Home / Peristiwa : Analisis Politik

Secara Matematis, Khofifah Menang di Pilgub Ketimbang Cawapres

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 26 Sep 2022 21:23 WIB

Secara Matematis, Khofifah Menang di Pilgub Ketimbang Cawapres

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Meski Pemilihan Presiden masih dua tahun lagi, yakni tahun 2024. Namun, nama-nama calon presiden dan calon wakil presiden terus digulirkan. Bahkan, kini partai politik saling berebut nama hingga bargaining ke beberapa nama. Salah satunya, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, yang dalam beberapa lembaga survei, selalu masuk radar capres dan cawapres. Meski secara matematis, nama Khofifah masih kuat untuk bisa memenangkan Pilkada 2024 mendatang ketimbang "dimajukan" menjadi capres atau cawapres. Pasalnya, dari skala nasional sendiri, tokoh dari parpol pusat masih terlalu kuat. Kalaupun toh dimajukan, mentok hanya cawapres. Karena dalam faktanya, untuk memenangkan Pilpres, harus bisa menjamah suara di Jawa Timur dan bisa merepresentasikan kalangan nahdliyin.

Hal itu yang menjadi pembahasan utama dari tiga pengamat politik di Jawa Timur, yakni Mochtar W. Oetomo, peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC), Andri Arianto, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya dan Surokim Abdussalam, pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Bangkalan. Ketiga pengamat politik itu dihubungi terpisah Surabaya Pagi, Senin (26/9/2022), setelah beberapa partai politik dan tim lembaga survei yang seolah menjerumuskan Khofifah Indar Parawansa untuk maju sebagai cawapres di Pilpres 2024.

Baca Juga: Yusril: Prabowo-Gibran Penuhi Syarat Dilantik Presiden

"Secara matematis, posisi bu Khofifah justru lebih berpeluang untuk menang di pilkada 2024 jika dibandingkan dengan ikut kontestasi pilpres 2024," kata Surokim Abdussalam, saat dihubungi Senin (26/9/2022).

Pasalnya, Khofifah yang saat ini menjadi Gubernur, dalam pilkada 2024 mendatang, maju sebagai incumbent dan sangat menguntungkan. "Itu karena status beliau, incumbent, yang saya pikir, banyak faktor yang menguntungkan untuk ikut kembali (pilkada)," lanjut Surokim.

Jadi, lanjutnya, sah-sah saja apabila banyak ketua parpol di Jatim yang ingin 'mendorong' Khofifah untuk maju di tingkat Pilpres mendatang. Akan tetapi, Surokim mengingatkan, untuk mengikuti kontestasi Pilkada di Jatim khususnya Pilgub Jatim, tidak mudah.

 

Pilgub Liga Satu

"Mengingat, pilgub Jatim juga termasuk pilkada selevel liga satu, yang akan diikuti tokoh kaliber nasional dan menjadi ajang kontes kehormatan partai untuk bisa meraih suara di Jatim," Surokim menganalisis.

Kendati, diberbagai hasil lembaga survei, pria yang juga peneliti SSC ini, menyebut, nama Khofifah Indar Parawansa kerap muncul dalam radar elektoral Pilpres 2024 mendatang. Jadi menurut Surokim, semua masih tergantung kepada momentum yang akan terbentuk. "Karena potensi menang di kontestasi elektoral di negeri ini faktor momentuk sangat penting dan menentukan," kata Surokim.

 

Punya Keunggulan

Sementara, Mochtar W. Oetomo, Peneliti Senior Surabaya Survey Center (SSC) justru mengungkapkan analisisnya, bahwa bukan soal menjerumuskan atau tidak menjerumuskan. Tetapi, Jawa Timur saat ini sudah menjadi parameter politik nasional. Ditambah, Jawa Timur sebagai jumlah pemilih terbesar kedua setelah Jawa Barat. Sangat menentukan untuk Pilpres mendatang.

"Bu Khofifah ini punya keunggulan yang tidak dimiliki tokoh lainnya yang beredar saat ini. Apalagi bila merunut tokoh perempuan, hanya ada nama bu Khofifah dan satunya Puan. Poin plusnya, bu Khofifah menjadi representasi NU yang dikenal militan," kata Mochtar, saat dihubungi, Senin (26/9/2022).

Apalagi, pemilih terbesar Indonesia dan sisi populasi, perempuan yang datang ke TPS pun pada pemilu 2019 lalu itu 63% kaum perempuan.

Baca Juga: Alasan Pilpres Ulang, Dibeberkan Anies di Ruang Sidang MK

"Nah, ketika Khofifah ingin running ke pilpres itu potensi sangat besar untuk diperebutkan oleh capres-capres yang lain untuk digandeng menjadi cawapres. Karena akan menjadi faktor penguat dengan segala keunggulan Khofifah," ucapnya.

Untuk itu, tambah Mochtar, kalaupun Khofifah "didorong" untuk menjadi cawapres, dan gagal. Masih ada kesempatan untuk running di kontestasi Pilkada Gubernur Jatim. "Pilgub khan masih bulan November 2024. Kalau gagal, khan bisa maju di Pilgub," ujarnya.

 

Suara di Jatim

Senada dengan Mochtar, Andri Arianto, pengamat politik UINSA, juga menyebut, peluang Khofifah untuk dimajukan cawapres dalam konstestasi Pilpres 2024 cukup terbuka. "Karena, berkaca pada pilpres terakhir, posisi suara Jatim memang menentukan, maka para capres mendatang mencari sosok yang bisa memenangkan suara di Jatim," kata Andri, saat dihubungi Senin (26/9/2022).

Meski begitu, lanjut Andri, kalaupun ada capres yang akan menggandeng Khofifah. Khofifah harus melihat 3 faktor agar dilihat dan dinilai secara objektvitas untuk maju dalam kontestasi pilpres mendatang.

Yakni, pertama, Khofifah memang memiliki potensi tapi tidak mewakili partai besar seperti dari jalur PKB. Kedua, lanjut Andri, kalau diasumsikan kebutuhan cawapres adalah tokoh yang agamis dan sipil, maka perlu dipertajam lagi pilihannya.

Baca Juga: Adu Cerdas Antar Advokat

"Sedangkan, faktor ketiga, jika memang pilihan Khofifah maju cawapres, maka sebagai catatan bahwa pemilih cenderung melihat sosok capres sebagai penentu," kata Andri.

Seperti diketahui, beberapa lembaga survei dan beberapa tokoh parpol mendorong Khofifah untuk maju dalam Pilpres 2024 mendatang. Dari catatan Surabaya Pagi, beberapa lembaga survei yang "memasukkan" nama Khofifah menjadi cawapres potensial, yakni survei Poltracking Indonesia 1 September 2022 lalu. Kemudian lembaga survei Charta Politika, yang digelar pada bulan Februari 2022 lalu.

Nama Khofifah masuk dalam survei cawapres potensial yang dilakukan Poltracking dengan dimunculkan berada dua poros.

Yakni Poros 2, yakni peluang koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa) dengan gabungan suara 23,66 persen. Dalam simulasi Poros 2 ini, kandidat capresnya yang dimasukkan, Prabowo Subianto. Sementara, kandidat cawapres muncul tiga nama. Dari kalangan Parpol, nama Muhaimin Iskandar. Sedangkan dari non parpol, muncul nama Khofifah Indar Parawansa dan Erick Thohir.

Sedangkan, muncul simulasi Poros 3, antara koalisi NasDem, Demokrat dan PKS. Dengan total suara 28,35 persen. Kandidat capres yang diunggulkan, yakni Anies Baswedan, dengan kandidat nama cawapres dari parpol Agus Harimurti Yudhoyono. Dan dari kalangan non parpol, nama Khofifah Indar Parawansa dan Erick Thohir.

Dorongan ketiga, agar Khofifah dipaksa maju di Pilpres 2024 mendatang, justru datang dari Ketua Umum Partai Golkar. Partai yang mengusung Khofifah menang dalam Pilgub 2018 lalu. “Saya harus memberi warning juga kepada orang yang saya dukung, Ibu Khofifah. Syukur-syukur kalau memang Bu Khofifah bisa maju dalam kontestasi nasional ke depan dan ini sangat memungkinkan. Saya mencermati ada beberapa kandidat yang memungkinkan Bu Khofifah menjadi Cawapresnya,” kata Sarmuji, yang ia ucapkan pada Sarasehan Politik yang digelar oleh lembaga survei ARCI, 23 September 2022 lalu. asa/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU