mengkonsumsi BBM jenis Pertalite.

"Masih Pertalite BBM yang disubsidi, jadi gejolak setiap kenaikan pasti ada tapi gak cukup signifikan hingga menimbulkan inflasi," kata Agus.

 

 

 

Kebutuhan Solar Tinggi

Anggota Komisi VI DPR RI Khilmi mengingatkan saat ini kebutuhan akan solar subsidi semakin tinggi.

"Setelah tidak ada PPKM, dulu bis yang antre cuma dua atau tiga. Tapi kan sekarang kadang-kadang sampai seratus jejeran antreannya. Dan angkutan barang juga antreannya tinggi. Harapan kami ditingkatkan lagi kuota bio solar karena kebutuhannya sangat tinggi," ujar Khilmi dalam keterangan tertulisnya yang dikutip, Rabu (30/3/2022).

Ia juga meminta Pertamina untuk selalu memantau traffic penjualan dan kebutuhan solar di berbagai daerah, agar bisa menerapkan peraturan dan kuota yang jelas agar tidak terjadi antrean panjang di SPBU.

"Di POM bensin kan sudah ada sistem digitalisasi, itukan sudah terpantau semua, kita mobil biasa mau beli bio itukan tidak boleh. Kalaupun boleh kita harus menunjukan STNK dan dapatnya sedikit. Semua bisa dilihat yang berhak mendapatkan solar subsidi atau tidak," jelas Khilmi.

Senada, Anggota Komisi VI DPR RI Andre Rosiade juga mengeluhkan perihal masih langkanya solar di SPBU. Menurut Andre, antrean solar di SPBU pada dapilnya seringkali sangat panjang dan mengular.

"Faktanya solar masih mengantre, yang perlu dicatat bagaimana Perpres 191 tahun 2014 itu bisa betul dilaksanakan, Pertamina tentu tidak bisa kerja sendiri. Harus bekerja sama dengan aparat untuk melaksanakan Perpres ini. Karena faktanya kita masih melihat antrean di SPBU secara mengular," jelas Andre.

Ia juga meminta agar ada peraturan yang lebih jelas dari pemerintah dan Pertamina terkait pembatasan kendaraan yang bisa menggunakan solar subsidi.

 

Baca Juga: Wakil Ketua DPRD Surabaya AH. Thony Mendorong Kepastian Hak Milik Tanah Warga Bendul Merisi Jaya

 

 

Mobil Rp 500 Juta

"Mobil-mobil yang harganya lebih dari Rp500 juta jangan ngantri subsidi lagi, dan Pertamina harus berani mengusulkan itu ke BPH Migas, harus berani mengusulkan itu ke Menteri ESDM. Supaya betul-betul rakyat yang membutuhkan subdisi itu yang mendapatkannya. Karena antrean yang mengular itu bukan hanya menyulitkan orang untuk mendapatkan Solar subsidi, tapi juga mengganggu mobilitas, dan mengganggu pergerakan ekonomi lain," lanjut Andre.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Perseroan) Nicke Widyawati mengungkapkan kuota Solar subsidi pada 2022 ditetapkan sebesar 15,1 juta kilo liter (kl) . Sedang alokasi kepada Pertamina sebesar 14,9 juta kl dan PT AKR Corporindo (AKRA) 186 ribu kl. Namun Pertamina memproyeksikan, permintaan Solar subsidi pada tahun ini bisa meningkat hingga 16 juta kl.

 

 

 

Pertalita Bisa Langkah

Kenaikan harga BBM nonsubsidi Pertamax ini sangat disayangkan dan menuai kontra dari warganet. Pasalnya, warganet khawatir kenaikan harga Pertamax ini memberikan sinyal bahwa nantinya Pertalite akan menjadi langka.

"Astagaa kaum menengah ini butuh pertamax buat motor jaman sekarang, apa-apa di mudahin semua menyusahkan iya, meringankan gaksulitt," - @n***yaa**p.

"Dikira buat yang bermobil aja kali Yaa Ya emang bukan buat masyarakat miskin, tapi kelompok menengah yang motornya harus make bensin beroktan tinggi juga bakal keberatan ," - @ra***ab**ar.

Banyak juga dari mereka mengeluhkan keberadaan BBM Pertalite yang tampaknya terbatas di beberapa tempat sehingga seringkali kosong. Dikhawatirkan jenis ini akan bernasib sama dengan Premium.

"Ih nyusahin banget, mending pertalite ada terus. Ini mah pertalite sering kosong. Amit-amit ih, ga ngotak sumpah. Kalau pertalite stok nya banyak sih mending yah, di garut pertalite rebutan sama abang” yg jual bensin eceran." - @S*f**ti1.

"Jika pertalite langka dgn terpaksa rakyat akan mmakai pertamax, iya kali mau d dorong ? Kejadian sperti ini sdh de javu premium dulu. Premium d hapus dgn alasan "subsidi tdk tepat sasaran". Yg d khawatirkan skarang akankah invlasi akan terjadi ?" - @a**d*ri.

"pasti habis itu pertalite sama solarnya nyusul yah, apa dilangkain? katanya pengen rakyatnya pakai bahan bakar non subsidi, terutama yg mampu. perlahan mulai nurut nih, eh dinaikin. hampir 2x lipat pula.ntar semua balik lagi ke yang subsidi mara-mara, bilang suruh sepedahan ajah," - @r*ip*. n cnn, ant, erc, jk

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU