Sulap Tali-Temali dengan Teknik Makrame Jadi Bisnis Kerajinan

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 13 Jul 2021 09:21 WIB

Sulap Tali-Temali dengan Teknik Makrame Jadi Bisnis Kerajinan

i

Wiwit Priyanti yang sedang menyelesaikan pesanan tas makrame. SP/ TLG

SURABAYAPAGI.com, Tulungagung - Wiwit Priyanti mampu menyulap tali-temali dengan menggunakan teknik makrame beraneka warna menjadi menjadi kerajinan menarik seperti tas tangan, dompet, hingga tirai untuk hiasan rumah. Karyanya pun mulai dilirik oleh penikmat kerajinan.

Tak hanya membuat dompet dan tas, aneka gantungan kunci dan tirai berbahan makrame juga mampu dikerjakannya. Terlebih tirai makrame menjadi tren di kota besar. Terutama untuk hiasan rumah dengan konsep desain Scandinavian dan modern minimalis.

Baca Juga: Pj Bupati Tulungagung Serahkan Bantuan Korban Tertimpa Pohon Tumbang

Awal mengenal teknik makrame sejak 2015 silam. Saat itu ketika menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) di Hongkong, dia kerap mengikuti pelatihan keterampilan. Saat itu dia mengikuti pelatihan pembuatan bros dan tas makrame berbahan tali kur dan satin.

Mulanya dia hanya membuat sebuah tas kecil yang digunakannya sendiri. Tak disangka tas hasil karyanya mendapat respons positif. Terlebih ketika dia mengunggahnya di akun media sosial (medsos) Facebook miliknya.

Baca Juga: Cuaca Buruk, Ratusan Nelayan di Tulungagung Enggan Melaut

Menurutnya, kunci dari teknik makrame adalah pada pola dan hafal hitungan simpul. Sebab, beda simpul tentu akan memberi pola yang berbeda. Sementara untuk jenis tali dapat memanfaatkan tali apa saja. Namun untuk tas maupun dompet dia sering menggunakan tali kur dan satin. Ini karena jenis tali tersebut tergolong lebih kuat.

Untuk proses produksi, Wiwit mengaku dikerjakan sendiri olehnya sembari mengurus rumah tangga. Untuk menghasilkan tas kecil diperlukan 2-3 hari pengerjaan. Sementara tas berukuran besar bisa memakan waktu hingga seminggu.

Baca Juga: 3 Pasangan Bukan Suami Istri di Razia Petugas Gabungan

Untuk pemasaran, ibu dua anak ini mengandalkan medsos seperti Instagram, Facebook, dan WhatsApp untuk promosi. Penjualan karya miliknya tak hanya di Tulungagung, tapi juga luar kota. Seperti Cilacap, Surabaya, Banyumas, dan Malang.

Selain itu, dirinya berharap pascapandemi ini geliat bisnis kerajinan tangan (handmade) seperti miliknya dapat kembali bergairah. “Alhamdulilah sekarang sudah mulai ada penjualan lagi. Semoga terus membaik,” tandasnya. Dsy6

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU