Transaksi E-commerce Masih Jadi Penopang Ekonomi Indonesia 2023

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 24 Jan 2023 09:00 WIB

Transaksi E-commerce Masih Jadi Penopang Ekonomi Indonesia 2023

i

Foto ilustrasi. Foto: Kemkominfo.

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Ketua Dewan Pembina Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA) Rudiantara menyebut, e-commerce masih menjadi penopang ekonomi Indonesia di tahun 2023. Hal tersebut menyusul masih besarnya dominasi sektor tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi digital nasional.

"Lebih dari setengah ekonomi digital berasal dari e-commerce. Bahkan, tahun ini diperkirakan (transaksi) e-commerce bisa mencapai Rp 600 triliun - Rp 700 triliun, untuk semua jenis e-commerce," kata Rudiantara di Jakarta, Senin (23/1/2023).

Baca Juga: Berkah Ramadhan, Pedagang Gula Aren di Lebak Beromzet Rp 50 Juta per Hari

Data tersebut berdasarkan proyeksi transaksi e-commerce yang dilaporkan Bank Indonesia (BI) pada November 2022, transaksi e-commerce diperkirakan bisa mencapai Rp 572 triliun.

Mantan menteri komunikasi dan informatika itu menyatakan, meski kondisi ekonomi global tengah diselimuti awan resesi, situasi di Indonesia justru sebaliknya.

Hal itu terjadi sebab ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi domestik yang diyakini masih akan tetap tumbuh di tengah situasi global yang gelap. Aktivitas ekonomi yang masih tetap tumbuh itu juga jadi peluang emas bagi e-commerce.

"E-commerce ini kan cara orang beli sesuatu dengan cara yang lebih efisien. Artinya nilai produknya sama saja, tapi lebih efisien karena tidak perlu ke toko, tidak sewa toko, bahkan produsen bisa kirim langsung ke pembeli sehingga harganya jadi lebih murah," ujarnya.

Selain memberi opsi efisiensi, Rudiantara juga menilai keberadaa e-commerce menawarkan variasi yang lebih luas atas produk yang ditawarkan. Ia juga menyebut saat ini banyak orang yang menggunakan e-commerce tidak hanya untuk membeli barang-barang yang sifatnya konsumtif semata namun juga seperti kebutuhan pokok seperti bahan makanan.

"Jadi memang secara makro ekonomi Indonesia tetap akan tumbuh dan ini akan berdampak positif kepada e-commerce karena ekonomi Indonesia di-drive (didukung) oleh konsumsi domestik," tuturnya.

Kendati demikian, Ketua Fintech Society Indonesia itu tidak menampik adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan oleh beberapa platform e-commerce. Namun, menurutnya, hal tersebut justru kini membuat industri e-commerce semakin sehat dan mendukung keberlanjutan bisnis mereka. Hal ini juga termasuk perubahan biaya admin yang baru-baru ini diberlakukan oleh platform e-commerce.

"Mengapa? Pertama, secara industri mereka tidak jor-joran, tidak lagi fokusnya pada bakar uang, tapi fokus kepada road to profitability, bagaimana menuju profit. Ini bagus, karena membuat investor makin selektif karena mindset berubah jadi road to profitability bukan pertumbuhan saja bagi investor," ucapnya.

Baca Juga: Pasokan Migor Curah Menipis, Kemendag: Masih Mencukupi, Bisa Pakai ‘Second Brand’

Sementara Rudiantara mengatakan langkah efisiensi akan membuat startup bisa mengevaluasi model bisnis mereka. Upaya efisiensi juga membuat startup e-commerce mampu mengkaji model bisnis lebih berkelanjutan, sehingga secara keseluruhan industri akan terbangun lebih sehat.

"Jika sebelumnya yang penting aplikasinya diunduh, berapa usage-nya (pemakainya), sekarang juga memikirkan pendapatannya, top line, cost juga harus dihitung. Jadi industri akan semakin sehat," ujar Rudiantara.

Lebih lanjut, Rudiantara mengapresiasi upaya e-commerce yang turut serta mengembangkan ekosistem e-commerce, baik melalui program kemitraan, edukasi digital UMKM, dan ekspor yang dilakukan Shopee hingga kurasi produk UMKM oleh GoTo.

Ia menilai meski awalnya e-commerce hanya platform yang digunakan pelaku UMKM untuk berdagang, tapi e-commerce kini justru ikut serta mendorong pengembangan para pelaku UMKM.

"E-commerce seperti Bukalapak juga melakukan pengembangan ekosistem melalui backward integration. Jadi tidak hanya menyediakan platform tapi juga ikut mengembangkan toko-toko kecil," ungkapnya.

Baca Juga: Perajin Kaligrafi di Tulungagung Banjir Pesanan, Tembus Qatar dan Amerika

Contoh lainnya yakni Shopee dengan Kampus UMKM Shopee di 10 kota yang telah memberikan edukasi gratis tentang keterampilan digital bagi puluhan ribu UMKM. Juga Program Ekspor Shopee yang membantu ratusan ribu UMKM untuk mengekspor produk ke berbagai destinasi di Asia Tenggara, Asia Timur, dan Amerika Latin dengan mudah dan gratis.

Dengan langkah tersebut, ekosistem e-commerce akan memiliki nilai lebih. Di samping itu, UMKM pun terus bisa fokus mengembangkan produk yang meningkatkan daya saing mereka.

"Tantangannya, salah satunya adalah ada aplikasi-aplikasi yang sebetulnya bukan e-commerce, lebih ke media sosial, tapi mereka juga bisa menawarkan sistem perdagangan. Ini walaupun masih kecil, kalau dibiarkan bisa jadi besar nanti. Ini jadi tantangan yang harus diselesaikan pemerintah," terangnya.

Ia menilai e-commerce akan menjadi lebih kuat dan terus menjadi tumpuan ekonomi nasional dengan perubahan kebijakan yang telah dilakukan. Penjual dan pembeli akan terus bergantung dan merasakan manfaat dari ekosistem yang kian dewasa ini. jk

Editor : Redaksi

BERITA TERBARU