Home / Politik : Pernyataan Wakil Ketua Umum NasDem

Usulan AHY Cawapres Anies, Prematur

author surabayapagi.com

- Pewarta

Rabu, 18 Jan 2023 20:34 WIB

Usulan AHY Cawapres Anies, Prematur

Wasekjen Demokrat Pertanyakan Kapasitas Wakil Ketum NasDem Achmad Ali, yang Berbicara Seolah Paling tokoh

 

Baca Juga: Kesimpulan Sengketa Pilpres 2024, Diserahkan Selasa ini

 

 

 

SURABAYAPAGI.COM, Jakarta - Pepatah, diam-diam menghanyutkan tampaknya melanda NasDem, PKS dan Demokrat. Kabar rencana koalisi tiga parpol ini sebelumnya intens. Tapi kini mulai goyah. Terutama sejak ada pernyataan dari Ahmad Ali Waketum NasDem.

Wakil Ketua Umum Partai Nasdem, Ahmad Ali menyatakan sosok pendamping Anies Baswedan di Pilpres 2024 mendatang haruslah orang yang sudah memiliki pengalaman di pemerintahan.

Sampai Rabu kemarin (18/1) seorang pengurus Partai Demokrat pusat yang dihubungi belum ada rencana pertemuan dengan NasDem dan PKS. "Tim kecil ketiga parpol jadwalkan Februari, setelah imlek," katanya di gedung parlemen Senayan, Rabu siang (18/1).

Ditempat terpisah, Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya mengatakan saat ini NasDem tinggal menunggu kesiapan dari Demokrat dan PKS untuk deklarasi koalisi. Willy menilai harus ada timbal balik dalam pembentukan koalisi.

 

Surya Paloh dan Ketua Majelis Syuro PKS

"Sekarang NasDem ingin membalut logika saja. Kami justru yang ingin menunggu offering dari teman-teman yang lain. Ya masak NasDem terus yang kebelet, sekarang ini kan bagian dari proses, hubungan itu kan resiprokal, ya masak bertepuk sebelah tangan, nggak mungkin," ujar Willy kepada wartawan, Rabu (18/1/2023).

"Kita tunggu juga offering dari teman-teman ini untuk kemudian kapan mau mendeklarasikan Mas Anies, kita menunggu juga, jangan kemudian seolah-olah kita ngejar," lanjutnya.

Willy mengatakan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh akan bertemu dengan Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri. Pertemuan itu diagendakan dilakukan pada Februari 2023.

"Memang pertemuan Pak Surya dan Habib Salim sudah beberapa kali kita agendakan tapi tertundalah karena banyak agenda. Jadi, ya kita lihatlah ke depan ini, mungkin bulan depan bisa ketemuan," ujarnya.

Willy mengatakan tim kecil saat ini masih membahas terkait perkembangan deklarasi koalisi. Menurutnya, jika waktunya telah cocok, maka diharapkan secepatnya untuk deklarasi.

 

Harus Orang Pengalaman di Pemerintahan

NaDem tidak berharap sosok cawapres Anies harus belajar dulu saat terpilih menjadi pemimpin nasional. "NasDem memastikan ingin cawapres itu adalah orang yang berpengalaman di pemerintahan. Karena ketika kemudian terpilih dia harus mampu membantu presiden dalam menggerakkan pemerintahan supaya terjadi sinergitas," Ali menegaskan.

Dia menilai harapan Demokrat sah-sah saja ingin AHY menjadi cawapres Anies. Menurut Ali, hal itu masih terlalu prematur.

 

Tak Paksakan Kehendak

"Yah itu sah-sah aja sebagai harapan, tapi di kertas kita belum pernah bicarakan dan Pak Anies belum pernah bicarakan itu kepada Partai NasDem. Jadi saya pikir ini masih hal yang terlalu prematur," jelasnya.

Ali berharap partainya tidak mau dalam Koalisi Perubahan terjadi 'penguncian' hanya karena memaksakan kehendak. Dia memastikan apabila ada 'penguncian' terhadap cawapres Anies, Koalisi Perubahan bisa saja bubar.

"Ini bukan harga mati yang kemudian kalau tidak AHY kami tidak mau. Ya itu namanya mengunci kan. Kalau terjadi seperti itu, saya pastikan koalisi ini tidak berjalan," ungkap dia.

 

Jansen Serang Ahmad Ali

Sementara Wasekjen Partai Demokrat Jansen Sitindaon langsung merespons dan menyerang balik Ahmad Ali. "Memang Ahmad Ali ini siapa juga? Seperti sudah merasa paling tokoh saja di Indonesia ini sehingga mempertanyakan siapa orang lain," kata Jensen saat dihubungi, Selasa (17/1/2023).

Jansen meminta agar Ali fokus pada substansi soal koalisi demi kebaikan bersama. Dia percaya jika NasDem, Demokrat dan PKS sudah membentuk tim kecil sehingga dapat merumuskan berbagai hal termasuk soal cawapres.

"Cukuplah kita mempertanyakan hal-hal beginian, mari kita fokus ke substansi yang jadi persoalan saja, mana tahu hal itu bisa jadi jalan untuk kebaikan bersama ke depannya. Kembali ke soal koalisi, sikap saya tetap sama. Karena Nasdem, Demokrat dan PKS sudah membentuk tim kecil atas mandat dari masing-masing Ketua Umum, mari kita percayakan mereka bekerja merumuskan berbagai hal. Termasuk jika ada kriteria Cawapres dan gagasan-gagasan lain yang menurut kita baik, sampaikan aja ke tim masing-masing partai. Agar mereka bawa ke rapat mereka, bahas dan rumuskan menjadi sikap bersama," ujarnya.

 

Baca Juga: 4 Menteri Jokowi akan Dikonfirmasi MK Jumat

Harapkan Tim Kecil

Jansen ingin agar tim kecil yang telah dibentuk itu bisa tetap harmonis sampai akhir. Menurutnya banyak masyarakat yang menginginkan adanya perubahan dan berharap pada koalisi perubahan,

"Saya pribadi dan kami Demokrat sampai saat ini tetap ingin rencana koalisi ini terus harmonis sampai akhir. Karena begitu banyak masyarakat yang ingin perubahan di luar sana, bergantung dan berharap banyak pada koalisi ini terjadi. Syukur-syukur segera deklarasi," tuturnya.

Jansen berharap tim kecil yang dibentuk itu bisa tetap solid. Dia berharap perbendaan pandangan bisa membuat semuanya semakin solid.

"Semoga Nasdem, Demokrat dan PKS terus solid sampai akhir. Dan untuk bang Ahmad Ali selaku Waketum NasDem, saya doakan sehat terus. Perbedaan pandangan ini semoga semakin mensolidkan kita," imbuhnya.

 

Ali tak Kenal Jansen

Setelah Jansen bersuara Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Ahmad Ali, menepis Wasekjen Partai Demokrat yang menilai mengumbar cawapres untuk mendampingi Anies Baswedan. Ahmad Ali mengaku tak mengenal sosok Jansen. "Ya pertama siapa Jansen ya? Jansen tuh siapa?" kata Ahmad Ali saat dihubungi, Selasa (17/1/2023).

Ahmad Ali kemudian mempertanyakan koalisi dengan Partai Demokrat, yang menurut Jansen akan bubar jika ada salah satu partai yang mendominasi. "Sejak kapan berkoalisi? Emang NasDem dan Demokrat sudah berkoalisi?" ujarnya.

 

Siapa AHY

Pada tahun 1997, Agus lulus dari SMA Taruna Nusantara dengan predikat terbaik. Pria yang pernah menjadi ketua OSIS ini pun memperoleh medali Garuda Trisakti Tarunatama Emas. Prestasi yang ditorehkannya itu membuatnya semakin bertekad melanjutkan jejak sang ayah. Ia pun melanjutkan pendidikannya di Akademi Militer (Akmil), Magelang.

Dan prestasi demi prestasi terus tercetak baik di bidang akademik, kepribadian, mapun jasmani.

Agus pernah memperoleh penghargaan Tri Sakti Wiratama pada tingkat I dan II. Hal tersebut membuatnya terpilih sebagai Komandan Resimen Korps Taruna Akademi Militer di tahun 1999.

Setahun kemudian, Agus pun lulus dengan predikat terbaik. Ia memperoleh penghargaan pedang Tri Sakti Wiratama dan medali Adhi Makayasa pada bulan Desember 2000. Belum puas dengan pendidikannya, Agus mengikuti kursus di Sekolah Dasar Kecabangan Infanteri dan menjadi lulusan terbaik Combat Intel 2001.

Pada tahun berikutnya saat menduduki kursi Komandan Peleton di Batalyon Infanteri Lintas Udara 305/Tengkorak dari jajaran Brigif Linud 17 Kostrad, ia diberangkatkan ke Aceh untuk mengamankan daerah tersebut dari para pemberontak.

Baca Juga: Soal Gibran Bisa Cawapres Bukan Prof Yusril, Diperdebatkan di MK

Baru pada tahun 2005, Agus berhasil menyelesaikan studi magisternya dan memperoleh gelar Master of Science in Strategic Studies dari Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University.

Lulusan Akmil 2000 terbaik ini terus menorehkan prestasi akademiknya saat mengikuti pendidikan master pertahanan, leadership, maupun managemen di luar negeri. Selalu nomor satu di setiap pendidikannya, mengingatkan anak ini dengan prestasi ayahnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Agus Yudhoyono juga mengikuti jejak ayahnya terjun di politik. Bedanya, ayahnya waktu itu dicalonkan sebagai calon presiden, kali ini Agus dicalonkan sebagai calon gubernur DKI. Pada Kamis 22 September 2016, namanya diputuskan sebagai calon gubernur berpasangan Sylviana Murni oleh Koalisi Cikeas (Demokrat, PPP, PKB, dan PAN). Keputusan ini disepakati di kediaman SBY selaku Ketua Umum Partai Demokrat. Sayang, AHY kalah dari Anies Baswedan.

 

Siapa calon PKS

Nama mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) telah diproyeksikan PKS untuk diusung sebagai Cawapres 2024.

PKS juga telah melakukan penjajakan dengan Partai NasDem supaya bisa 'menjodohkan' Aher dengan Anies Baswedan.

Merespons hal itu, internal DPW PKS Jabar sepakat jika Aher bisa disandingkan dengan Anies untuk Pilpres 2024. PKS Jabar menilai Aher merupakan figur yang bisa melengkapi Anies, dan tentunya bisa mengangkat elektoral pasangan tersebut untuk maju di kancah politik nasional.

Ahmad Heryawan, lahir di Sukabumi, Jawa Barat,19 Juni 1966. Aher menghabiskan bangku sekolahnya di Sukabumi. Ia sekolah di SD Negeri Selaawi 1, SMP Negeri Sukaraja, dan SMA Negeri 3, Sukabumi. Dia lulus pada usia 20 tahun.

Aher tidak seperti lulusan SMA lainnya yang meneruskan ke jenjang pendidikan umum, Aher justru masuk ke Fakultas Syariah di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA), Jakarta.

Karier Aher dimulai dengan menjadi seorang pengajar dan mubaligh (penceramah). Aher aktif mengajar di beberapa perguruan tinggi antara lain, Ma'had Al Hikmah, Dirasah Islamiyyah Al Hikmah, Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, serta Pusat Studi Islam Al Manar.

Di ormas Islam, ia menjadi mubaligh dan Aher aktif di Persatuan Umat Islam (PUI) sejak tahun 1999, ia juga dipercaya menjadi ketua umum sejak tahun 2004. Sementara karier politiknya dimulai saat era reformasi bergulir, dia masuk Partai Keadilan yang sekarang berubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Pada tahun 1999, Aher terpilih menjadi salah satu anggota legislatif Provinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2004 hingga 2009 Aher menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta. Sebelum masa jabatan DPRD-nya berakhir, dia mendapat tugas partai untuk menjadi calon gubernur Jawa Barat. Dia berhasil berpasangan dengan Dede Jusuf untuk memimpin Jabar 2008-2013.

Pada Pilgub berikutnya, Ahmad Heryawan kembali maju berpasangan dengan Dedi Mizwar dan terpilih kembali menjadi Gubernur periode 2013-2018.

Atas keberhasilannya menahkodai Jawa Barat, namanya sempat muncul bersama kandidat lainnya menjadi calon presiden dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk capres 2014-2019. Namanya tidak jadi dicalonkan karena PKS memilih pasangan Prabowo-Hatta. n jk/erk/ana/bbs/af/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU