Home / Peristiwa : Putin Frustasi, Terperangah oleh Besarnya Perlawan

Rusia Terancam Resesi Parah

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 02 Mar 2022 08:35 WIB

Rusia Terancam Resesi Parah

i

Seorang tentara Ukraina melepas kekasihnya pergi mengungsi di Kramatorsk, timur Ukraina, kemarin. Foto sp/usatoday

SURABAYA PAGI, Moscow -Kejatuhan rubel telah menghantam sisi perekonomian Rusia. Sampai Selasa kemarin (28/2/2022) Warga Rusia terus turun ke jalan dan mencoba menarik uang dari bank.

 

Baca Juga: Ukraina Buka Pintu Bagi Perusahaan Senjata Untuk Memproduksi Senjata Untuk Negaranya

Pengamat ekonomi global menyebut Rusia bisa saja akan segera menghadapi resesi yang parah.

 

"Saya akan memberi tahu mereka bahwa kita akan memasuki krisis yang belum pernah kita alami sebelumnya. Ini seperti terbang di pesawat tanpa mesin atau mesinnya terbakar," tambah seorang pengusaha Rusia, Selasa (28/2/2022).

 

 

 

Kini, Mata uang Rubel Rusia jatuh tajam pada perdagangan Senin. Bank Sentral Rusia menaikkan lebih dari dua kali lipat suku bunga utamanya menjadi 20 persen. Ini sebagai langkah darurat setelah Barat memberlakukan sanksi ekonomi lebih lanjut selama akhir pekan.

 

Hal ini termasuk keputusan Barat untuk membekukan cadangan mata uang utama Rusia yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sanksi Barat ini berpotensi menghancurkan stabilitas keuangan Rusia.

 

Katya, warga Kota Moskow, mengatakan kepada The Independent: “Kartu bank Rusia saya tidak berfungsi lagi. Saya juga ingin menukar rubel yang saya miliki dengan uang tunai, tetapi nilai tukarnya sangat buruk sehingga tidak ada gunanya”, kata Katya seperti dikutip reuters.

 

 

 

 

 

Rubel awalnya merosot 30 persen pada Senin, 28 Februari 2022 lalu sebelum turun kembali hingga turun 20 persen.

 

 

 

Warga Rusia Tarik Uang/

 

Laporan lain menyebut bahwa bank mulai kehabisan uang karena orang mati-matian mencoba menarik uang tunai.

 

"Bank-bank Rusia mulai kehabisan uang. Mereka memenuhi bank maupun ATM untuk menarik seluruh tabungan mereka,” kata sebuah laporan.

 

Sberbank, bank terbesar di Rusia tempat sebagian besar orang Rusia memiliki tabungan rekening, mengatakan telah mengalami aliran keluar simpanan yang signifikan dalam waktu yang sangat singkat.

 

Chris Weafer, kepala eksekutif di perusahaan konsultan Micro-Advisory yang berbasis di Moskow, mengatakan bahwa sanksi ekonomi ini telah memukul warga Rusia.

 

“Sudah ada pembicaraan tentang beberapa perusahaan yang harus mengurangi jam kerja, atau bahkan menangguhkan produksi, jadi ada banyak masalah," katanya.

 

Hal tersebut membawa kembali kenangan akan gejolak ekonomi di awal tahun 1990-an ketika Presiden Rusia pertama, Boris Yeltsin, memperkenalkan reformasi ekonomi pasarnya.

 

Ini awalnya menyebabkan inflasi spiral yang menghancurkan tabungan warga Rusia di awal berdirinya negara tersebut.

 

Pada tahun pertama reformasi, harga eceran di Rusia meningkat secara mengejutkan sebesar 2.520 persen.

 

Rusia kembali diguncang oleh kesengsaraan ekonomi pada tahun 1998 ketika harus mendevaluasi rubel dan gagal bayar utang setelah krisis keuangan Asia.

 

Banyak bank swasta bangkrut dan lagi-lagi warga sipil telah kehilangan tabungan mereka secara cepat, dikutip Express, Selasa, 1 Maret 2022.

 

 

 

Tsunami sanksi yang tidak pernah terjadi sebelumnya kali ini benar-benar memaksa Putin membayar mahal.

 

Saham dan mata uang negara itu merosot pekan lalu setelah keputusan Putin sebelumnya untuk memerintahkan pasukan ke Ukraina timur.

 

Pada Kamis, indeks MOEX utama Rusia ditutup turun 33%, sementara rubel merosot ke rekor terendah, turun 7% terhadap dolar AS.

 

Salah satu sanksi terbaru bagi Rusia adalah pencoretan dari sistem pembayaran antarbank internasional (SWIFT).

 

Langkah ini membuat perbankan Negeri Beruang Merah itu terkucilkan dari sistem internasional.

 

SWIFT digunakan oleh sebagian besar transaksi pembayaran dan pengiriman dana internasional.

 

 

 

Sanksi Ekonomi Berat/

 

Dmitry Peskov, juru bicara Vladimir, mencoba meyakinkan publik bahwa keadaan akan tenang dan menjadi lebih baik.

 

"Ini adalah sanksi ekonomi berat, itu bermasalah, tetapi Rusia memiliki potensi yang diperlukan untuk mengompensasi kerusakan dari sanksi ini," katanya.

 

 

 

Sejak invasi ke Ukrania Kamis lalu, negara-negara Barat telah memberi sanksi ekonomi besar-besaran ke Rusia. Sanksi ini sebagai hukuman terhadap Presiden Vladimir Putin atas serangan ke Ukraina.

 

Sanksi ekonomi tersebut telah menargetkan sektor keuangan Rusia dan bank-bank utamanya, mengeluarkan mereka dari pasar modal, serta membuat industri besar di sektor energi dan teknologi yang dekat dengan Vladimir Putin tak berkutik.

 

Hal tersebut menyebabkan gejolak ekonomi yang belum pernah terjadi di Rusia yang menimbulkan kepanikan warga hingga mereka terpaksa menarik seluruh tabungan mereka dari bank dan ATM.

 

Menurut sebuah laporan, terdapat banyak antrean di toko-toko karena pengecer terus menaikkan harga kebutuhan akibat nilai mata uang Rusia yakni rubel yang semakin menurun drastis.

 

"Teman saya tidak dapat memperbarui kontrak kerjanya hari ini, uang yang dia tabung sekarang tidak ada artinya dan semua orang panik," kata seorang warga Rusia.

 

 

 

Sementara studio film Hollywood Disney dan Warner juga memutuskan hubungan dengan negara bagian Vladimir Putin.

Baca Juga: Dua Diplomat AS Diusir Pemerintah Rusia, Diduga Terlibat Aktivitas Ilegal

 

The Walt Disney Co menghentikan rilis film teater di Rusia, dimulai dengan rilis Pixar yang akan datang, Turning Red.

 

Dalam beberapa jam, WarnerMedia mengatakan akan menghentikan rilis The Batman minggu ini di Rusia.

 

 

 

Ukrania beri Insentif Prajurit Rusia/

 

The Guardian Selasa 1 Maret mendapat bocoran briefing rahasia pemerintah AS yang dihadiri oleh senator AS Chris Murphy soal invasi Rusia. Katanya Invasi Rusia sudah terlambat dari jadwal berkat perlawanan lokal yang sengit serta kegagalan logistik.

 

Melihat belum berhasilnya Rusia menguasai Ukraina memang tidak bisa hanya satu sisi. Biar bagaimana, okestrasi dunia yang memberikan sanksi bak gelombang tsunami kepada Rusia pasti juga akan memukul negara itu secara tak langsung.

 

Yang terbaru adalalh sikap studio film Hollywood Disney dan Warner. Mereka sudah memutuskan hubungan dengan negara bagian Vladimir Putin.

 

The Walt Disney Co menghentikan rilis film teater di Rusia, dimulai dengan rilis Pixar yang akan datang, Turning Red.

 

Dalam beberapa jam, WarnerMedia mengatakan akan menghentikan rilis The Batman minggu ini di Rusia.

 

 

 

Ukraina akan memberikan uang kepada setiap prajurit Rusia yang menyerahkan diri dan meletakkan senjata.

 

Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan, pihaknya menyiapkan insentif untuk tentara Rusia sebesar Rp675 ribu.

 

“Anda dibawa ke tanah kami untuk membunuh dan akhirnya mati. Itu tidak berguna,” kata Oleksii Reznikov.

 

Oleksii Reznikov menambahkan: “Kalian yang tidak ingin menjadi pembunuh dan mati. Kalian masih bisa diselamatkan.”

 

Penawaran yang disampaikan Oleksii Reznikov itu lewat postingan di Facebook. Di lapangan memang sudah banyak tentara Rusia yang menyerahkan diri.

“Kami menjamin Anda amnesti penuh dan kompensasi moneter jika Anda secara sukarela meletakkan senjata Anda,” ujar Reznikov yang dikutip nypost.

"Hidup. Peluk keluargamu,” ucap Reznikov dengan nada membujuk.

“Bagi mereka yang terus berperilaku seperti penjajah, tidak akan ada ampun.” Reznikov memperingatkan.

Beberapa tentara Rusia yang ditangkap militer Ukraina, mengakut sebenarnya mereka tidak mengetahui apa-apa di Ukraina.

 

Mereka baru sadar ditempatkan di medan perang, setelah tentara Ukraina menembaki mereka di perbatasan.

 

Tentara Rusia itu sebenarnya para wajib militer yang dibawa ke perbatasan Belarus dengan janji latihan perang.

Namun kenyataannya, paspor dan ponsel mereka disita kemudian didorong untuk menyerang Ukraina.

Bapak Semua Bom/

Baca Juga: Pengurangan Produksi yang dilakukan Rusia dan Arab Saudi Picu Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia

 Vladimir Putin dituduh menggunakan senjata termobarik berdaya tinggi, yang dijuluki 'bapak semua bom', di Ukraina - yang bertentangan dengan ketentuan konvensi Jenewa.

Presiden Rusia dituduh menggunakan Bom Vakum yang mematikan di Ukraina.

Bom dengan termobarik berdaya ledak tinggi ini bisa melanggar konverensi Jenewa.

Oksana Markarova, duta besar Ukraina, untuk AS mengatakan, "Mereka menggunakan bom vakum yang dilarang dalam konverensi Jenewa."

 

"Kehancuran yang mencoba ditimbulkan oleh Rusia sangat besar," katanya.

 

Ini membawa kekhawatiran, di antara para pejabat Barat, bahwa Rusia tak segan menggunakan senjata penghancur.

 

Termasuk menggunakan senjata yang bisa menghancrukan prgan dalam, karena kemajuan pasukan di lapangan yang bergerak lebih lambat dari yang diperkirakan.

 

Bahan peledak ini juga dikenal sebagai 'bom vakum', karena menggunakan atmosfer sebagai bagian dari ledakannya.

 

Ini adalah salah satu senjata non-nuklir paling kuat yang pernah dikembangkan.

 

Diperkirakan sekitar empat kali lebih kuat dari senjata termobarik MOAB Amerika yang digunakan untuk menghancurkan pasukan ISIS di Afghanistan.

 

 

 

Putin Mulai Frustasi/

 

Presiden Vladimir Putin kabarnya mulai frustasi dengan perlawanan sengit Ukraina dan sanksi secara global. Ini bisa jadi kabar baik tapi juga buruk bagi dunia karena Putin bisa saja semakin gelap mata.

 

Dikutip dari NBC News, Selasa 1 Maret, badan-badan intelijen AS kabarnya sudah mengetahui kalau Presiden Vladimir Putin semakin frustrasi dengan perjuangan militernya di Ukraina. Dan ini yang tadi kami bilang berbahaya. Muncul dugaan Putin akan melihat satu-satunya pilihannya adalah dengan mengandalakn kekerasan.

 

Ekonomi Rusia memang sedang babak belur di bawah sanksi global yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dan ketika kekuatan militernya yang konon superior, justru berbanding terbalik di lapangan.

 

Malah kabarnya Putin sudah marah-marah juga ke anak buahnya.

 

"Ini adalah seseorang yang jelas-jelas terperangah oleh besarnya perlawanan Ukraina," Senator Mark Warner, D-Va, Ketua Komite Intelijen.

 

“Dia telah mengisolasi dirinya sendiri. Dia tidak terlalu sering berada di Kremlin. ... Anda mendapatkan semakin sedikit masukan, dan masukan ini berasal dari penjilat."

 

Dia menambahkan: "Saya khawatir dia terpojok. Saya khawatir tidak ada jalan keluar yang jelas."

 

Saat ini Badan-badan intelijen Barat memiliki visibilitas yang baik soal Putin. Mereka jadi semakin intens mengamati dengan cermat gerakannya untuk setiap perubahan perilaku yang signifikan.

 

AS memiliki intelijen yang kuat kalau Putin frustrasi dan mengarahkan kemarahan yang tidak biasa kepada orang-orang di lingkaran dalamnya. Itu tidak biasa, kata mereka, karena Putin, mantan perwira intelijen, biasanya menahan emosinya.

 

"Dia tidak lagi berdarah dingin, diktator bermata jernih seperti pada 2008," kata mantan Direktur CIA John Brennan. n cnn, bbc, rtrs, tg, afp, ap, nbc

Editor : Redaksi

Tag :

BERITA TERBARU