Prestasi Sepak Bola dan Emosional Politisi, Penting Mana...?

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 28 Mar 2023 21:19 WIB

Prestasi Sepak Bola dan Emosional Politisi, Penting Mana...?

i

H. Raditya M Khadafi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Gubernur Bali I Wayan Koster, telah melayangkan surat ke Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali. Isi surat berisi penolakan Tim Kesebelasan Israel bertanding di Pulau Dewata. Alasannya, kebijakan politik Israel terhadap Palestina tidak sesuai dengan kebijakan politik Pemerintah Indonesia.

Penolakan terhadap timnas Israel yang akan bertanding di Piala Dunia U-20 2023 ini menuai pro dan kontra.

Baca Juga: Cari SIM Dibawah 17 Tahun, Benchmark Gibran

Kompetisi Piala Dunia FIFA U-20 yang akan digelar pada 20 Mei-11 Juni 2023 nanti tidak hanya akan dilakukan di Gianyar Bali. Ada lima kota lain yang menyelenggarakan yaitu Palembang, Bandung, Jakarta, Surakarta, Surabaya.

Santer disebut-sebut Qatar dan Argentina, siap menganti posisi Indonesia. Bahkan, kini muncul nama Peru, yang disebut-sebut telah siap ditunjuk bila Indonesia dibatalkan status tuan rumah Piala Dunia U-20 oleh FIFA.

Selain Gubernur Bali, penolakan juga disuarakan ormas Islam bersama MUI. Juga sejumlah politikus lainnya ikut menolak Israel untuk tampil di Indonesia.

Sejauh ini, Palestina negara yang dijajah Israel tidak mempermasalahkan adanya Israel di Piala Dunia U-20 tersebut.

Juga Pemerintah Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Pemerintah Israel.

Akal sehat saya tergelitik bertanya penting mana olahraga dan politik?.

 

***

 

Menurut Aristoteles, politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Juga diakui di seluruh dunia, politik berkaitan dengan penyelenggaraan Publik pemerintahan dan negara. Ada yang mengatakan politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik Pemerintahan.

Menggunakan pendekatan teori klasik, perlu ada pendidikan politik. Pendidikan bagi masyarakat. Antara lain untuk membentuk masyarakat yang mandiri dan kritis. Selain dapat mendorong masyarakat sadar politik dan meminimalkan konflik di tengah masyarakat.

Nah, penolakan Timnas Israel bertanding di Piala Dunia U-20 di pulau Dewata ini menurut saya bisa membuat konflik antar warga Indonesia bisa kian berkembang. Mengingat tidak sedikit WNI yang punya pandangan moderat.

Apalagi sejak 23 November 2020 Ditjen Imigrasi Indonesia telah membuka pelayanan visa elektronik (e-visa) bagi warga Israel serta tujuh negara lainnya. E-visa ini khusus untuk keperluan keluarga, bisnis, kerja hingga investasi.

Catatan jurnalistik saya penolakan terhadap Israel setelah Israel mencaplok wilayah Palestina. Lalu mendirikan negara di sana pada 1948. Sejak itu, beberapa negara di dunia menentukan sikapnya terutama dalam hal hubungan diplomatik.

Dalam perjalanannya, ada dua negara Arab yaitu Mesir dan Yordania mendahului menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Baru pada 2020, terjadi normalisasi hubungan empat negara Liga Arab lainnya dengan Israel, yakni Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko.

Baca Juga: Hadapi Bali United, Bajul Ijo Divoor 1/4

Menlu Retno Marsudi menegaskan alasan kuat Indonesia untuk enggan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel dikarenakan keberpihakan Indonesia untuk selalu mendukung Palestina dalam konflik bersama Israel. Makanya, Indonesia akan selalu berusaha dalam memperjuangkan hak-hak yang dimiliki masyarakat Palestina.

Nah, ini alasan diplomatik Indonesia yang membela hak hak masyarakat Palestina.

Sebagai kebijakan politik luar negeri, tentu bisa berubah setiap saat.

 

***

 

Literasi yang saya baca, olahraga adalah bagian dari kehidupan yang dinikmati oleh miliaran orang di seluruh dunia.

Contoh sebagian besar berita olahraga adalah berita halaman depan dengan liputan besar di media utama termasuk TV, radio, dan cetak. Saya amati olahraga ada sifat global dan komersialisasi .

Perkembangan yang saya ikuti, olahraga bukan lagi tentang kompetisi tetapi persaingan untuk ruang TV, sponsor. Berbagai cabang olahraga kini malah menempati posisi terdepan dalam peringkat dunia. Bahkan bisa menjadi bisnis yang menghasilkan uang. Misal Sepak bola, Basket dan kini Bola voli.

Baca Juga: Sengketa Pilpres 2024 Berakhir dengan Dissenting Opinion

Saat Piala Dunia di Qatar, November 2022 lalu, FIFA mendapatkan pemasukan dari sponsor utama dan pendukung untuk menyukseskan gelaran Piala Dunia. Nilai pemasukan FIFA dari sponsor dikabarkan mencapai 1,66 miliar dolar.

Mengutip dari AP, saat itu FIFA telah mengeluarkan dana hingga US$488 juta atau setara Rp7,6 triliun. Ini untuk membayar uang hadiah di Piala Dunia 2022.

Ternyata FIFA memperoleh dana hingga US$488 juta berasal dari empat sumber pemasukan yaitu hak siar, sponsorship, penjualan tiket, dan penjualan lisensi. Semuanya mencapai Rp117 triliun.

Ini tren dunia baru bahwa olahraga seperti sepak bola sudah berjalan di jalur komersial, bukan politik. Nah, mengapa diantara kita tidak membuka mata hati bahwa olahraga tidak perlu dikaitkan lagi dangan masalah politik.

Akal sehat saya sampai kini berpendapat bahwa oahraga bisa mempengaruhi kita dalam banyak hal. Apalagi ini "berjuang membela kemerdekaan negara orang lain yaitu Palestina. Ini emosional politik segelintir orang.

Terkesan segelintir tokoh politik dan ormas lupa ada anak-anak bangsa yang ingin berkompetisi Sepak bola U-20 di negeri sendiri. Bahkan, ada masyarakat yang mengais rejeki melalui sepakbola bahkan pagelaran Piala Dunia U-20, (bila jadi digelar di Indonesia lhoo).

Saya sampai merenung, penting mana antara impian pemain muda sepak bola Indonesia dengan emosional segelintir politisi seusia Koster, Ganjar dan Hasto?

Padahal hampir di belahan dunia saat ini sedang mengalami perubahan sistematis yang mempengaruhi perilaku kompetitif dan bersahabat dari anak bangsa, termasuk atlit-atlit sepak bola Indonesia. Bagaimana menurut Anda? ([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU