Tolak Makam Pahlawan, Buya Pilih Makam Muhammadiyah

author surabayapagi.com

- Pewarta

Jumat, 27 Mei 2022 19:56 WIB

Tolak Makam Pahlawan, Buya Pilih Makam Muhammadiyah

i

Presiden Joko Widodo (kanan) dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (kiri) melaksanakan shalat jenazah saat melayat Almarhum Buya Syafii Maarif di Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Jumat (27/05/2022).

Presiden Jokowi Sangat Hormat pada Mantan Ketua Muhammadiyah

 

Baca Juga: Mengapa Gibran dan Bapaknya Diusik Terus

 

 

 

 

SURABAYAPAGI.COM, Jogja - Penghormatan presiden Jokowi Kepada almarhum Buya Syafii, luar biasa. Tak keliru, Jokowi menyebut Buya Guru Bangsa.

Mendengar Mantan Ketua Muhamadiyah tutup usia Jumat pukul 10.00 di Jogja, Jokowi langsung memutuskan berangkat dari Istana Merdeka sekitar pukul 12.30 WIB melayat guru bangsanya.

Selepas melaksanakan salat jumat di Masjid Baiturrahim, Kompleks Istana Kepresidenan, Jokowi langsung menuju hanggar milik Garuda Maintenance Facility (GMF) Kawasan Bandara Internasional Soekarno Hatta di Tangerang . Lokasi ini tempat Pesawat Kepresidenan Indonesia-1 terparkir.

Karena mendadak, Jokowi hanya didampingi perangkat terbatas lepas landas sekitar pukul 13.50 WIB. Jokowi ke Jogja menggunakan Pesawat Kepresidenan Indonesia-1. Dan setibanya di Yogyakarta, ia langsung menuju Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta tempat disemayamkannya almarhum.

Turut mendampingi Jokowi yakni Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono, Sekretaris Militer Presiden Marsda TNI M. Tonny Harjono, Komandan Paspampres Mayjen TNI Tri Budi Utomo, Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin.

Presiden RI Joko Widodo memberikan penghormatan terakhir  untuk mendiang cendekiawan muslim yang juga mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif .

Setelah salat Asar, Presiden mengikuti salat Jenazah yang dipimpin Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir.

"Beliau Buya Syafii adalah guru bangsa dan yang saya lihat beliau hidup dalam kesederhanaan," katanya saat memberikan pidato penghormatan terakhir.

Presiden mengatakan bahwa Buya Syafii merupakan kader terbaik yang dimiliki Muhammadiyah yang selalu menyuarakan tentang keberagaman serta toleransi antarumat beragama.

"Beliau juga selalu menyampaikan pentingnya Pancasila sebagai perekat bangsa,"  Presiden Jokowi mengingatkan.

 

 

 

Berhak Di Taman Makam Pahlawan

Menurut Menko Polhukam Mahfud MD, Buya Syafii adalah pemegang bintang Maha Putera Utama sehingga berhak dimakamkan di makam Taman Pahlawan Kalibata.

"Negara mau memfasilitasi karena itu tempat pahlawan sekelas Pak Syafii Maarif. Tapi saya koordinasi dengan keluarga dan Pak Haedar nashir katanya 24 Februari yang lalu, Pak Syafii Maarif itu sudah memesan makamnya sendiri di pemakaman Muhammadiyah di Kulon Progo. Jadi tidak di taman makam pahlawan. Kita doakan kepergiannya. Di manapun beliau neristirahat," kata Mahfud.

 

 

 

Bukan Hanya Organisasi Islam

Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Anwar Abbas mengenang sosok mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif.

Baca Juga: Kesimpulan Paslon 01 dan 03: Sumber Masalahnya, Gibran dan Cawe-cawenya Jokowi

Ia mengungkapkan, Buya Syafii selalu menekankan bahwa Muhammadiyah bukan hanya organisasi Islam semata.

“Bahwa Muhammadiyah itu tidak hanya gerakan Islam, gerakan Tadjid, dan gerakan dakwah Amar Maruf Nahi Munkar. Tapi Muhammadiyah itu juga adalah gerakan ilmu kata beliau,” sebut Anwar dalam keterangannya, Jumat (27/5/2022).

Anwar bercerita suatu hari dalam sebuah ceramah di depan Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, dengan tegas Buya Syafii menegaskan bahwa warga Muhammadiyah harus terus berikhtiar untuk memperjuangkan kebenaran.

“Oleh karena itu sebagai konsekuensi logis, kata beliau, yang namanya orang Muhammadiyah itu di mana pun mereka berada harus menjadi pencari dan pejuang dari kebenaran itu sendiri,” tutur dia.

“Kata beliau tegas dengan memukulkan tangannya di podium tempat beliau berbicara,” sambungnya.

Ajaran Buya Syafii ini pun melekat dalam kehidupannya.

Menurut Anwar memandang Buya sebagai sosok yang sangat sederhana, tak haus akan jabatan dan dikenal berintegritas.

Maka orang-orang terdekatnya selalu mengingatkan pihak-pihak tertentu untuk tidak menggodanya dengan iming-iming uang atau kemewahan.

“Barangsiapa mencoba-coba melakukannya maka pasti akan kena semprot. Mengiming-imingi beliau jelas akan sia-sia dan tidak akan mempan,” pungkasnya.

 

 

 

Keluarga Sederhana

Baca Juga: Jokowi Dituding Lebihi Soeharto

Buya Syafii meninggal dunia Jumat pagi pukul 10.15 WIB di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Yogyakarta.

Ia sempat menjalani perawatan sejak Sabtu (14/5/2022) dua pekan lalu.

Dikonfirmasi, jenazahnya bakal dishalatkan di masjid Gedhe Kauman Yogyakarta selepas ibadah shalat Jumat dan dimakamkan di Pemakaman Khusnul Khotimah, Kulonprogo.

Buya Syafii Maarif merupakan pria kelahiran Sumpur Kudus, 31 Mei 1935. Ia besar dari keluarga sederhana di sebuah kampung di Sumatera Barat.

Buya Syafii Maarif menikah dengan  Nurkhalifah pada 5 Februari 1965. Nurkhalifah dulunya diketahui adalah kembang desa dan berasal dari keluarga saudagar kaya.

Pendidikan S1 Buya, Jurusan Sejarah, IKIP Yogyakarta (1968). S2, Jurusan Sejarah, Ohio University, Athens, Ohio, AS, (MA, 1980) dan S3, Pemikiran Islam, Universitas Chicago, Amerika Serikat, (Ph.D, 1983)

Buya pernah menjadi Dosen senior Filsafat Sejarah IKIP Yogyakarta (1983-1990). Juga Profesor tamu di University of Iowa, AS (1986). Selain Dosen senior (paruh waktu) Sejarah dan Kebudayaan Islam IAIN Kalijaga, Yogyakarta (1983-1990).

Ia pernah menjadi Ketua PP Muhammadiyah (1998-2000). Ketua PP Muhammadiyah  (2000- 2005). Kemudian Pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia.

Bahkan pernah menjadi Pemimpin Redaksi majalah Suara Muhammadiyah Yogyakarta (1988-1990).

Juga pernah menjadi Anggota Staf Ahli jurnal Ummul Qur'an (1988).MAARIF Institute for Culture and Humanity (2002). Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP)

Selama hidupnya,  Buya menerima beberapa penghargaan. Antara lain penghargaan Ramon Magsaysay dari pemerintah Filipina tahun 2008 kategori Peace and International Understanding. Penghargaan Internasional Man of Peace 2019 dari International Film Festivals for Peace, Inspiration, and Equality (IFFPIE). Dan Penghargaan People of The Year 2020 Kategori Lifetime Achievement (prestasi seumur hidup).

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim  menyatakan tokoh yang kental menanamkan budaya Pancasila.

Nadiem mengakui, selain menjadi ulama cendekiawan yang banyak dikagumi masyarakat, Buya, juga kental dikenal sebagai ulama yang terus mempelopori toleransi. Erc, jg

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU