Praktisi Komunikasi Anggap Aksi Karyawan Hotel Garden, Kreatif

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 05 Okt 2020 21:53 WIB

Praktisi Komunikasi Anggap Aksi Karyawan Hotel Garden, Kreatif

i

Ronny H. Mustamu (tengah), Dr. H. Dhimam Abror (kiri), Dr. Catur Suratnoaji, M.Si (kanan)

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Aksi karyawan Hotel Garden Palace yang memasang tenda dan dapur umum di halaman parkir adalah kegiatan kreatif yang patut diapreasi. Aksi semacam ini tidak bikin onar, tapi mengundang simpati masyarakat. Bahkan tergambarkan karyawan hotel bintang empat, hidup dalam lingkungan kumuh. Ini terlihat dari dapur karyawan beserta peralatannya yang sangat sederhana. Bahkan ada kendi di dekat dapur umum.

Demikian pandangan tiga praktisi ilmu komunikasi Surabaya dan undercover Surabaya Pagi, di lokasi aksi pasang tenda karyawan Hotel Garden Palace Surabaya, Minggu dan Senin kemarin (5/10/2020).

Baca Juga: DJP Jatim 2 Gandeng Media untuk Tingkatkan Pencapaian Target Pajak

Ronny H. Mustamu, pakar manajemen dan komunikasi yang juga Direktur Quadrant Consulting menganggap bahwa ada hambatan yang terjadi dalam komunikasi antara kedua belah pihak sehingga terjadi aksi dari para pegawai.

"Dalam kajian ilmu komunikasi sendiri, sebuah proses negosiasi dimungkinkan terjadinya pressure group sebagai bagian dari off the table negotiation. Dengan demikian, kelompok yang melakukan demo sesungguhnya sedang berusaha menguatkan pesan bagi proses on the table negotiation melalui pelibatan emosi dan dukungan publik," ujar Ronny H. Mustamu saat dihubungi Surabaya Pagi, Senin (5/10/2020).

Menurut Ronny, efektivitas demo terhadap keberhasilan negosiasi sesungguhnya sangat bergantung pada pesan dan posisi yang sedang dinegosiasikan. Memperkuat kompetensi negosiator dari pihak karyawan bisa menjadi jalan untuk mendapatkan win-win solution.

Ketidaksepakatan dan demo terkait proses PHK, biasanya cenderung bermula pada perbedaan persepsi. Terutama perbedaan persepsi atas pasal dan ayat terkait kontrak kerja. "Oleh karenanya, para manajer dan praktisi sumber daya manusia di perusahaan, wajib secara regular melakukan sejenis pelatihan atau sosialisasi tentang kesepakatan kerja, aturan perusahaan dan aturan pemerintah. Dengan sosialisasi dan update berkala (misal setahun sekali), maka bias makna atau bias interpretasi cenderung dapat dikurangi. Sebab, para pekerja sudah sangat memahami hak dan kewajibannya," pungkas Ronny.

 

Aksi Out of The Box

Selain Ronny, aksi para pegawai Hotel Grand Palace ini juga mengundang komentar dari Dr. H. Dhimam Abror. Pengamat Komunikasi Massa ini menganggap bahwa aksi yang dilakukan oleh para pegawai sangat out of the box.

Baca Juga: Hotel Garden Palace Segera Dieksekusi

"Aksi dari pegawai Hotel Grand Palace ini terbilang sangat kreatif, karena mengimplementasikan teori dramaturgi," ucap Dhimam Abror, kepada Surabaya Pagi Senin (5/10/2020).

Aksi yang dilakukan dengan efek drama tersebut mengandung makna penting di dalamnya. Para pegawai menyampaikan pesan atas keluhan yang dirasakan dengan membangun jalannya aksi seperti situasi dalam drama.

"Dengan adanya drama dalam aksi didepan publik, tentunya opini publik menjadi terbentuk. Perusahaan atau manajemen yang bersangkutan akan mendapatkan pressure sosial dari fenomena ini," jelas Dhimam Abror.

 

Nama Baik Perusahaan

Baca Juga: Pemkot Surabaya Rencana Tambah 2 Rumah Anak Prestasi

Alumni S3 Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia juga ikut menuangkan pendapatnya terkait insiden ini. Dr. Catur Suratnoaji, M.Si memaklumi aksi dari para pegawai bisa terjadi, karena memang hotel mengalami penurunan finansial sehingga memicu berkobarnya aksi tersebut.

Catur Suratnoaji menganggap bahwa insiden tersebut adalah salah satu upaya dari para pegawai untuk mendapatkan hak nya. "Aksi tersebut jelas menjadi pukulan bagi manajemen perusahaan karena menyangkut nama baik perusahaan," ungkap Mantan Kepala Program Studi Ilmu Komunikas UPN Jawa Timur tersebut.

Apalagi, tambah Catur, dengan aksi di depan publik, bisa langsung diketahui secara publik dan perhatian bagi pemerintah kota atau pemerintah provinsi serta para wakil rakyat.  Ia pun berharap, kasus ini dapat ditangani oleh Dinas Ketenagakerjaan agar mencapai keputusan yang menguntungkan satu sama lain.

Terlepas dari sebab dan akibat dalam insiden ini, pengamat komunikasi yang satu ini mengapresiasi konsep aksi yang dilakukan para pegawai karena dinilai anti mainstream. "Konsep dalam aksi ini sangat kreatif. Selama tidak melanggar hukum, tidak merusak fasilitas dan tidak melecehkan individu maupun kelompok, aksi seperti ini sah sah saja dilakukan," tutup Dr. Catur Suratnoaji, M.Si. mbi/cr7/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU