Virus Corona Varian India, 98 Persen Lebih Cepat Menular

author surabayapagi.com

- Pewarta

Selasa, 15 Jun 2021 22:19 WIB

Virus Corona Varian India, 98 Persen Lebih Cepat Menular

i

Penyekatan terus dilakukan oleh tim gabungan baik Polri, TNI dan Satpol PP di Jembatan Suramadu Selasa kemarin. SP/Angga/Semmy

Berawal dari Jembatan Suramadu, Pemkot akan Kembali Berlakukan Jam Malam

 

Baca Juga: Pemkot Surabaya Segera Cairkan Gaji ke-13 Non ASN

SURABAYAPAGI.COM, Surabaya - Peningkatan kasus Covid-19 di Jawa Timur, khususnya klaster Bangkalan ditandai dengan ditemukan virus Covid-19 varian India, yakni Delta 1667. Virus asal India ini diyakini penyebarannya lebih hebat dan lebih cepat ketimbang virus asli yang berasal dari Wuhan, China. Atas hal ini, membuat Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Kabupaten Bangkalan terus meningkatkan kewaspadaannya.

Penanggungjawab Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Laksma dr IDG Nalendra DI, Sp.B,Sp.BTKV mengingatkan, virus varian Delta India lebih hebat meski memiliki gejalanya sama dengan varian sebelumnya.

Terkait kasus Bangkalan, varian baru Delta 16117 (India), dr Nalendra menjelaskan, bahwa kini ketersediaan kapasitas di RSLI sudah hampir penuh. Dari kapasitas 410 tempat tidur, sudah 90 persen terisi yakni 369 tempat tidur.

“Hingga hari ini (Selasa 15 Juni, red) pasien yang ada di RSLI total 369, sedangkan kapasitas dengan kemampuan personel yang ada sebenarnya tidak sampai untuk menangani 400 kapasitas tempat tidur, tapi kita usahakan semaksimal mungkin,” jelas dokter Nalendra, Selasa (15/6/2021).

Di antaranya pasien tersebut, juga ada pasien dari hasil penyekatan di Suramadu jumlahnya ada 219 orang. “Dari 219, ada 9 pasien yang kita rujuk, satu orang dengan varian baru, atas permintaan ke Rumah Sakit Bojonegoro. Sisanya 8 orang, kasus awalnya datang baik, tiba-tiba terjadi proses penurunan sehingga dirujuk ke RSU Dr Soetomo Surabaya dan rumah sakit rujukan lainnya,” urainya.

Dokter Nalendra mengisahkan awal mula ditemukan varian baru ini. Ada 203 pasien diketahui CT Value berada di bawah angka 25, Padahal jika hasil CT Value seseorang berada di bawah angka 25, artinya kemungkinan jumlah partikel virus pada hidung orang itu sudah cukup banyak.

“Banyak pasien hasil penyekatan CT Value dibawah 25 dan itu menyebabkan kecurigaan awal akan ada varian baru. Dan hal itu terjadi terbukti,” tegasnya.

Dari data, hampir sebagian pasien hasil dari penyekatan di Suramadu, ada total 219 orang, 202 belum divaksinasi, ada 7 orang sudah dua kali vaksin tapi terpapar juga. Dan 10 orang, sudah divaksin satu kali juga terkena. Virus Corona Varian Delta India 98 persen lebih cepat penularannya.

 

64 Sampel Varian Delta India

Hingga kini, ada sekitar 64 sampel pasien yang telah dikirim ke Balitbagkes Jakarta dan ITD Unair untuk diperiksa lebih lanjut terkait dugaan virus varian baru. Dari jumlah tersebut, sebanyak 8 sampel telah keluar keluar hasilnya sementara sisanya masih dalam proses.

Secara total, jumlah pasien yang saat ini dirawat di RSLI adalah sebanyak 369 orang yang terdiri dari pekerja migran Indonesia 64 orang, Klaster Madura 210 orang, Klaster Pondok 12 orang, dan umum sebanyak 83 orang.

Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah, mengingat tim swab hunter terus melakukan tracing dan testing secara masif dan agresif selama sepekan terakhir atau pasca ledakan covid-19 di Bangkalan.

"Tentu sejumlah persiapan akan terus kita lakukan semaksimal mungkin. Dukungan logistik, sarana prasarana harus segera dilakukan. Serta tambahan tenaga medis (Dokter dan Perawat) serta unsur pendukung lainnya segera disiapkan untuk menghadapi kondisi/kasus Klaster Bangkalan, apalagi sudah terkonfirmasi varian baru virus delta B.1.617.2 asal India," pungkasnya.

 

6 Indikator Mutasi Baru

Ditempat yang sama, Dr Fauqa Arinil Aulia SpPK, selaku Dokter Spesialis Patologi Klinis, Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) RSLI menambahkan bahwa kasus di Bangkalan itu memiliki seluruh tanda dan indikasi terjadinya mutasi baru.

Terdapat 6 indikator yang harus diwaspadai adanya mutasi baru dari Covid-19 dan diharus dilakukan, yakni Penularan yang cepat di masyarakat/lokasi tertentu. Kemudian orang yang baru mendarat dari negara asing.

Lalu, ada indikator mulai menginfeksi kelompok yang sebelumnya tidak rentan (anak-anak). Serta orang yang sudah divaksin, tapi terinfeksi.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Sediakan Pelayanan Kesehatan di Pustu-Posyandu

Lantas ada indikasi lain, ada penyitas terinfeksi kembali dan kematian dengan penyakit menular lain (HIV, TBC dan lainnya).

“Dari keadaan di Bangkalan, kami curiga pada awalnya akan ditemukan varian baru, karena beberapa indikator tersebut terpenuhi, seperti penularan yang sangat masif, terdapat anak-anak dan remaja yang positif, ada yang juga sudah vaksin tapi terinfek lagi dan bahwa mereka semua mayoritas dengan gejala ringan hingga sedang. Dan benar ITD mengeluarkan temuannya terkait sample dari Bangkalan yang menunjukkan adanya mutasi Delta B.1.617.2 dari India,” tambah dr Fauqa.

 

BOR RS Covid Surabaya Naik

Tingkat keterisian  atau Bed Ocupancy Red (BOR) Rumah Sakit di Kota Surabaya mengalami kenaikkan setelah adanya lonjakan Covid-19. BOR rumah sakit rujukan Covid-19 di Kota Pahlawan mencapai 53 persen. Meningkat sekitar 32 persen dibanding sebelummya yang hanya sekitar 21 persen.

"Standar WHO itukan di bawah 40 persen. Terjadi peningkatan sekitar 32 persen, karena waktu 4 Juni 2021 itu 21 persen," kata F Kabag Humas Pemkot Surabaya, Febri Adhitya Prajatara, kemarin.

Febri menambahkan, ICU rumah sakit rujukan Covid-19 di Kota Surabaya juga mengalami peningkatan sekitar 20 persen. Febri mengungkapkan, ICU yang terpakai di rumah sakit rujukan Covid-19 di Kota Surabaya sekitar 63 persen.

Febri mengatakan, meningkatnya tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 tak lepas dari efek lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di luar Kota Surabaya. "Karena Kota Surabaya termasuk menjadi rujukan. Kalau daerah sekitar Surabaya Covid-19 juga terkendali, maka pemakaian BOR di Kota Surabaya bisa teratasi. Harus ditangani bersama-sama,," ujarnya.

 

Positivity Rate Naik

Sedangkan, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menjelaskan bahwa angka Positivity Rate Covid-19 di Kota Surabaya naik menjadi 9 persen di tingkatan kota. Padahal, sebelumnya terutama sebelum lebaran, angka Positivity Rate Covid-19 di Kota Surabaya masih di kisaran 5 persen atau dalam posisi aman.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Bagikan 6 Ribu Paket Sembako Serentak di 31 Kecamatan

“Nah, ketika ada kenaikan dari 5 persen ke 9 persen secara total Surabaya, maka berarti ini alarm dan warning buat kita. Sedikit kita lengah, cepat ini berangkatnya (kasus Covid-19), berarti kita harus hati-hati, saya harus warning betul kita harus tetap menjaga protokol kesehatan,” tegas Wali Kota Eri di Balai Kota Surabaya.

Karena positivity rate naik, maka Pemkot Surabaya pun tanggap dan gerak cepat untuk terus mengantisipasinya. Salah satunya dengan memasifkan kembali tes swab massal. Bahkan, Wali Kota Eri mengaku sudah sepakat dengan Satgas Covid-19 di Surabaya mulai dari Kapolrestabes Surabaya, Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak dan Danrem untuk memasifkan kembali tes swab massal ini.

“Makanya, nanti tidak hanya di pasar-pasar saja, mal-mal yang juga ada kerumunan, kita akan lakukan tes juga. Bahkan, semua tempat yang ada kerumunannya, termasuk di warung-warung kita akan tes. Dengan begitu, harapan kami warga bisa semakin taat prokes, sehingga Covid-19 di Surabaya bisa ditekan,” tegasnya.

Pernyataan Wali Kota Eri ini terbukti sudah dilakukan. Sejak beberapa waktu lalu, Pemkot Surabaya terus melakukan swab hunter di berbagai tempat, baik di pasar-pasar maupun pusat kerumunan warga. Bahkan, hari ini Satgas Covid-19 Surabaya melakukan tes swab di Pasar Atom. Di pasar ini, Satgas Covid-19 melakukan tes di parkir lantai 5 dan juga di food court. Karyawan toko dan pemilik toko serta para pengunjung pun tak luput dari tes dadakan itu.

 

Jam Malam Akan Diterapkan

Di samping itu, Wali Kota Eri juga menyinggung penerapan jam malam di Surabaya. Menurutnya, berdasarkan keputusan bersama dengan Kapolres dan Danrem, PPKM Mikro dan juga jam malam harus tetap dijalankan.                

 “Ketika Pak Kapolres dan Bu Kapolres serta Danrem memberikan arahan tidak boleh (aktivitas jam malam), ya kami di pemkot juga mengatakan tidak boleh, karena kita tetap satu suara. Kami menjadi satu bagian yang tidak bisa dipisahkan,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia juga meminta tolong dan mengingatkan kepada warga Surabaya untuk terus menjaga protokol kesehatan. Bahkan, ia juga meminta untuk tidak meremehkan Covid-19 ini meskipun sudah selesai divaksin.

“Saya nyuwun tulung kepada warga, ayo kita jaga bareng-bareng kota kita ini, selalu dijaga protokol kesehatannya. Saya juga minta tolong kepada teman-teman (media) untuk selalu mengingatkan dan menginformasikan supaya warga selalu menjaga prokes,” pungkasnya. sem/ang/alq/cr3/rmc

Editor : Moch Ilham

BERITA TERBARU