Prof Nidom: Surprise dengan Produk Vaksin Nusantara

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 17 Feb 2021 21:58 WIB

Prof Nidom: Surprise dengan Produk Vaksin Nusantara

i

Ilustrasi karikatur

 

 

Baca Juga: Covid-19 di Indonesia Naik, Ayo Masker Lagi

Indonesia Termasuk Tujuh Negara di Dunia yang Punya Kedaulatan Pembuatan Vaksin

 

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Prof. Dr. dr. Chairul Anwar Nidom, drh., MS, Guru Besar Biologi Molekular Universitas Airlangga, menyatakan surprise atas produksi vaksin Nusantara yang diinisiasi oleh dr Terawan Agus Putranto, mantan Menteri Kesehatan RI. Surprise, karena selama ini teknologi dendritic cells (sel Dendritik) masih dilakukan untuk pengobatan kanker. Cara kerja teknik rekombinan adalah mengambil sel, lalu dikembangkan di luar tubuh, sehingga dengan Teknik tersebut, dapat dihasilkan vaksin. Nantinya, sebagian sel dendritik dikembangbiakkan menjadi vaksin untuk Covid-19.

Jadi, menurut Prof Nidom, vaksin Covid-19 yang dikembangkan dari darah tersebut dapat diterapkan dari kalangan dan usia berapapun. Bahkan, tidak hanya yang terinfeksi namun juga dapat direalisasikan pada yang belum sekalipun.

“Artinya prinsip sama saja seperti itu, sehingga dapat disebut sebagai vaksin imuniterapi bukan sepenuhnya vaksin. Tapi vaksin dimana dendritiknya ditaruh diluar kemudian di infeksi dengan virus yang ada, sehingga secara teknologi dapat dipakai baik itu untuk penyakit-penyakit degeneritik maupun penyakit kanker sekalipun. Istilahnya komorbid,” jelas Prof Nidom, Rabu (17/2/2021).

Nidom menjelaskan, teknologi sel dendritik sejatinya sudah biasa dipakai, sehingga bersifat individual. Namun, dirinya mengaku terkejut dan surprise bila sel dendritik ini dapat digunakan sebagai vaksin SARS CoV-2 (Covid-19). “Tetapi pada saat awal-awal saya tidak melihat bahwa dendritik ini untuk vaksin Covid-19, tetapi terakhir-terakhir ini muncul. Wah ini cukup surprise buat saya. Dan ini memungkinkan (digunakan), karena bersifat individual dan spesifik,” jelasnya.

 

Untuk Tangkal Covid-19

Selain itu, cara kerja dan pembuatan dari dendritik tersebut haruslah dari satu subjek yang sama beserta virus yang menginfeksi orang tersebut.

“Dan dendritik itu, sekalinya pabrik yang membuat antibodinya itu berasal dari orang yang sama, terus virusnya juga yang menginfeksi orang itu. Sehingga virus yang menginfeksi dapat dikendalikan oleh antibodi yang diproduksi oleh dendritik tersebut,” jelas Nidom lagi.

Sehingga menurut Prof Nidom, Indonesia juga mampu memproduksi vaksin antibodi untuk menangkal virus Covid-19.  “Jadi, vaksin itukan sebagai penggertak untuk menimbulkan antibodi kita kan. Nah ini pabriknya diambil dari dalam tubuh manusia kita sendiri. Tubuh atau orang yang menderita itu, kemudian dipilah dan diambil (dendritik selnya). Jadi kita sudah bisa produksi vaksin untuk tangkap Covid-19,” lanjutnya.

 

Pernah untuk Keganasan Tumor Otak

Sementara, Mayjend TNI (Purn) dr. Daniel Tjen, Sp.S, salah satu tim peniliti vaksin Nusantara, saat berada di RSUP dr Kariadi Semarang, Selasa (16/2/2021) juga ikut menjelaskan mengenai teknologi sel dendritik.

Mantan Kapuskes TNI ini membeberkan, bahwa sel darah seseorang yang akan diambil dendritiknya, kemudian dilakukan penyesuaian selama kurang lebih satu pekan, dan dimasukkan antigen.

“Dari darah tersebut kita akan oleh sel darah dendritik. Kemudian sel dendritik ini kita lakukan kultur (penyesuaian) itu kurang lebih 5 hari, setelah itu kita akan masukkan antigen. Dan antigen ini nanti akan dimakan istilahnya difasilitasi oleh sel darah dendritik tersebut. Sehingga antigen tersebut sudah masuk kedalam dan menyatu menjadi vaksin,” ujar Daniel.

Dilain sisi, tambah dr. Daniel, sistem teknologi yang dikembangkan oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan sudah pernah dikembangkan untuk vaksin keganasan setara tumor otak, degenerative seperti diabetes, darah tinggi, dan lain-lain.

Baca Juga: CEPI dan Bio Farma Berkolaborasi untuk Dorong Percepatan Produksi Vaksin

“Sebetulnya sebelumnya sudah pernah ada. Pada awalnya itu dikembangkan untuk vaksin pada keganasan, kemudian ditengah perjalanan kami bertemu dengan mitra kami, Prof Han dari Amerika yang juga meneliti yang sama, sehingga pada saat akan menindaklajuti lebih lanjut hal ini merupakan sebuah peluang untuk menjawab tantangan dari pak Presiden mengenai vaksin Covid-19. Jadi vaksin Covid-19 dibuat dari darah kita sendiri itu, sehingga vaksin tersebut dikatakan halal,” jelasnya.

Selain itu, penerapan dikembangkannya vaksin Covid-19 dari darah dapat dilakukan oleh kalangan dan usia berapapun. Tidak diliat dari apakah orang tersebut sudah pernah terinfeksi ataukah belum. Semua sama saja. Semua itu tergantung imun masing-masing.

 

Sinovac Bukan untuk Komorbid

Ditempat terpisah, Anggota Tim Uji Klinis Vaksin Nusantara Jajang Edi Prayitno menyatakan vaksin Nusantara adalah hasil dari penelitian pasca ditemukan beberapa vaksin seperti Sinovac. Dan ternyata tidak untuk jenis komorbid. Jadinya vaksin impor itu tidak bisa digunakan untuk orang berusia di bawah 18 tahun di Indonesia.

Jajang membenarkan pengembangan dan uji klinis vaksin hasil kerja sama antara PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bersama AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat, Universitas Diponegoro (Undip), dan RSUP dr. Kariadi Semarang.

Dijelaskan oleh Jajang, vaksin yang telah rampung menyelesaikan uji klinik tahap I ini menjadi satu-satunya metode sel dendritik yang digunakan untuk menciptakan vaksin. Sejauh ini, metode yang digunakan vaksin lain kebanyakan pada metode virus inactivated, mRNA, protein rekombinan, hingga adenovirus.

"Kita satu-satunya di dunia sebenarnya, kalau ini nanti kita bisa berhasil dalam uji fase pertama sampai ketiga dan sampai produksi. Berarti kita termasuk dalam tujuh negara di dunia yang punya kedaulatan pembuatan vaksin," jelasnya.

Tak hanya itu, Jajang menyebut vaksin nusantara yang berbasis sel dendritik tidak akan mengalami penurunan fungsi manakala virus mengalami evolusi atau mutasi. Dengan temuan itu, Jajang menilai vaksin nusantara dapat digunakan bilamana muncul epidemi hingga pandemi baru di kemudian hari.

Sedangkan, proses penggunaan vaksin Nusantara, setiap orang akan diambil sampel darahnya untuk kemudian dipaparkan dengan kit vaksin yang dibentuk dari sel dendritik. Dan cara kerjanya, sel yang telah mengenal antigen akan diinkubasi selama 3-7 hari.

Baca Juga: Siti Fadila Supari dan Panglima TNI, Disuntik Vaksin Immunotheraphy Nusantara oleh Terawan Agus Putranto

Hasilnya kemudian akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali. Di dalam tubuh, sel dendritik tersebut akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap SARS CoV-2 (Covid-19).

 

Mulai Juni 2021

Jajang menambahkan, timnya menargetkan vaksin Nusantara dapat diproduksi secara massal mulai Juni 2021. Namun kondisi itu hanya dapat tercapai bila Badan Pengawas Obat dan Keamanan (BPOM) memberikan lampu hijau untuk Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) uji klinis II dan III dalam sebulan hingga dua bulan ke depan.

Nantinya vaksin yang diprakarsai oleh Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto ini akan membutuhkan 180 relawan untuk uji klinis II. Sedangkan uji klinis tahap III dibutuhkan 1.600 relawan.

“Kalau PPUK I dan II turun tidak ada hambatan paling Mei sudah selesai, Mei rampungin fase ketiga. Berarti sekitar Juni sudah bisa produksi massal,” tambahnya.

Sementara, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melikades Laka Lena, saat meninjau kesiapan uji klinis vaksin Nusantara tahap II di RSUP dr Kariadi, meminta kepada BPOM untuk serius dan mengawal secara intensif percepatan vaksin Nusantara ini.

Melki, sapaan Emanuel Melikades, menambahkan, permintaan kepada BPOM untuk percepatan dilakukan uji klinis tahap II dan III berdasarkan Inpres Nomor 6 Tahun 2016 tentang percepatan produksi dan penggunaan Obat dan Alat Kesehatan Dalam Negeri.

“Ayo BPOM, ini segera cek hasil temuan dari uji klinis tahap I ini. Khan sudah diberikan barusan. Kalau perlu nanti kita rekan-rekan Komisi IX yang ada disini, akan meminta BPOM untuk menyelesaikan cepat. Jangan hanya cepat untuk vaksin luar saja,” kata Melki dalam rapat tinjauan di aula Teater Gedung Utama RSUP dr Kariadi Semarang, Selasa (16/2/2021).

Kalau perlu, tambah Melki, BPOM juga ikut aktif dalam persiapan vaksin Nusantara ini. “Saya melihat hasil pemaparan tadi (Selasa 16 Februari 2021, red), saya yakin ini aman. Karena tahap I saja sudah aman. Apalagi nanti misalnya data dari tim peneliti setelah dicek lebih lanjut oleh BPOM memenuhi ketentuan pembuatan vaksin yang aman dan berkhasiat. Bukan tidak mungkin, bangsa Indonesia bisa merayakan dengan suka cita temuan ini. Tahap II dan III bisa lanjut. Dan untuk anggaran biaya, kita kawal sepenuhnya di Banggar agar diprioritaskan. Jadi kita harus bersyukur anak bangsa mampu membuat vaksin seperti ini. Kalau tidak sekarang, kapan lagi,” tegas Melki, politisi dari Fraksi Partai Golkar ini berapi-api. dsy/rmc/cr1/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU