Resign dari Supermarket, Kini Eksis Berbisnis Aneka Rempeyek

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 11 Agu 2021 08:54 WIB

Resign dari Supermarket, Kini Eksis Berbisnis Aneka Rempeyek

i

Sri Rejeki mengemas produk rempeyek produksinya. SP/ TLG

SURABAYAPAGI.com, Tulungagung - Sri Rejeki memanfaatkan rempeyek sebagai camilan bernilai tinggi. Dengan menggunakan bahan-bahan seperti adonan dan isian kacang kualitas terbaik, dia ingin mengusung citra rempeyek agar dapat diterima kalangan menengah ke atas.

Sebelum sesuksen ini, Sri memulai bisnis rempeyek berdasarkan bakat yang diturunkan oleh sang ibunda. Kala itu, setelah mengundurkan diri dari pekerjaannya di sebuah supermarket, dia memutuskan untuk memulai bisnis produk makanan yang sudah dikuasai sejak dulu.

Baca Juga: Pasokan Migor Curah Menipis, Kemendag: Masih Mencukupi, Bisa Pakai ‘Second Brand’

Kiki mengolah konsep pemasaran camilan khas Jawa itu dengan menambah varian lain. Yakni isian bayam, kajang hijau, kacang kedelai, ikan teri, cabai rawit, hingga isian ebi udang. Agar tetap renyah dan tidak merusak kualitas isian, Kiki memperhatikan proses produksi lebih ketat dibandingkan rempeyek pada umumnya.

“Kalau kacang hijau dan kacang kedelai, sebelum masuk adonan dijemur lebih dulu. Beda lagi dengan bayam dan cabai rawit. Harus langsung masuk adonan agar tekstur isiannya tidak berubah,” urainya.

Untuk original, proses penggorengan dilakukan dua kali. Penggorengan pertama dengan minyak goreng baru, lalu ditunggu sampai 24 jam untuk digoreng kali kedua dengan minyak goreng yang digunakan sebelumnya. “Kalau orang Jawa dulu bilangnya ini dialup. Jadi tidak terlalu berminyak karena sudah meresap. Itu yang membuat lebih renyah,” jelasnya.

Baca Juga: Perajin Kaligrafi di Tulungagung Banjir Pesanan, Tembus Qatar dan Amerika

Sedangkan pada rempeyek premium, proses penggorengan dua kali dilakukan langsung setelah proses penggorengan pertama. Lantaran dapat menghasilkan warna kekuningan.

Selain itu, rasa renyah baik adonan maupun isiannya akan lebih meresap karena menggunakan produk olahan kualitas terbaik. “Rempeyek premium ini yang menjadi salah satu inovasi karena sasarannya lebih menuju anak muda dan kalangan menengah ke atas,” sambungnya.

Awal penjualan rempeyek varian premium dilakukan dengan menitipkan produknya di sejumlah pusat penjualan oleh-oleh. Namun, dirinya sering mengalami kerugian akibat produknya selalu mengalami retur. “Mengingat modal untuk varian premium lebih banyak dibandingkan original. Jadi sulit kalau mengandalkan di pusat oleh-oleh,” lanjutnya.

Baca Juga: Fenomena ‘War Takjil’ Ramadhan Jadi Berkah dan Peluang UMKM Tingkatkan Penjualan

Dalam satu kali produksi, Kiki mengatakan, hanya membutuhkan 2,5 kilogram (kg) adonan tepung dan 1,5 kg kacang tanah untuk varian original. Sedangkan varian premium membutuhkan 2,5 kg kacang tanah, kacang hijau, dan kacang kedelai dengan kualitas terbaik. “Satu kali adonan itu bisa menghasilkan 40 pcs. Keuntungannya untuk varian original minimal Rp 20 ribu. Sedangkan varian premium minimal dapat Rp 150 ribu,” tandasnya.

Ke depannya, Sri Rejeki akan giat memperkenalkan camilan rempeyek sampai ke luar negeri. Sebab, rasanya tidak kalah dengan camilan yang dijual di supermarket pada umumnya. Selain itu, kandungan rempeyek juga tanpa bahan pengawet. Dia berharap produknya dapat menjadi bagian makanan sehat idaman masyarakat. Dsy2

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU