Tetap Eksis Budidaya Ikan Lele di Musim Pandemi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Kamis, 15 Jul 2021 09:27 WIB

Tetap Eksis Budidaya Ikan Lele di Musim Pandemi

i

Gunawan sedang menabur pakan ikan lele di salah satu kolamnya. SP/ TRG

SURABAYAPAGI.com, Trenggalek - Gunawan, seorang pembudi daya ikan asal Desa Jatiprau, Kecamatan Karangan sudah 20 tahun menekuni profesi membudidayakan ikan. Selama itu, profesi budi daya ikan begitu miris saat kemunculan pandemi Covid-19 sekitar Maret 2020.

Adanya karantina wilayah menyebabkan distribusi ikan ke daerah lain sempat mandek. Padahal, bagi pembudi daya (ikan lele khususnya, Red), distribusi itu sangat penting.

Baca Juga: Truk Terperosok ke Jurang, 3 Orang Luka-luka

Ikan lele memiliki ukuran tertentu agar bisa dijual di pasar. Apabila terlalu besar, ikan tersebut tak akan laku. Bisa-bisanya hanya dijual ke tempat pemancingan.

Dalam ukurannya, masa panen ikan lele rata-rata sekitar 3-4 bulan. Estimasi waktu itu bisa lebih maupun kurang, tergantung perawatan yang diberikan.

Kondisi itu mengawali pembudi daya ikan untuk mengencangkan ikat pinggang. Di awal-awal kemunculan pandemi menuai masalah lain. Intensitas ikan melimpah, sedangkan serapan pasar yang minim.

Pembudi daya ikan pun banyak yang merugi karena biaya pakan lele tak pernah telat. "Harga konsentrat itu minimal sekitar Rp 320 ribu per 30 kilogram (kg) dan lebih mahal ketika ukuran konsentrat lebih besar," ucapnya.

Baca Juga: Gerakan Pangan Murah di Trenggalek Diserbu Warga

Namun, Gunawan sigap membaca situasi dan kondisi kala itu. Dia pun mencari siasat agar profesi yang ditekuni sejak 2001 itu tetap bertahan. Hanya pembudi daya ikanlah yang tahu bagaimana cara untuk bertahan.

Sebab, pemerintah tak bisa berbuat banyak untuk mendongkrak perekonomian pembudi daya ikan. Tapi hanya membantu sekian persen saja. "Jual benih-benih ikan mulanya. Siapa yang butuh langsung saya jual," ujarnya.

Melihat kondisi serapan pasar yang minim, Gunawan tak lagi menebar banyak benih ikan. Kekhawatiran akan terjadi seperti awal-awal pandemi. Dia pun mengurangi kepadatan tebar benih sebatas 50 persen dari rata-rata 150 ekor per meter persegi.

Baca Juga: Stok Beras di Trenggalek Aman hingga Lebaran

Soal pakan, Gun mengaku tak memiliki alternatif lain, selain hanya membeli ke pabrik. Menurutnya, pakan pabrikan masih praktis dibanding dengan program pakan mandiri. Secara kualitas, program pakan mandiri milik pemerintah masih di bawah kualitas pakan pabrikan.

Kendati Gun tetap berusaha bertahan di situasi pandemi, dia berharap kepada pemerintah untuk turut dalam hal pemasaran. Agar pembudi daya ikan di Kabupaten Trenggalek tak sampai gulung tikar. Dsy5

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU