Terapi Oksigen Hiperbarik Bagi Pengobatan Pasien Covid-19

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 18 Jul 2021 11:56 WIB

Terapi Oksigen Hiperbarik Bagi Pengobatan Pasien Covid-19

i

Seseorang yang sedang melakukan terapi oksigen hiperbarik bagi pasien Covid-19. SP/ SBY

SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Terapi oksigen hiperbarik merupakan salah satu metode pengobatan di dunia kedokteran dengan menggunakan oksigen murni. Proses penggunaan oksigen murni itu dilakukan di dalam ruangan khusus bertekanan udara tinggi.

Dikatakan oleh dr. Reza Fahlevi, ada dua jenis ruangan atau tabung untuk terapi ini, yaitu ruangan yang hanya ditempati oleh satu pasien dan ruangan yang bisa ditempati beberapa pasien sekaligus.

Baca Juga: RSUD Grati Raih TOP BUMD Awards 2024 Bintang 4

“Terapi oksigen hiperbarik memanfaatkan darah untuk mengantarkan oksigen dengan konsentrasi tinggi jaringan tubuh. Durasi terapi biasanya berlangsung selama 90-120 menit,” jelasnya.

Selain itu, menurut Dr. dr Mendy Habitie Oley SpBP-RE dari Siloam Hospitals Manado bahwa terapi ini kerap digunakan mengobati penyakit dekompresi, infeksi kronis, diabetes, luka bakar, penyakit pendengaran hingga kanker. Tak hanya itu, terapi oksigen hiperbarik saat ini dinilai memiliki manfaat bagi penyembuhan pasien Covid-19.

"Prinsip terapi pengobatan adalah membantu kinerja organ tubuh guna memperbaiki jaringan yang rusak dengan meningkatkan kapasitas aliran oksigen murni ke jaringan tubuh," ujarnya, Minggu (18/7/2021).

Baca Juga: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan Atasi PMK

Cara kerja terapi ini yakni pemberian instalasi oksigen dengan konsentrasi 100 persen pada tekanan lebih dari 1 atmosfer absolut (1.5-3.0 ATA). Terapi yang dilakukan pada pasien Covid-19 mampu menghasilkan beberapa hal.

Seperti peningkatan oksigenasi jaringan, anti inflamasi, modulasi sel induk, efek anti platelet/anti trombotik, dan penurunan jumlah virus akibat ROS. Selama terapi tersebut, yang dipantau adalah EKG, Okumetriz, temperatur, tekanan darah, POZ, tekanan Cuff ETT dan tentunya AED dan paddle atau efek terbakar.

Baca Juga: Jumlah Kunjungan Pasien Lansia ke RSUD Grati Naik Signifikan

Sementara, adanya efek samping harus diperhatikan dalam tata kelolanya. Yaitu Pulmonar (iritasi takeobronkial), Neurologis (gangguan visual, telinga berdenging, pusing, disorientasi, kejang, hingga menjaga agar pasien tidak mengalami penurunan kesadaran.

Terapi Oksigen Hiperbarik sebaiknya diberikan dengan pemberian jeda respirasi udara normal, durasi terapi kurang dari dua jam setiap kalinya, serta pemberian tekanan di bawah ambang batas Toksisitas Neural. Dsy9

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU