Sentra Kuliner Urip Sumoharjo, Binaan Pemkot Bikin Miris

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 06 Des 2020 22:00 WIB

Sentra Kuliner Urip Sumoharjo, Binaan Pemkot Bikin Miris

i

Suasana SWK Urip Sumoharjo, Minggu (6/12/2020) siang pukul 12:00 WIB, terlihat sepi melompong tanpa dikunjungi pembeli. Sp/septyan

 

Melongok Sisi-sisi Kota Surabaya

Baca Juga: Dewan Minta Pemkot Surabaya Serius Tangani Pengelolaan Sampah TPA Benowo 

 

 

 

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Pembinaan dan revitalisasi Sentra Wisata Kuliner (SWK) oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya,  sepertinya masih setengah hati.  Pemkot era wali kota Risma, belum serius mikirkan UMKM Kuliner wong cilik di SWK Jalan Raya Darmo. Pembiaran ini disesalkan pedagang kuliner disana, karena lokasinya yang strategis di tengah kota. Para pedagang pun sejak awal dibuka, hingga ditengah pandemi Covid-19, hanya bisa pasrah. Berikut laporan tim wartawan Surabaya Pagi, Septyan Ardi dan Alqomarudin.

Melongok Sentra Wisata Kuliner (SWK) Jalan Urip Sumoharjo, sangat miris dan menyedihkan. Apalagi sentra kuliner ini menjadi binaan Pemkot Surabaya. Maklum lokasinya di tengah pusat kota Surabaya. Setiap hari menjadi lalu Lalang kendaraan dan warga kota Surabaya. Akan tetapi, sudah bertahun tahun masih sepi pengunjung.

Ini saat Wartawan Surabaya Pagi hendak makan siang di SWK Urip Sumoharjo, Sabtu (5/12/2020) dan Minggu (6/12/2020) sekitar pukul 12:00 sampai pukul 13:00 WIB. Banyak meja-meja kosong. Bahkan beberapa stand pedagang dengan banner aneka jualan, juga memilih tutup.

Pembeli pun saat Surabaya Pagi datang, hanya ada 2 orang termasuk wartawan harian kita. Alhasil, beberapa pedagang yang membuka standnya, lebih banyak duduk sembari menunggu pengunjung.

Menurut salah satu penjaga stand di sentra tersebut, Nurfitri, sepinya pengunjung ini bukan hanya saat pandemi Covid-19. Tetapi sudah terjadi sebelum pandemi.

"Di pandemi Covid19 ini sangat berpengaruh pada pengahasilan saya mas, yang sebelumnya penghasilan saya dari jam 13.00-19.00 wib itu bisa mencapai Rp 700.000, sekarang jadi Rp 300.000. Tetapi sebelumnya memang juga sama saja," ujar Nurfitri, Minggu (6/12/2020).

Meski begitu, ada beberapa hari tertentu, memiliki beberapa pengunjung. "Kadang pernah yang jaga bos saya sendiri, lebih banyak pengunjung. Yah seperti itu,” imbuhnya.

Hal yang sama juga diucapkan Dessy, penjual minuman juice aneka buah di SWK Urip Sumoharjo. Penghasilannya naik turun sejak awal, karena sepinya pengunjung sejak sebelum pandemi dan saat pandemi Covid19 yang tak kunjung hilang.

Baca Juga: Dampingi Siswa Inklusi, Guru di Surabaya Diberi Pembekalan

"Gak ada Covid19 saja yah sepi. Apalagi di tambah adanya Covid19 mas. Omset yang saya dapat perharinya merosot sangat jauh dibandingkan sebelum pandemi," terang Dessy, kepada Surabaya Pagi, Sabtu.

Ia menambahkan, gebrakan yang diberikan oleh pengelola SWK dengan adanya musik electone di malam hari tidak bisa menarik minat para pengunjung SWK Urip Sumoharjo. "Meskipun ada electone tetap saja tidak seramai yang dibayangkan," katanya.

Dessy pun berharap, seharusnya Pemkot Surabaya bisa membantu marketing penjualan secara online atau membuat promosi-promosi yang menarik, agar banyak datang makan ditempat.

 

Kurangnya Tempat Parkir

Namun bagi Danny, pengunjung SWK Urip Sumoharjo menjelaskan, baginya sentra Urip Sumoharjo ini kurang mengikat minatnya. Selain terlihat sepi, tempat parkir motor sendiri di atas trotoar.

"Kalau gak berteduh gara-gara hujan ya gak mungkin saya nongkrong sini mas, tempatnya kurang asik, sepi dan tempat parkirnya loh di atas trotoar. Padahal sudah jelas ada tulisan dilarang parkir di trotoar, kalau enak-enak nongkrong terus motor saya di angkut petugas dishub bagaimana," tutup Danny salah satu pengunjung SWK Urip Sumoharjo.  

Baca Juga: Oknum Polisi di Surabaya Cabuli Anak Tirinya Sejak SD Selama 4 Tahun, Korban Trauma Berat

Berdasar data yang dihimpun, ada 44 SWK di Surabaya dengan total 998 pedagang. Dari jumlah SWK itu, yang belum optimal atau terisi di bawah 40 persen hanya 10 persen.

 

Sebut Makanan tak Enak

Terpisah, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Surabaya Widodo Suryantoro pun mengakui banyaknya SWK yang sepi. Namun ia mengklaim, tak semua SWK sepi. Masih banyak SWK yang ramai pembeli.

Widodo menjelaskan, beberapa penyebab sepinya SWK, diantaranya lokasi kurang strategis. Namun, selain itu makanan dari pedagang kurang enak. Hal ini ia contohkan pada SWK Urip Sumoharjo.

Menurut Widodo di SWK Urip Sumoharjo, meski lokasinya terbilang strategis. Tetapi Widodo melihat, para pedagang tidak punya komitmen dalam menciptakan rasa makanan. ”Pedagang belum konsisten menjual dagangannya. Kadang sehari jualan. Tapi, dua hari kemudian tutup,” paparnya. Tidak hanya itu, masalah SWK Urip Sumoharjo juga terletak pada banyaknya pedagang yang sering berganti menu makanan. ”Biasanya jual tahu tek. Akhirnya jual soto. Jadi susah dapat pelanggan,” terangnya. tyn/alq/cr2/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU