Home / Politik : Mencukil Pencapresan Anak Elite Politik (3-habis)

Puan-AHY, anak Elite Politik yang Dikarbit

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 11 Okt 2022 20:53 WIB

Puan-AHY, anak Elite Politik yang Dikarbit

i

H. Raditya M Khadaffi

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Saya pernah bertanya kepada penumpang pesawat Surabaya-Jakarta, yang duduk bersebelahan di kursi ekonomi.

Teman seperjalanan itu saya tanya siapa Puan Maharani? Jawabannya, anak Megawati yang Ketua Umum PDIP.

Baca Juga: Yusril: Prabowo-Gibran Penuhi Syarat Dilantik Presiden

Apa tahu prestasinya, pria ini malah mengangkat bahunya.

“Kalau Puan gak dikasih jabatan ibunya di partai, mana ada yang kenal Puan. Apalagi setelah jadi Ketua DPR -RI, yang saya ingat, Puan tukang pencet matikan mikropon di ruang sidang DPR,” jelas pria asal Tapanuli.

Setelah itu saya tanya tahu siapa Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY?

Pria yang berprofesi sebagai advokat ini menyebut AHY perwira menengah yang berhenti ditengah jalan. Selama ini AHY jauh dari hingar bingar politik.

AHY, muncul di politik, katanya, juga karena nama besar SBY ayahnya, sama seperti Puan Maharani.

"Di politik apa bapak mengenal prestasi AHY?" Saya tanya.

Pria yang saya perkirakan berusia 50 tahun ini menyebut AHY pernah muncul di media pada menit-menit terakhir penutupan pendaftaran calon gubernur DKI tahun 2017.

Pria berkacamata minus ini menambahkan ia baru baca di koran, AHY menerima kunjungan Anies Baswedan, capres usulan partai NasDem, kantor sekretariat partai Demokrat.

 

***

 

Penjelasan pria yang berprofesi advokat ini membuat saya berpikir. Ternyata, baik Puan maupun AHY diinterpretasikan sosok politisi “anak mama” dan “anak ayah”.

Prestasinya tak dikenal sampai Medan, tempat tinggal teman seperjalanan saya di pesawat Garuda, jurusan Surabaya-Jakarta.

Lalu, bagaimana Puan dan AHY, bisa mengangkat elektabilitasnya bila tak punya modal sosial yang cukup. Apalagi untuk ukuran politisi muda yang kini mau mencalonkan capres dan cawapres tahun 2024.

Saya secara khusus menyoroti cara Puan dan AHY, dalan tahap kandidasi melalui jalur partai politik maju dalam Pilpres langsung dua tahun lagi. Salah satunya modal sosial Puan dan AHY.

Saya menyoroti modal sosial Puan dan AHY, karena keduanya masuk arena politik praktis yang sangat kompetitif. Maklum kandidat capres juga ada Prabowo, Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno, Anies Baswedan, Erick Thohir sampai Muhaimin Iskandar. Dalam pikiran saya, pilpres 2024 kali ini merupakan pertarungan aktor politik tua (Prabowo) dan muda. Pertarunan untuk mendapatkan legitimasi posisi strategis di pemerintahan yang di dalamnya terdapat modal finansial dan sosial.

Modal sosial bagi capres-cawapres adalah penunjang tujuannya diluar modal finansial.

Saya tergelitik membahas modal sosial dulu, karena terkait calon pemilih atau kelompok sosial yang memiliki hubungan emosional dengan Puan dan AHY.

Bagi saya, modal sosial berhubungan kepemilikan dengan kader dan simpatisan PDIP maupun Partai Demokrat. Termasuk dengan pemilih yang baru punya hak mencoblos dalam pilpres 2024 nanti.

Dalam pemahaman saya, modal sosial Puan dan AHY akan bisa terbentuk dari kepercayaan dan jaringan sosialnya. Dalam tataran politik pragmatis seperti sekarang bisa membentuk komitmen yang saling menguntungkan, tidak gampang.

Paling tidak penataan modal sosial ini untuk mempermudah akses informasi dengan kader dan simpatisan Puan maupun AHY. Minimal bisa mengembangkan solidaritas dan pencapaian bersama, dalam membentuk perilaku kebersamaan.

 

***

 

Hal yang saya catat saat ini, baik Ketua DPP PDIP Puan Maharani maupun Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sama-sama sibuk kampanye Pilpres 2024. Padahal saat ini belum ada jadwal kampanye dari KPU.

Baca Juga: Alasan Pilpres Ulang, Dibeberkan Anies di Ruang Sidang MK

Ironisnya, keduanya sudah menyapa publik sejak pandemi covid-19 tahun 2020 lalu. Apakah perilaku politik Puan dan AHY semacam ini menunjukkan empati pada rakyat?. Atau keduanya sibuk berpikir soal kekuasaan dan uang?.

Terkesan, keduanya mirip politikus pragmatis yang hanya setia kepada partai politiknya masing-masing pada saat pilpes. Dan bukan punya loyalitas kepada rakyat yang sedang susah, karena covid-19.

Saya tidak paham pikiran Puan dan AHY, yang begitu ambisius ingin jadi presiden sejak pandemi?.

Pikiran saya justru mengkatagorikan Puan dan AHY cermin dari anak politisi gaek yang tidak paham kebutuhan rakyat.

Saya tak tahu apakah anak elite politik seperti Puan dan AHY ini paham kebutuhan rakyat saat pandemi hingga pasca pandemi? Pertanyaan saya ini, terkait finansial. Mengingat, Mega dan SBY dikenal elite politisi mapan. Hartanya bisa puluhan miliaran.

Berdasarkan catatan LHKPN pada Desember 2019, total kekayaan Megawati Soekarnoputri sebanyak Rp 215,19 miliar.

Sementara presiden Indonesia keenam SBY secara formal melapor jumlah kekayaannya sebesar Rp13.983.608.460 atau Rp13,9 miliar. Ini data berdasarkan LHKPN tahun 2014.

Sebelumnya, Presiden ke-6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, dikabarkan memiliki harta kekayaan hingga Rp 9 triliun.

Soal kabar ini, ayah AHY sampai menggelar konferensi pers untuk membantah sejumlah isu terkait dirinya.

Tapi majalah Forbes, menulis Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menjabat dua periode ini, pernah masuk ke dalam jajaran 10 orang terkaya di Indonesia. Ini versi majalah Forbes.

Kekayaan SBY dilansir mencapai Rp6.8 triliun. Kekayaan SBY sendiri didapat dari sejumlah kepemilikan bangunan dan tanah di Bogor seluas 3185 meter persegi dan 954 meter persegi. SBY juga memiliki bisnis lain yang cukup menjanjikan.

 

***

Baca Juga: Adu Cerdas Antar Advokat

Catatan jurnalistik saya menyimpan fakta Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) menpertanyakan kapasitas Ketua DPR Puan Maharani mencapreskan diri.

Formappi mengungkapkan Puan kekesal lantaran ada gubernur yang tidak mau menyambut dirinya saat kunjungan ke daerah. Karena itu, Formappi menganggap cerita Puan itu hanya sebagai curhat yang memang tidak jelas dan tidak perlu diungkap. Sebab hanya akan memantik kegaduhan.

Kritik Puan terhadap Ganjar Pranowo ini juga ditanggapi FX Rudi. Mantan Walikota Solo, menilai Puan masih sebagai politisi yang bersikap kekanakan.

Puan juga pernah mengunggah momen berswavideo atau selfie saat Presiden Joko Widodo menghadap Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, berhadap-hadapan di meja kerja. Penyebaran foto dan video ini dianggap kekanak-kanakan , sebab Jokowi masih presiden, bukan sekedar petugas partai.

Demikian juga AHY dinilai oleh Eks Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Marzuki Alie sebagai politisi karbitan.

Tudingan Marzuki Ali, menanggapi Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang mengatakan 'turun gunung' mengatasi isu kudeta posisi Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.

Marzuki menilai turun gunungnya SBY dalam mengatasi masalah isu kudeta yang sedang memanas justru menunjukkan ketidakyakinannya terhadap AHY, anak sulungnya sendiri. Selain itu, menurutnya, tindakan SBY malah menunjukkan AHY sebagai ketua umum karbitan.

"Turun gunungnya SBY artinya SBY belum yakin dengan kemampuan AHY menyelesaikan masalah. Semakin membuktikan bahwa AHY ketum yang dikarbit," kata Marzuki, (25/2/2021).

Marzuki kemudian mengibaratkan AHY sebagai buah setengah matang yang dikarbit. Namun, karbit tak berjalan mulus sehingga buah tak matang.

Disusul pernyataan AHY yang mengatakan Presiden Joko Widodo hanya sekedar 'gunting pita' proyek infrastruktur era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Tak keliru pernyataan AHY itu menunjukan anak SBY sedang mem-framing persespsi publik seolah-olah SBY banyak membangun infrastruktur.

Bahkan ada yang menuding AHY telah melakukan framing, yaitu produk manipulasi persepsi publik.

Isyaratnya, kita saat ini disuguhi acting politisi kekanak-kanakan dan karbitan maju capres dan cawapres 2024. Ayo berpikir jernih dan berakal sehat!([email protected])

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU