Sekolah Dituntut Bangun Komunikasi Intens dengan Orang Tua

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 10 Feb 2021 11:50 WIB

Sekolah Dituntut Bangun Komunikasi Intens dengan Orang Tua

i

Guru YPPI saat melakukan sekolah online. SP/ Sem

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Invasi virus covid-19 ke Indonesia pada akhir Februari 2020 lalu mengakibatkan jutaan siswa di Nusantara yang harus terpaksa belajar dari rumah atau sekolah online.

Baca Juga: Hari Kamis, Presiden Jokowi Dijadwalkan ke Surabaya

Hal ini diperkuat denga Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19 yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
 
Data dari Kemendikbud menyebutkan, ada sekitar 68 juta peserta didik di Indonesia mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga sekolah menengah atas (SMA) yang terpaksa belajar dari rumah.
 
Sementara untuk angka global, kurang lebih 1,25 miliar peserta didik di dunia yang harus belajar dari rumah.
 
Kepala Sekolah SD Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Indonesia (YPPI) 4 dan SMP YPPI 3 Dra. Suprapti mengaku, adanya proses pembelajaran dari rumah membuat pihaknya harus terus membangun komunikasi yang intens antara sekolah dan orang tua maupun sekolah dan siswa.
 
Hal ini terjadi karena orang tua menjadi pendamping bagi siswa tatkala proses belajar mengajar dilakukan.
 
"Tetap berjalan komunikasinya, justru kami harus membangaun kerjasama yang bagus dengan orang tua," kata Suprapti saat ditemui di SD YPPI 4, Jumat (05/02/2021).
 
Guna memperlancar komunikasi, pihaknya menyediakan grup whatsapp khusus untuk orang tua. Dalam grup tersebut, segala urusan yang berkaitan proses perkembangan belajar siswa selalu diupdate oleh sekolah.
 
Keterlibatan orang tua dalam proses belajar mengajar pun dimediasi oleh sekolah. Suprapti mengaku ada beberapa tema pembelajaran yang mewajibkan orang tua untuk ikut terlibat dalam proses belajar mengajar.
 
"Ada temanya pekerjaan orang tuaku. Maka orang tua juga malakukan presentasi dan tanya jawab dengan anak-anaknya," katanya
 
"(Jadi) tetap melibatkan orang tua, (sehingga) secara psikologis hubungan siswa dan orang tua, orang tua dan sekolah, sekolah dan siswa tidak terputus," tambahnya menerangkan
 
Selama ini metode pembelajaran yang dilakukan oleh YPPI adalah menggunakan metode montessori. Metode ini menekankan pada pentingnya penyesuaian lingkungan belajar dengan tingkat perkembangan anak dan peran aktivitas fisik anak dalam menyerap mata pelajaran secara akademis maupun keterampilan praktik secara langsung.
 
Sementata itu Wakil Bidang Kurikulum TK YPPI II Sisilia Alexsandra mengaku, selama ini kurikulum pembelajaran baik dari tingkat TK hingga SMP dilakukan secara proyek. 
 
Siswa akan diberikan alat peraga dari sekolah kemudian mengerjakan proyek yang diberikan tersebut. 
 
"Semuanya disesuaikan dengan tema. Misalnya art and craft, (alat peraga) kita kirim ke rumah dan dibuat oleh siswa dari rumah saat proses belajar mengajar dimulai. Nanti akan ada guru yang pandu," kata Sisil seraya menambahkan "Untuk mewarna pun sudah kita siapkan,"
 
Pelajaran lain seperti Physical Education (PE) pun sama. Siswa akan melakukan gerakan-gerakan olahraga yang dipandu oleh guru melalui aplikasi google meeting yang telah dipersiapkan sekolah.
 
Menurut Sisil, selama proses pendidikan jarak jauh (PJJ) dilakukan, pihaknya berupaya menyediakan materi yang tidak membebani siswa.
 
"Sehingga mereka tidak stress, dan bonding antara guru dan siswa atau guru dan orang tua semakin solid," ucapnya.
 
"TK memang usia bermain, tapi kami tidak melupakan anak-anak setelah lulus harus punya skill. Anak-anak punya skill apa, nah itu ada dimateri tadi," tambahnya
 
Sekolah lain seperti SDN Ketabang I/288 Surabaya juga secara intens melakukan komunikasi dengan orang tua. Siti Rahayu selaku Kepala Sekolah SDN Ketabang I/288 mengaku, komunikasi tersebut dilakukan oleh setiap wali kelas dimasing-masing tingkatan mulai dari kelas 1 hingga kelas 6.
 
"Tetap komunikasi, dan saya selalu memantau perkembangan mereka," kata Siti Rahayu
 
Terkait materi pembelajaran, ia menjelaskan pihaknya menggunakan kurikulum yang telah disediakan oleh pemerintah. 
 
Sebagai informasi, Kemendikbud pada beberapa waktu lalu telah mengeluarkan panduan belajar di rumah untuk guru sekolah dasar yang mendamping kegiatan belajar peserta didik kelas 1 sampai kelas 6. Panduan tersebut kemudian diperkuat lagi dengan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19).
 
Setidaknya ada 3 skenario dalam proses pembelajaran yang diatur. Skenario A adalah terkait pelajararan terstruktur mengikuti kurikulum standar, skenario B terkait pelajaran terstruktur difokuskan pada pengetahuan dan ketrampilan inti dan terakhir adalah konten pembelajaran yang dipilih untuk membantu siswa mengatasi krisis saat ini.
 
"Ya kalau kami sesuai dengan kurikulum standar," katanya
 
Dengan adanya transformasi belajar tatap muka ke belajar online, guru dan orang tua dipaksa untuk melek akan teknologi.
 
Dra. Suprapti mengaku, selama ini pihaknya terus melakukan pelatihan kepada para guru terkait pembuatan materi pembelajaran online yang baik dan dapat diterima oleh siswa.
 
Bekerjasama dengan Yayasan YPPI, pelatihan tersebut dilakukan secara rutin seminggu sekali.
 
"Peran dari yayasan sangat besar. Kami diberikan pembekalan, diberikan pelatihan setiap jumat ada pelatihan IT, pembuatan Video, media pembelajaran, termasuk bagaimana rapot diberikan secara online," ucapnya
 
Sementara untuk orang tua, pihak sekolah memberikan bimbingan berupa tutorial singkat terkait materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa.
 
"Jadi orang tua juga kami berikan tutorial. Kalau ada orang tua yang kesulitan mereka komunikasikan, karena ada grup (whatsapp) dengan orang tua. Jadi komunikasi lancar," pungkasnya
 
Bu Suntari, salah seorang guru di SMPN 1 Surabaya juga mengaku demikian. Wanita yang mengampu mata pelajaran prakarya kelas 8 dan 9 ini menjelaskan, ia selalu berkomunikasi dengan wali murid tatkala ada siswa yang masih kurang dalam menerima materi belajar.
 
"Pasti langsung saya komunikasikan ke wali kelasnya dan dari wali kelas segera menghubungi orang tua siswa. Ditanya kenapa tidak bisa penyebabnya apa, kemudian dicarikan solusi bersama," kata Suntari. Sem
 
 

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU