Home / Peristiwa : Soal Gelar Dr. HC Ketum PKB yang Ditolak Dosen Fis

Rektor Unair Ajak Damai

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 06 Okt 2017 00:06 WIB

Rektor Unair Ajak Damai

SURABAYAPAGI.com, Surabaya Setelah diprotes dosen-dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip), Rektorat Universitas Airlangga (Unair) Surabaya akhirnya melunak. Pihak Rektorat mengajak tabayyun alias damai, terkait polemik penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa (Dr. HC) kepada Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar. ------------------ Rektor Unair M. Fasih melalui Kepala Pusat Informasi dan Humas (PIH) Suko Widodo mengatakan penolakan yang dilakukan beberapa elemen civitas akademika Fisip itu menjadi perhatian khusus pihak Rektorat. Kan ini ada beberapa dosen tidak sreg. Tentunya ini menjadi masukan bagi kita. Saat ini komunikasi intensif telah menjadi konsentrasi utama. Tabayyun akan kita lakukan, kata Suko dikonfirmasi Surabaya Pagi, Kamis (5/10/2017). Meski begitu, menurut Suko, proses penganugerahan gelar tersebut sudah melalui berbagai tahapan resmi. Tidak dilakukan dengan sembunyi-sembunyi maupun persiapan yang mendadak. Tentunya promoter, pihak Dekanat, dan Senat Akademik sudah mempertimbangkan keputusan itu. Tidak mungkin dianugerahkan apabila prosedur resminya tidak dipenuhi terlebih dahulu, terang Suko yang dikenal sebagai pakar komunikasi politik. Alumni Masih Protes Tanda tanya terkait penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa kepada Ketum PKB Muhaimin Iskandar juga datang dari alumni Fisip Unair. Mereka mempertanyakan tentang uji kelayakan yang telah dilakukan sebelum penganugerahan diberikan. Ketua IKA Fisip Unair Andik Fajar menyatakan alumni mengaku bingung dengan penetapan gelar tersebut. Menurutnya, proses yang dilakukan terkesan diam-diam. Dari IKA, menganggap bahwa yang bersangkutan ini belum layak untuk mendapatkan gelar tersebut. Prosesnya juga tidak dibuka secara transparan, ungkap Andik kepada Surabaya Pagi, Kamis (5/10) kemarin. Lebih lanjut, Andik mengaku sangat memahami bahwa pemberian gelar tersebut sepenuhnya kewenangan kampus. Namun, kami sebagai alumni juga merasa mempunyai tanggung jawab untuk turut menjaga nama baik kampus, tambahnya. Oleh karena itu, Andik menjelaskan bahwa beberapa waktu sebelum pemberian gelar tersebut dirinya telah meminta Ketua Bidang Kajian IKA Fisip untuk melakukan kajian akademis. Hal tersebut dilakukan agar kasus tersebut bisa ditelaah apakah sudah berdasarkan aturan dan ketentuan tentang pemberian gelar Doktor Honoris Causa. Hasil kajian sendiri sudah kami sampaikan dalam pertemuan bersama dosen, mahasiswa, dan alumni pada tanggal 3 Oktober. Pertemuan itu kan juga menghasilkan sikap bersama, jelas Andik. Sikap tersebut salah satunya meminta untuk dibentuk adanya Tim Investigasi untuk mengusut apakah ada kepentingan yang bermain di balik pemberian gelar kepada Muhaimin Iskandar. Andik juga mengatakan pihaknya akan menerima dengan kepala dingin apabila ada ajakan untuk tabayyun dari pihak Rektorat. Sebagaimana visi dari kepengurusan IKA Fisip Unair yang bermanfaat bagi alumni, almamater, dan masyarakat, tegasnya. Pertanyakan Cak Imin Ditemui terpisah, Surokim Abdussalam yang merupakan alumni Unair lainnya memiliki pandangan sama. Maraknya penolakan dan pertanyaan yang timbul di kalangan dosen, mahasiswa dan alumni terkait penganugerahan gelar tersebut sesungguhnya berpangkal pada persoalan bobot akademis dari sosok seorang Muhaimin Iskandar. Ini yang agak kompleks, karena semua pihak pasti punya argumen tidak mau disalahkan. Menyangkut bobot akademis, akan lebih patut jika ke depannya dibuat matriks dan indikator. Sehingga, tidak menimbulkan debat kusir seperti sekarang ini. Karena saya rasa perdebatan ini saya takutkan malah menjadi kontraproduktif, karena indikatornya juga belum jelas, papar Rokim yang kini dosen Fisip Universitas Trunojoyo ini. Seharusnya, lanjut dia, portofolio akademis dari Muhaimin Iskandar juga dibuka secara transparan. Bukan hanya buku-buku dan karya ilmiah. Kalau hanya itu saja, saya kira yang beliau punya sudah cukup. Problem berikutnya adalah bagaimana kontribusi dan aksi nyata dari Cak Imin untuk sektor pendidikan multikultural? Saya hanya berandai, seumpama Cak Imin punya kontribusi nyata soal penyelesaian dan solusi untuk konflik Sunni-Syiah di Madura, maka portofolio publik itu akan cukup, ungkap alumnus Unair tahun 1992 tersebut. Jaga Marwah Menanggapi persoalan ini, Guru Besar Fisip Unair Henry Subiakto mengatakan saat ini pihak Rektorat sangat perlu untuk membuka komunikasi dengan civitas akademika Fisip yang menolak penganugerahan Dr HC tersebut. Selain itu, penyelesaian polemik yang tengah terjadi itu menurut Henry juga harus diselesaikan secara internal. Saat penyelesaian, masing-masing pihak agar menyampaikan perspektif yang mereka miliki secara terbuka. Hal tersebut agar titik temu di antara keduanya dapat ditemukan. Penyelesaian secara internal ini juga penting, jangan malah dibawa keluar dengan melibatkan opini publik, kata Henry. Pria yang juga merupakan staf ahli Menkominfo tersebut juga mewanti-wanti agar polemik ini jangan sampai terpolitisasi. Terpolitisasi bagaimana? Misalkan sampai ada opini bahwa ada yang melakukan pelacuran akademik. Saya yakin ini tidak ada. Ini hanya perkara pengalaman saja. Kan ini Dr(HC) pertama dari Fisip, ucapnya lebih lanjut. Terakhir, Henry menghimbau agar semua pihak untuk menahan diri agar tidak merasa paling benar. Ingat, tidak ada yang perfect di dunia ini. Kalau saling mencoba mencari kesalahan, maka pasti ada kesalahan dari masing-masing pihak, pungkasnya. n ifw

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU