Usai Jadi Presiden ke-3, Dikudeta Seorang Kolonel

author surabayapagi.com

- Pewarta

Senin, 06 Sep 2021 20:53 WIB

Usai Jadi Presiden ke-3, Dikudeta Seorang Kolonel

i

Alpha Conde dikelilingi para tentara yang mengkudetanya, Minggu (5/9/2021) waktu setempat.

Nasib Presiden Republik Guinea yang Ubah UU untuk Berkuasa 

 

Baca Juga: Berkah Singapura, Hapus Visa Bagi Turis China

 

 

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Penggulir ide amandemen 1945 dan presiden ke-3, ada baiknya belajar dari Republik Guinea. Penguasa yang kini terpilih ke-3, telah dikudeta militer. Kudeta di Republik Guinea sebagai bentuk perlawanan anti-Presiden Alpha Conde.

Menariknya pimpinan Pasukan Khusus Angkatan Bersenjata Republik Guinea, ini adalah seorang Kolonel Mamady Doumbouya.

Ia adalah sosok sentral penggulingan kekuasaan di negara Afrika Barat itu, pada Minggu (5/9/ 2021).

Dilaporkan oleh Africafeeds.com, sejumlah anggota Pasukan Khusus Angkatan Bersenjata Republik Guinea melancarkan serangan ke Istana Presiden Guinea di ibukota, Conakry.

Menurut Africafeeds.com, Kolonel Mamady Doumbouya sejak Minggu muncul dalam sebuah video yang diedarkan ke media lokal dan di seluruh media sosial. Ini untuk mengkonfirmasi penangkapan Presiden Alpha Conde.

 

Naik Tahta 3 Kali

Presiden Alpha Conde naik tahta pada taun 2010 setelah memenangi pemilu demokratis pertama negara tersebut. Ia sempat mendapat ancaman pembunuhan pada 2011, namun selamat.

Pria berusia 83 tahun itu menuai kontroversi setelah memenangi pemilu presiden tahun 2020, yang otomatis memberinya kesempatan menjabat selama tiga periode. Kontroversi ini bermula dari fakta bahwa ia sebelumnya telah mengubah undang-undang dasar Guinea sehingga memperbolehkan dirinya menjabat lebih dari dua periode.

Doumbouya mengatakan Presiden tidak terluka dan mengumumkan bahwa pemerintah telah dibubarkan dan konstitusi ditangguhkan.

 

Negara Berpenduduk Termiskin

Negara beribukota Conakry itu terletak di Afrika Barat, berbatasan dengan Samudra Atlantik di sebelah barat dan selatan, Gunung Sahara di utara dan Gunung Kamerun di timur.

Orang kerap tertukar antara Republik Guinea dan Guinea-Bissau. Faktanya, keduanya merupakan negara yang berbeda. Untuk membedakan Republik Guinea dengan Guinea-Bissau dan Republik Ekuator Guinea, negara ini sering disebut sebagai Guinea-Conakry.

Baca Juga: Tentara Bayaran WNI di Ukraina, Bisa Propaganda Rusia

Meski namanya tidak setenar negara lain di Afrika, Nigeria, banyak fakta menarik yang yang dijumpai di Republik Guinea.

Meski masuk dalam jajaran negara dengan penduduk termiskin di dunia, Republik Guinea kaya sumber daya alam. Negara beribukota Conakry tersebut merupakan penghasil bauksit terbesar kedua di dunia. Republik Guinea juga produsen emas, uranium dan berlian.

 

Kepercayaan Presiden Conde

Kolonel Mamady Doumbouya dilatih oleh militer Prancis di Prancis dan dia dipanggil pada 2018 oleh Alpha Condé untuk memimpin unit baru yang dia buat dan menyebut mereka Pasukan Khusus. Pendeknya, Doumbouya, orang kepercayaan presiden.

Tapi ada apa pasukan Doumbouya mengepung istana Presiden pada Minggu pagi dan terlibat baku tembak dengan petugas keamanan Conde.

Ada laporan sedikitnya tiga tentara tewas di tengah baku tembak yang dilaporkan telah didengar warga.

Dalam pidato pasca kudeta, Doumbouya mengatakan situasi sosial-ekonomi di Guinea tidak menghormati prinsip-prinsip demokrasi memaksa mereka untuk mengambil alih kekuasaan.

“Kami memutuskan, setelah melihat Presiden – yang bersama kami – untuk membubarkan konstitusi saat ini, membubarkan pemerintah dan menutup perbatasan darat dan udara,” kata Mamady Doumbouya.

Baca Juga: UNESA Gandeng Universitas Islam Madinah Perkuat Mutu Pendidikan dan Jaringan Internasional

Dia membenarkan kudeta dengan mengatakan itu dipicu oleh “disfungsi institusi republik”, “instrumentalisasi keadilan” dan “ diinjak-injaknya hak warga negara”.

 

Bubarkan Pemerintah

Unit tentara pasukan khusus berhasil menahan Presiden Guinea Alpha Conde dan menyatakan via televisi bahwa proses kudeta terhadap pemerintah telah berhasil, Minggu, (6/9/2021).

Negara tersebut kini dinyatakan berada dalam pembatasan nasional "hingga waktu yang belum ditentukan".

Berbicara via siaran televisi, komandan unit militer elit Guinea, Mamady Doumbouya, mengatakan telah "membubarkan pemerintahan dan institusi" di negara itu. Ia menyebut "kemiskinan dan korupsi yang mewabah" jadi alasan kenapa para tentara memilih menggulingkan Presiden Conde, melansir Deutsche-Welle, (6/9/2021).

"Kita akan menuliskan ulang konstitusi ini bersama-sama," ucap Doumbouya, seorang eks tentara legioner asing Prancis.

"Pengkultusan kehidupan politik telah selesai. Kita tidak akan lagi mempercayakan politik pada satu orang. Kita akan mempercayakan hal tersebut pada para warga." rtrs, erc, 05

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU