Program Ubhara Menuju World Class University

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 26 Sep 2017 23:03 WIB

Program Ubhara Menuju World Class University

SURABAYAPAGI.com, Surabaya Rektor Ubhara Edy Prawoto mengungkapkan upaya kerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri adalah rintisan menuju World Class University (WCU). Universitas Bhayangkara (Ubhara) tahun ini akan menyiapkan program dual degree dengan 11 universitas di ASEAN. Program ini telah diawali dengan pemberian sertifikat pembelajaran di luar negeri sebagai surat pendamping ijazah. Predikat berkelas dunia tak hanya sebatas pencarian pengakuan internasional, tetapi kemajuan akademik dan kontribusi lebih signifikan dalam kemajuan bangsa. Ubhara mencanangkan internasionalisasi dengan 3 program, yaitu setiap Fakultas atau Program Studi di lingkungan Ubhara minimal harus mempunyai satu program kerja sama pendidikan dengan Perguruan Tinggi Luar Negeri, ujarnya. Kemudian fakultas dan prodi harus mencoba meraih akreditasi internasional. Dan yang terakhir harus ada program mobilitas mahasiswa dan dosen (student and staff mobility) dengan Perguruan Tinggi di mancanegara. Tahun ini, Ubhara juga meluluskan 8 mahasiswa yang mengikuti program Joint Degree dengan Rajamangala University of Technology Tanyaburi Thailand (RMUTT). Delapan mahasiswa tersebut diwisuda bersama 756 wisudawan lainnya, (26/9). Pembina Yayasan Brata Bhakti Daerah Jatim, Sugiyono mengungkapkan dorongannya agar Ubhara segera mengevaluasi program kerja sama sehingga bisa mempercepat adanya dual degree dan menambah kerja sama lainnya. Kami memberikan keleluasaan pada rektor untuk secara kreatif dan inovatif merintis kelas internasional baik melalui short course, student exchange, ataupun joint degree, ujarnya. Jonathan Agung Nugroho (46), salah satu wisudawan terbaik pascasarjana mengakui banyak memperoleh relasi dalam pendidikan S-2-nya. Ia bahkan cukup kaget memperoleh predikat wisudawan terbaik di pascasarjana dengan IP 3,86. Saya kaget saja, di kelas saya banyak yang lebih unggul. Ada kapolres, pengacara, notaris bahkan hakim, ungkap anggota Bintara Denintel Pasmar-1 Surabaya ini. Ia berhasil menuntaskan tesisnya dalam dua tahun. Tesis tentang hukum peradilan militer ia pilih untuk mempermudah riset karena berkaitan dengan bidang kerjanya sebagai penasehat hukum. Terakhir saya hampir putus asa sama tesis, karena teman-teman saya udah buat 2 dan 3 saya masih bab 1. Pontang-panting juga mengerjakan jadinya ya, karena literatur militer susah juga, pungkasnya. st

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU