Tahun 2024, Partai Demokrat Bisa Salip Golkar

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 23 Feb 2022 19:56 WIB

Tahun 2024, Partai Demokrat Bisa Salip Golkar

i

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat berdialog dengan buruh di Pabrik Maspion, Sidoarjo,  Sabtu (19/2/2022) lalu.

Elektabilitas Partai Demokrat Saat ini Alami Kenaikan signifikan. Sementara PDIP dan Gerindra, Kenaikan Relatif Kecil 

 

Baca Juga: Ganjar tak Hadir, Sinyal Kuat PDIP Oposisi

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Elektabilitas Partai Demokrat (10,7 persen) awal tahun 2022 ini masuk tiga besar di bawah PDIP (22,8 persen) dan Gerindra (13,9 persen).

Tiga partai tersebut, termasuk Golkar, diperkirakan akan terus bersaing hingga 2024.

Dan dari empat partai tersebut, tampaknya elektabilitas Demokrat yang mengalami kenaikan signifikan.

PDIP dan Gerindra, meskipun mengalami kenaikan namun relatif kecil.

Jadi, dari banyaknya partai yang di survei Kompas awal tahun 2022 ini, hanya Demokrat yang elektabilitasnya naik lebih besar.

Kenaikan elektabilitasnya Demokrat menarik diamati apakah akan mengulang kejayaannya pada 2009.

Demikian pendapat dua pengamat politik yang dihubungi terpisah di Jakarta, Rabu kemarin (23/2/2022). Keduanya adalah Dekan Fisipol UGM, Wawan Mas'udi dan Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga.

Hasil survei Litbang Kompas pada Januari 2022, elektabilitas Demokrat mencapai 10,7%. Padahal pada survei Oktober 2021 lalu, elektabilitas Demokrat hanya 5,4%.

Sementara elektabilitas parpol berdasarkan survei Litbang Kompas pada Januari 2022:

PDIP 22,8%: 2. Gerindra 13,9%, 3. Demokrat 10,7%, 4. Golkar 8,6%, 5. PKS 6,8%, 6. PKB 5,5% , 7. NasDem 3,5% , 8. PPP 2,8% , 9. PAN 2,5% dan 10. Perindo 2,5%

Lalu, apa yang menyebabkan elektabilitas Demokrat melesat meski selama ini tampak adem ayem saja?

 

Alami kenaikan signifikan

Hasil Survei Kepemimpinan Nasional (SKN) Kompas memperlihatkan, elektabilitas Partai Demokrat (10,7 persen) masuk tiga besar di bawah PDIP (22,8 persen) dan Gerindra (13,9 persen).

Tiga partai tersebut, termasuk Golkar, diperkirakan akan terus bersaing hingga 2024. Partai mana yang dinilai lebih berpihak kepada rakyat dan kadernya terbebas dari kasus korupsi, akan dengan sendirinya menjadi pemenang pada Pileg 2024.

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, mengatakan dari empat partai tersebut, elektabilitas Partai Demokrat mengalami kenaikan signifikan. PDIP dan Gerindra, meskipun mengalami kenaikan namun relatif kecil.

"Dari banyaknya partai yang di survei Kompas, hanya Partai Demokrat yang elektabilitasnya naik lebih besar. Kenaikan elektabilitasnya Partai Demokrat menarik diamati apakah akan mengulang kejayaannya pada Pileg 2009," kata Jamil, Rabu (23/2/2022).

 

Bisa Masuk Dua Besar

Menurut Jamil, elektabilitas Partai Demokrat berpeluang minimal masuk dua besar bila tetap konsisten dengan jargonnya 'Berkoalisi dengan Rakyat'. Jargon tersebut tidak sekedar dikampanyekan, tapi benar-benar diimplementasikan oleh semua kadernya.

"Untuk itu, kader Demokrat harus hadir dalam setiap kesulitan rakyat. Dengan begitu, rakyat akan merasakan manfaat jargon berkoalisi dengan rakyat," terang Jamil.

Baca Juga: Demokrat Buka Penjaringan Bacawali Kota Kediri, Nama Vinanda Masuk Dalam Daftar

Keberpihakan dengan rakyat juga harus tercermin dari perjuangan anggota DPR RI dan DPRD Partai Demokrat. Jamil berkata, semua kebijakan dan peraturan yang tidak berpihak dengan rakyat harus ditolak. Dengan begitu, rakyat yakin, Partai Demokrat memang pembela mereka.

"Selain itu, Partai Demokrat harus konsisten menjaga praktik demokrasi di Indonesia. Hal itu tidak hanya di eksternal partai, tapi juga di internalnya," kata Jamil.

Jamiluddin Ritonga menakar peluang Partai Demokrat di Pemilu 2024, bisa kembali pada masa kejayaan seperti Pemilu 2009.

Di mana waktu itu partai berlambang bintang mercy itu berhasil mengantarkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi Presiden.

“Saya lihat Demokrat akan seperti, pasti mengulang masa kejayaan di Pemilu 2009,” kata Jamiluddin.

 

Kok Mendadak Naik Drastis

Sementara itu, Dekan Fisipol UGM, Wawan Mas'udi, menduga ada kerja politik yang bersifat diam oleh para fungsional Demokrat.

"Itu memang harus dilihat secara lebih detail, ya, kok tiba-tiba Demokrat naiknya cukup drastis, ya, sampai dua kali lipat. Ya, tapi dugaan saya ini memang ada semacam kerja politik yang bersifat diam yang dilakukan oleh para fungsionalis dan para aktivis partai yang ada di bawah, yang kemudian membuat posisi Demokrat bisa lebih naik," kata Wawan dihubungi, Rabu (23/2).

Namun, kerja politik seperti apa belum bisa diterka. Pasalnya, survei tidak memotret faktor naiknya elektabilitas dan hanya memotret fenomena kenaikan elektabilitas saja.

"Penyebab naiknya apa kelihatannya, kan, belum cukup terekam, ya. Tapi dugaan saya ini pasti ada strategi dan gerakan politik yang tidak tercover, tidak ramai-ramai yang ada di bawah yang dilakukan oleh fungsionalis dan para politisi partainya. Cuma apa, nah, ini yang terus terang saya belum tahu. Harus melihat lebih detail," jelasnya.

Baca Juga: Demokrat Buka Penjaringan Bacawali Kota Kediri, Nama Vinanda Masuk Dalam Daftar

Wawan mengakui kenaikan elektabilitas Demokrat membuktikan bahwa popularitas partai politik tidak hanya bisa ditingkatkan melalui baliho saja. Model kampanye sosialisasi politik yang bersifat personal justru lebih efektif.

"Masyarakat sekarang jangan-jangan malah bosan kalau lihat baliho tiap hari. Tapi model-model kampanye dan sosialisasi politik yang bersifat lebih personal, ya, lewat media sosial ini yang saya kira akan lebih efektif, ya," katanya.

Capaian Demokrat ini diyakini Wawan membuat partai politik lain akan saling mengintip. Mereka akan menelaah strategi apa yang dipakai oleh Demokrat.

"Kok ini tiba-tiba naik kenapa ini, pasti antar partai politik pasti saling mengintip strateginya apa. Tetapi dugaan saya strategi politik yang bersifat lebih personalize, jadi model kampanyenya itu menjadi targeted dan personalized ini menjadi pola yang lebih efektif dibanding sekadar memasang baliho di pinggir jalan," katanya.

 

Aspek-aspek programatik

Wawan menegaskan, ke depan penting bagi partai politik dalam proses kampanyenya mulai mengedepankan aspek-aspek yang bersifat programatik. Yaitu, aspek-aspek yang memang secara substansif menjadi kebutuhan, menjadi bagian dari kegelisahan masyarakat.

"Tidak semata-mata mempermainkan emosi, itu menjadi penting ke depan," pungkasnya.

Kepala Badan Pembinaan Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan (BPOKK) DPP Partai Demokrat Herman Khaeron mengatakan, kepercayaan generasi muda atau milenial kepada era AHY adalah nyata bahwa kerja-kerja AHY diakui.

Terlebih, AHY, bukan pejabat publik seperti tokoh-tokoh lainnya yang juga masuk kategori capres pilihan anak muda.

Herman menegaskan, hingga kini tetap berupaya untuk melakukan kerja-kerja politik yang berorientasi kepentingan rakyat dalam hal ini pengentasan pandemi Covid-19 yang tengah dihadapi Indonesia dan dunia dan anak muda.n jk, er, 07

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU