Home / Ekonomi dan Bisnis : Melongok Sentra Wisata Kuliner Binaan Pemkot (3)

SWK Karah, Dulu Laris kini Miris, Pelaku UMKM Minta Pemkot ikut Peduli

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 03 Jun 2021 21:20 WIB

SWK Karah, Dulu Laris kini Miris, Pelaku UMKM Minta Pemkot ikut Peduli

i

Sumilah membersihkan meja sambil menunggu pengunjung yang datang di SWK Karah, Kamis (3/6/2021). Terlihat deretan kursi meja kosong mendominasi. SP/Cah

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Wali Kota Eri Cahyadi terus menggalakkan dan akan meningkatkan sektor UMKM. Salah satunya kembali menggelorakan Sentra Wisata Kuliner (SWK) yang diorganisir/dikelola oleh Pemkot Surabaya. Salah satu nya di SWK Karah yang bertempat di Karah Kebon Agung, Jambangan. Namun menggelorakan SWK masih belum sepenuhnya berjalan mulus. Seperti di SWK Karah, sebelum dibina oleh Pemkot, para pelaku UMKM makanan ini justru laris manis. Namun, kini, nasibnya tak selaris dulu.

Hal itu yang dialami pelaku UMKM makanan, Sumilah yang sejak 2012 menempati stand jualan di SWK karah. Sumilah bercerita, kondisi sebelum dikelola oleh Pemkot melalui Dinas Koperasi dan UKM Surabaya dibanding sebelumnya, berbeda. Padahal, kini, oleh Pemkot Surabaya sudah ditata lebih baik. Ada apa?

Baca Juga: Perajin Kaligrafi di Tulungagung Banjir Pesanan, Tembus Qatar dan Amerika

“Hari biasa gini sepi mas, pengunjung datangnya setelah maghrib. Itupun jam operasionalnya terbatas sampai pukul 22:00 WIB. Disisi lain, untuk penjualan belum seberapa, dalam sehari kadang pernah mengantongi Rp 75.000 rupiah, belum kepotong iuran,”ucap Sumilah, kepada Surabaya Pagi, Kamis (3/6/2021).

Dari informasi dihimpun Surabaya Pagi di SWK Karah, para pedagang mengeluhkan adanya retribusi atau iuran dari Dinas Koperasi UKM Surabaya yang harus dibayarkan setiap bulan. Sumilah mengaku sangat keberatan dengan iuran bulanan ditetapkan tersebut.

“Iuran per bulan sejumlah Rp.140.000, Situasi juga saat ini lagi sepi, tambah jadi beban mas. Belum ditambah lagi ada denda. Jika telat membayar yang besarnya tidak seberapa. Boro-boro bayar iuran, omset jualan aja kadang tidak menentu,”jelasnya.

Meski demikian, Sumilah memilih tetap berjualan walaupun penghasilannya tidak menentu. Selain itu, SWK Karah merupakan pusat Kuliner yang terbesar se-Surabaya dengan lokasi yang strategis dari segi jalan yang selalu dilalui kendaraan.

Bahkan, pusat PKL di seberang kali rolak ini sejak sejak awal tahun 2000 sudah menjadi favorit para warga Surabaya untuk mencari makanan kaki lima dengan harga murah. Namun, saat ini menjadi berkurang pengunjung disebabkan berdekatan dengan Kafe Rolak.

“Dulu masih ramai saat belum ada Kafe Rolak, sekarang ya seperti ini bisa dihitung jari kalo siang. Meski ada peningkatan UMKM belum sepenuhnya mendongkrak penghasilan disini, pemerintah seharusnya lebih memperhatikan SWK Karah. Sering beri pendampingan rutin agar para pedagang sini juga semakin giat berjualan,”ucapnya.

 

Kurang Aktif Promosi

Baca Juga: Pemkot Surabaya Rencana Tambah 2 Rumah Anak Prestasi

Pantauan Surabaya Pagi, Sentra Wisata Kuliner (SWK) Karah terpantau hanya 6 – 10 pengunjung yang tengah menikmati makanan, maupun ngobrol. Deretan kursi meja kosong lebih mendominasi daripada pengunjung. Tofik, Pengunjung yang datang ke SWK Karah mengatakan fasilitas yang disediakan di SWK Karah cukup bagus.

“Segi fasilitas memang bagus, fasilitas dan makanan yang di jual disini. Namun, penjualnya kurang greget ke konsumen sehingga kesannya banyak pengunjung yang tidak mau mampir, minimal menawarkan makanan ke pengunjung yang melintas didekat standnya,”ucapnya.

Sementara itu, Rengga Pramadhika akbar pedagang pecel khas Magetan menjelaskan SWK Karah memerlukan pengelolaan managemen baru sehingga dapat meningkatkan penjualan bagi para pedagang.

“Managemen di SWK Karah ini perlu diperbarui.  Masih bobrok managemennya sehingga sistem SWK harus diperbarui, hal ini tidak bisa maju karena ada trah keluarga yang mengelola managemen tersebut,”ungkapnya saat ditemui di standnya.

 

Baca Juga: Jelang Lebaran, Disnakertrans Jatim Buka 54 Posko Pengaduan THR

Manajemen Pengelolaan Dirubah

Faktor utama yang menjadi permasalahan dari segi pemetaan lokasi pintu masuk ke SWK Karah yang membuat pengunjung tidak mengetahui langsung. “Kendala bukan omset tapi mindset yang harus diperbarui. Ini kan awalnya PKL diubah menjadi SWK harusnya Pemerintah Kota Surabaya mengadakan bazar agar masyarakat lebih tahu, minimal seminggu sekali,”tegasnya.

Rengga menginginkan perubahan managemen serta penataan letak pintu masuk pengunjung berada didepan, selama ini pintu masuk disamping. Selain itu, tertutupnya pohon yang ada diarea depan membuat pengunjung tidak mengetahui SWK.

“Banyak minusnya dari segi tata layout stand yang dibagi menjadi 4 harusnya dirubah menjadi letter U. Hal tersebut agar memudahkan pengunjung untuk memilih makanan di setiap standnya,”tutupnya.

Diketahui sentra wisata kuliner (SWK) Karah, para pedagang yang menempati stand jualannya berjumlah 36. Namun, 28 pedagang yang aktif berjualan, selebihnya memilih tidak beroperasi. 

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU