SURABAYAPAGI.com, Mojokerto - Amim yang sempat jatuh bangun dalam karirnya selama kurang lebih 4 tahun ini berhasil mengembangkan usaha produksi rambak dan memberdayakan masyarakat sekitar. Dulu Amim sempat bekerja sebagai marketing IT atau jasa pemasangan CCTV, setelah itu menjadi sales onderdil sepeda motor dan dikarenakan perusahaan bangkrut, akhirnya ia putus kerja dan mulai menggeluti bisnis rambak tersebut.
Amim mengaku, usaha produksi rambak ini berawal dari kebingungannya lantaran tidak memiliki pekerjaan. Akhirnya ia memutuskan untuk belajar kepada pengusaha rambak itu dan memberanikan diri memulai usahanya.
Baca Juga: Banjir Rendam Empat Kelurahan, 4503 Warga Kota Mojokerto Terdampak
"Selama 1,3 tahun ambil bahan di Sidoharjo, 3 kali dalam seminggu ambil bahan dengan mengendarai sepeda motor. Sekali ambil rata-rata 1,5 kuintal," terang Amim.
Seiring berjalannya waktu selama 3 tahun, akhirnya ia diberikan kepercayaan dari perusahaan tempatnya mengambil bahan baku di Sidoharjo. "Jadi tidak perlu ambil bahan ke sana, mereka drop barang ke sini," tuturnya.
Dalam sehari, Amim beserta kelima pekerjanya dapat memproduksi rata-rata sekitar 2-3 kuintal. Beberapa tengkulak dari pedagang pasar biasanya ambil barang dari tempatnya. Seperti pedagang dari Pasar Bejen, Karangpandan, Matesih, Mojodedang dan lain-lain. Dalam sebulan ia memperoleh omzet kotor sekitar Rp 4-5 juta.
Baca Juga: Banjir di Kelurahan Meri Terparah Sejak 5 Tahun Terakhir, Bantuan Mulai Datang, Banjir Mulai Surut
Proses dalam pembuatan rambak dimulai dengan mencampur bahan tepung terigu, bumbu, dan tepung gaplek. Setelah itu dikukus dan dicetak kemudian dijemur. Potongan rambak mentah dibuat dalam dua bentuk yakni persegi panjang (seukuran jari) dan persegi.
"2 hari membuat bahan mentah, 2 hari proses penggorengan. Selain kondisi cuaca, bahan yang harganya terkadang naik juga menjadi tantangan. Biasanya ambil bahan baku tepung dari Solo, sedangkan bumbunya dari Sidoarjo," paparnya.
Baca Juga: Miris! Guru Ekstrakurikuler di SMKN Mojokerto Dipolisikan, Diduga Setubuhi Siswinya di Hotel 2 Kali
Biasanya para pekerja ditempatnya beraktivitas mulai dari menyangrai, menggoreng hingga meniriskan hasil gorengan rambak mulai Subuh hingga sekira pukul 10.00.
Adapun usaha produksi rambak yang telah ditekuni sejak 2015 hingga kini, Amim merasa harus terus mengembangkan produksinya hingga merambah ke pasar nasional. "Sukses itu ketika para orang yang bekerja di tempat saya sudah bisa membuat usaha sendiri," tandasnya. Dsy2
Editor : Redaksi