SURABAYAPAGI, Surabaya - Dampak dari banyaknya pasien viruss corona (Covid-19) asal Bangkalan, Madura, yang dirujuk ke Surabaya, membuat kasus COVID-19 di Jawa Timur terus naik. Di Surabaya sendiri, kini ada 190 kasus aktif per Rabu (16/6) .
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bakal terjadi klaster baru di lembaga pendidikan. Padahal tahun ajaran baru di Jawa Timur, terutama di Surabaya rencananya akan menjalani pembelajaran tatap muka (PTM) pada bulan Juli mendatang.
Baca Juga: Dispendik Surabaya Pastikan Pramuka Tetap Berjalan
Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan masih dirapatkan kembali dengan dewan pendidikan. Karena, naiknya kasus Corona menjadi kekhawatiran dan pemkot akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan.
"Jangan sampai tatap muka mendapatkan dampak yang ga bagus. Ini harus dijaga semuanya," kata Eri kepada wartawan dalam penyekatan di Suramadu sisi Surabaya,Kemarin.
"Belum tahu (PTM), belum pasti. Karena kita lebih utama menangani COVID ini dari pada tatap muka. Kalau dampaknya lebih banyak, kan enggak (PTM)," tambahnya.
Baca Juga: Pemkot Surabaya Siapkan Langkah Antisipasi Fenomena Urbanisasi
Pemkot Surabaya juga akan mengirim surat kembali kepada wali murid. Sebab, izin sudah keluar sebelum kasus COVID-19 naik, dan kebanyakan orang tua setuju.
"Tapi meskipun ada izin dari orang tua, kami akan tetap mempertimbangkan dari zonasi-zonasi. Terus nanti dari pakar epidemiologi, bisa nggak. Kalau nggak bisa, ya nggak (PTM)," jelasnya.
Baca Juga: Cegah Inflasi di Surabaya , BLT Rencana Dicairkan untuk Keluarga Miskin
Baginya, yang paling utama ialah keselamatan warga. Ia tidak ingin ada penularan virus Corona saat sekolah tatap muka dibuka, tanpa ada pertimbangan yang tepat.
"Keselamatan warga lebih penting menurut saya dari pada yang lainnya," pungkasnya.sb2/na
Editor : Mariana Setiawati