Tumbuhkan Motivasi Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Diferensiasi

author surabayapagi.com

- Pewarta

Minggu, 31 Okt 2021 13:43 WIB

Tumbuhkan Motivasi Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Diferensiasi

i

Kepalah sekolah SMP YPPI 1 Surabaya Titris Hariyanti Utami, pelopor metode pembelajaran berdiferensiasi. SP/SEMMY MANTOLAS.

SURABAYAPAGI,Surabaya -  Pasca pandemi covid-19 melanda Indonesia pada akhir Februari 2020 lalu, sistem tata kelola di berbagai instansi ikut berubah. Termasuk dunia pendidikan.

Model pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau acap kali disebut sekolah jadi rumah jadi alternatif solusi pembelajaran. Celakanya, PJJ justru berakibat pada turunnya minat dan motivasi belajar siswa.

Baca Juga: Ada Kemungkinan Akhir 2022, PPKM Berhenti

Laporan dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) pada tahun 2020 menunjukan, keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran hanya berada di angka 40% hingga 60%.

Turunnya minat belajar siswa ini, selain karena faktor teknologi komunikasi, metode pembelajaran yang digunakan pun menjadi penentu. Bahkan pada beberapa kasus, metode pembelajaran juga jadi penentu keberhasilan siswa dalam menerima materi yang disampaikan guru.

Belajar dari pengalaman tersebut, Kepala Sekolah SMP Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Indonesia (YPPI) 1 Surabaya Dra. Titris Hariyanti Utami, M.Si menawarkan alternatif solusi dalam menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa.

"Model pembelajaran yang cocok adalah pembelajaran berdiferensiasi," kata Titris kepada Surabaya Pagi, Minggu (31/10/2021).

Sebagai informasi, model pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi kepada siswa dengan menggunakan berbagai macam metode.

Selama ini, metode yang lazim digunakan guru dalam menyampaikan materi adalah metode ceramah. Hal ini kata Titris, tentu akan membuat sebagian anak merasa bosan.

"Karena peserta didik itu memiliki latar belakang yang berbeda, minat yang berbeda, kesiapan belajar berbeda, gaya belajar atau karakteristik yang berbeda. Nah mereka yang berbeda ini kurang terakomodir," katanya.

Anak dengan kecerdasan kinestetik atau yang memiliki kemampuan memproses informasi secara fisik, melalui gerakan tangan atau menyentuh sesuatu benda, akan kesulitan menerima materi pembelajaran dalam bentuk ceramah.

Baca Juga: Kunjungi SMP YPPI 1 Surabaya, Yayasan Kanker Indonesia Beri Sosialisasi Penyuluhan Kanker

Begitu pula mereka yang memiliki kecerdasan visual spasial akan kesulitan bila metode penyampaian materinya dalam bentuk ceramah.

"Jadi gak harus semuanya disamakan. Bisa dengan menyanyi, presentasi dalam bentuk slide, menggunakan alat peraga atau diskusi menggunakan mentimeter. Jadi ada banyak cara," katanya

"Istilahnya kalau anak minat musik, diberi contoh ya jangan olahraga," tambahnya.

Metode pembelajaran berdiferensiasi kata Titris telah diujicobakan di dua sekolah pada pertengahan September hingga Oktober 2021 kemarin. Kedua sekolah tersebut adalah SMP YPPI 1 Surabaya dan SMP Muhammadiyah Surabaya.

Dari hasil evaluasi dan refleksi, metode pembelajaran berdiferensiasi tersebut nyatanya terbukti efektif. Sekitar 75% siswa mendapatkan hasil evaluasi positif khususnya dalam peningkatan capaian belajar.

Baca Juga: Riset: Tumbuhan Pegagan Embun Bisa Cegah Infeksi Covid-19

Bahkan 15 dari 20 siswa mengalami peningkatan poin capaian pembelajaran dengan tambahan poin 3 hingga 6, pasca diterapkannya metode berdiferensiasi.

Tak hanya siswa, guru yang menerapkan metode pembelajaran berdiferensiasi pun menunjukan keefektifan dalam menyampaikan materi. Kurang lebih 57,1% mendapatkan nilai baik dan 23,8% mendapatkan nilai sangat baik. Adapun jumlah guru sebanyak 21 orang.

Terkait pemilihan metode pembelajaran berdiferensiasi, Titris tegaskan, tugas utama sekolah khususnya guru BP adalah memberikan pemetaan karakteristik dan minat belajar siswa di awal pembelajaran.

"Ketika pemetaan sudah dilakukan, guru akan dengan mudah mencari metode mana yang cocok untuk siswa. Metode ini juga sesuai dengan core dari merdeka belajar," pungkasnya.sem

Editor : Mariana Setiawati

BERITA TERBARU